BAB 16

44.8K 4.6K 164
                                    

Dua Tahun Yang Lalu

It was a torturing long flight.

Salah satu alasan kenapa Reiga jarang pulang ke Indonesia, bahkan pada saat lebaran sekalipun adalah karena ia tidak tahan dengan long flight. Meskipun ia mencoba berpikir positif bahwa ini mungkin adalah long flight terakhir dalam hidupnya, tetap saja ia merasa tersiksa. Terutama karena ia harus menjalani hampir dua puluh empat jam di pesawat, tanpa asupan alkohol di tubuhnya.

"Kamu pasti bisa melakukan ini, untuk aku..." bisik seorang wanita yang duduk di sampingnya, memberi sedikit remasan di jemarinya ketika Reiga sudah ingin meminta segelas whisky on the rock kepada pramugari yang terus melihatnya dengan tatapan prihatin.

Adiksinya terhadap minuman beralkohol bermula dari stres di pekerjaannya. Working in the States is tough, he always knows it. Tetapi, mengetahui dan melakukannya benar-benar hal yang berbeda. Ya, ia mendapatkan six figures salary per year bahkan sebelum usianya mencapai 30 tahun, ya ia tinggal di apartemen yang sangat layak dan bahkan setelah membayar semua tagihan, ia masih bisa mengirimi uang untuk orang tua-nya. Dia bisa memiliki semua itu, tetapi ