Pengakuan

6K 902 35
                                    

Sehari setelah kejadian itu,di grup whatsapp yang berisikan 7 pebulu tangkis cemewew tersiar kabar bahwa Ihsan sedang tidak enak badan. Kondisinya drop katanya. Teman-temannya yg lain pun memutuskan untuk mampir menemani Ihsan.

Jojo dan Anthony pergi menuju kamar Ihsan yang hanya beda satu lantai dengan kamar mereka. Kresek berisi obat dan camilan menggelantung di tangan kiri Jojo sementara tangan kanannya sibuk menggeser instastory demi instastory. Karena terlalu fokus menatap layar hp, Jojo tidak sadar bahwa Anthony sudah berhenti di depan pintu kamar seseorang
"Lu mau kemana, Jo?" Langkah Jojo terhenti mendengar namanya terpanggil. "Oya, salah" Jojo memutar balikkan tubuh ke arah Anthony berada. "Permisi..." Anthony mengetuk pintu dengan sopan. Sok kalem emang orangnya. "Masuk"suara Ihsan yang sepertinya hampir habis menjawab dari dalam "Wanjer, kena kutukan apa lu tiba-tiba jadi gini?" Jojo menaruh kresek bingkisan yang ia bawa di sudut kasur Ihsan. Pertanyaan absurd Jojo dihiraukan begitu saja. "Ko cuma segini?" Pandangan Jojo memindai seisi kamar. "Kevin sama Marcus ada urusan katanya" Fajar yang sedang rebahan di samping Ihsan asyik memilih program tv untuk di tonton. Rian yang dilanda rasa penasaran mulai mengubrak-abrik isi kresek. Sebungkus roti sobek ia pritili satu-satu. "Jangan diabisin, nanti gw ga kebagian" Anthony mengawasi gerakan tangan Rian yang masih beradu dengan potongan roti. "Punya Jojo kan masih ada" candaan Rian dihadiahi senyum paksa oleh Anthony. Ihsan diam-diam sudah tertidur cukup pulas. Mengetahui kondisi Ihsan, Fajar mengecilkan volume tv agar tidak mengganggu. Jojo duduk di tepi kasur dengan Anthony diantara kakinya. Rian jadi ingat akan pembicaraannya dengan Ihsan dan Kevin kemarin sore. "Udah bikin dedek ya?"pertanyaan dari mulut Rian mengalihkan perhatian mereka yang semula terfokus pada tv. "Belom" Jojo menjawab spontan. Tabokan dari Anthony ia terima sebagai pelengkapnya. Rian menggelengkan kepala. "Heran gw" tangan Rian masih saja mencomot roti sobek cokelat yang hampir habis itu. "Heran kenapa?" mimik polos Anthony terpampang jelas di wajahnya yang bulat. "Lu kenapa bisa suka sama Jojo?" Jojo mengerutkan dahi mendengar pertanyaan Rian yang terkesan nyinyir. "Gimana ya..."Anthony memicingkan mata memikirkan jawaban yang tepat "Jujur gw juga bingung kenapa bisa suka sama manusia satu ini" pipi Jojo ditampar lembut oleh Anthony. "Orangnya kadang rese, childish banget, nafsuan lagi" Anthony menambahkan. Jojo mengacuhkan perkataan Anthony, terlalu sibuk menonton acara rumah uya. "Tapi gatau kenapa gw suka resenya dia, ngangenin. Childishnya dia, ngegemesin. Nyaman aja sama sifat-sifat anehnya ini." Anthony menepuk-nepuk paha Jojo pelan lalu mengelusnya. "Nafsunya bukan nafsu yang aneh-aneh. Masih bisa dikontrol. Walaupun kadang banyak mau. Tapi dibalik semua itu..." tatapan Anthony jatuh pada lantai kamar. Malu menatap lawan bicaranya takut kedua pipinya yang memerah terlihat "cuma sama dia gw bener-bener bisa jadi diri sendiri. Cerita tentang apapun bahkan yang orang tua gw belum tau sama sekali. Masalah paling berat dan hampir ga ada jalan keluarnya gw tumpahin ke dia, yang awalnya gw pikir bakal bikin di menjauh terus nyari temen lain. Tapi dia tetep stay sampe sekarang." Bungkus roti sobek ditangan Rian kini sudah kosong melompong. Rian seakan-akan dibungkam oleh jawaban Anthony yang tidak terlalu singkat maupun padat, tapi cukup jelas. Jojo yang sejak tadi mendengarkan Anthony mengalihkan perhatiannya dari layar tv untuk menatap mata Anthony. Kecupan lembut di pipi Anthony diberikan Jojo sebagai tanda terima kasih. "Mungkin itu alasan kenapa gw bisa suka, bukan suka lagi sih. Sayang sama ni anak satu" Rian yang masih bungkam meremas bungkus roti sobek hingga tak berbentuk. "Elah bang, dibilang jangan diabisin" Anthony mengganti subjek pembicaraan melihat roti sobek yang ia beli untuk dirinya sendiri kini ludes di tangan Rian. Jojo menyenggol pelan Anthony, menyuruhnya untuk memperkecil volume bicaranya. Anthony bingung,karena ia rasa volume suaranya tidak berubah satu desibel pun. Ternyata, Jojo melakukan itu guna mencegah Ihsan dan Fajar agar tidak bangun dari tidur mereka.

Posisi Ihsan kini memeluk tubuh Fajar layaknya guling. Rian segera mengambil ponsel untuk mengabadikan momen tersebut. "Kirim di grup ya,bang" Jojo meminta pada Rian yang dijawab dengan anggukan.

More Than Friends? [Completed]Where stories live. Discover now