Prasangka (1)

6.8K 927 45
                                    

Mulai ada konflik dikit ya wahai para penumpang kapal

  Jojo dan Anthony ada jadwal latihan lagi hari ini. Sayangnya mereka datang terlambat karena jalanan Jakarta yang padat merayap. Jojo yang mengendalikan mobil dibikin kesal karena pengendara lain yang serobot sana- sini. Untungnya setiap dia menoleh ke kiri wajah manis Anthony ada untuk menenangkan hati dan pikirannya. 

  Setelah memarkir mobil dan mengambil tas, keduanya tergesa-gesa lari ke dalam gor. Di dalam, rekan-rekan sesama atletnya sudah mulai berlatih. "Tumben lo telat banget?" Marcus menyapa mereka dengan tos. Mengeluarkan handuk dari tasnya untuk menyeka keringat. "Iya nih ko, tadi macet banget di jalan." Jojo berdiri dan melipat salah satu kakinya, melakukan peregangan. "Coach mana?" Anthony yang sejak tadi kebingungan mencari pelatihnya akhirnya bersuara. "Dia telat dateng hari ini. Ada urusan" Marcus meninggalkan mereka berdua, kembali dalam lapangan. Dari jauh, Anthony bisa melihat Ihsan berjalan mendekatinya "Hai sayang-sayangku" Ihsan yang sudah berlatih lebih awal duduk dibangku tempat para atlet meletakkan tas- tas mereka. Anthony sedang fokus melakukan peregangan, terlebih di bagian kaki. Mengingat insiden yang membuat dirinya kalah dari yuqi. Ihsan mengambil botol minum dan meneguk isinya untuk melepas dahaga. Selama mendongak meminum air, pandangan Ihsan yang tadinya jelalatan jatuh pada leher Anthony yang menampilkan beberapa bekas merah. Air yang diminum Ihsan berpindah haluan ke saluran hidung sehingga membuat dirinya tersedak. "Pelan- pelan, san. Ga ada yang mau minta" Jojo mengeluarkan ponsel dari tas selagi menunggu Anthony selesai peregangan. "Ting, sejak kapan lu suka melihara cupang?" Ihsan menyeka air yang luber di sekitar mulutnya. Sadar akan apa yang dimaksud Ihsan, Anthony segera mengambil ponsel dan membuka kamera depan. Ihsan melirik Jojo yang masih sibuk dengan gamenya. "Elah lu, Jo!" Jojo terkejut mendengar namanya tiba-tiba disebut. "Paan?" Anthony menunjuk deretan tanda merah yang tertera di lehernya. Jojo bangun dari posisi duduknya mendekati Anthony. Dirabanya hasil karyanya itu. "Cakep kok, emang kenapa?" tabokan dari Anthony ia terima sebagai gantinya. "Sama- sama" Jojo tersenyum lembut. "Buruan latihan, keburu coach dateng" Ihsan menjadi penengah mereka berdua. Anthony mendecak kesal, meninggalkan Jojo pergi ke lapangan. Jojo menyusul secepat mungkin, menempati area lapangan di seberang Anthony.

 Coach datang 15 menit setelah mereka mulai berlatih. Ia duduk di bangku dimana Ihsan berada. Berbincang- bincang sebentar untuk membunuh waktu. Selang beberapa menit,Ihsan pamit pulang pada coach karena waktu latihannya sudah selesai. "Jo,ting gw duluan ya!" Ihsan memberikan lambaian tangan yang dibalas dengan "yok" dari keduanya. 

Kaki Anthony mulai terasa kram. Jojo yang melihat situasi itu pun menghentikan sesi latihan mereka. "Duduk dulu, lurusin kaki lu" Jojo menuntun Anthony ke bangku tempat coach menunggu. Mereka menyapa beliau dengan senyuman tipis, terlalu lelah sepertinya. Kenapa lagi kakimu?" coach bergeser, memberi ruang untuk kaki Anthony. Jojo meraih tas dan mengambil botol minum untuk Anthony. Botol itu Anthony terima disertai dengan ucapan "Thanks" lirih. Jojo yang hendak memijat kaki si pacar mendadak harus ke kamar mandi. "Titip dulu ya, coach. Mau nyetor sebentar" senyum sumringah Jojo berikan pada pelatihnya itu. Sementara Anthony, dia masih berusaha melawan rasa sakitnya agar tidak menjadi- jadi. Memijat-mijat sendiri kakinya yang kaku. Satu dua titik keringat jatuh di pahanya.Diambilah handuk untuk menyeka keringatnya tersebut. Anthony tidak sadar bahwa coach sudah memperhatikan dia sejak tadi. Kaki, tangan, hingga wajah ia seka dengan merata.  Saat sampai di leher, tanda yang ditinggalkan Jojo terpampang jelas oleh mata coach. "Itu lehermu luka?" coach memicingkan mata memperjelas penglihatannya. "Uh, anu. Abis kerokan coach. Masuk angin" Anthony mencari alasan, menutup- nutupi peristiwa yang sebenarnya terjadi. Coach mengerutkan dahi. "Udah mendingan?" kali ini giliran Jojo menjadi penyelamat Anthony. Ia datang disaat yang tepat sebelum coach bertanya lebih lanjut. "Udah udah, kuy pulang" Anthony buru-buru merapikan barang bawaannya dan salim pamit pada coach. Jojo yang baru saja sampai dibuat bingung oleh tingkah laku Anthony. "Eheh, pamit ya coach".

Di tempat parkir, Anthony sudah menunggu di samping mobil dengan gelisah. "Lu kenapa tiba-tiba kinap gitu?" bunyi alarm mobil menyertai pertanyaan Jojo. Pintu belakang dibuka oleh Anthony untuk memasukkan barang bawaannya. "Di dalem aja obrolinnya"Jojo melakukan hal yang sama segera setelah mendengar jawaban Ginting. "Tadi ngobrol apa sama coach?" Jonatan yang mulai panik menutup kasar pintu mobil. Anthony menatap kosong dashboard mobil. Dengan sabar, Jonatan menunggu Anthony hingga siap berbicara. Anthony meraba leher tempat cupangnya singgah "Coach ngeliat bekas lu, Jo". Mata jojo membelalak "Seriusan?" Anthony mengangguk "Terus coach ngomong apa?". Anthony menceritakan semua yang ia bicarakan dengan coach selama Jojo membuang ampas di toilet. Jojo mengangguk paham "Tapi dia ga nanya apa-apa lagi kan?" Jojo men-stater mobil. Menaikkan rem tangan dan memutar kemudi agar mobil bergerak mundur. "Belum sempet. Coach baru mau buka mulut pas lo balik". Jojo tersenyum kecut. Menyesal telah mengabaikan peringatan Anthony saat cupang-cupang itu masih dalam proses pembuatan. "Sorry, ting" Anthony hanya mengangguk pelan. Jojo yang takut Anthony akan menghujaninya dengan omelan tidak berani menatap laki-laki disampingnya. "Gapapa, Jo. Sini pipi lo" jari lentik Anthony memberi isyarat agar Jojo mendekatkan jarak wajahnya dengan Anthony. Rasa takut Jojo di luluhkan oleh kecupan kecil dipipinya. "Lain kali kalo mau ngasih tanda,di tempat yang ga terakses sama orang lain aja" Jojo seketika menoleh mendengar nasihat ngawur Anthony. Tersenyum lebar memberi kode."GAK! Enak aja lu minta jatah mulu" Anthony merespon ketus kode dari Jojo. "Dasar, PHP" senyum lebar yang Jojo pajang kini berubah menjadi kecut. "Tapi sayang kan lo?" cubitan pelan Anthony membuat Jojo meng-aduh lirih. "Pinter juga pacar gw" Jojo tersenyum, menggoda Anthony yang dari tadi menatapnya. Setelah beradu tatap, mata Jojo kembali fokus ke jalan raya. Mengemudi mobil sampai ke tempat tujuan.

More Than Friends? [Completed]Where stories live. Discover now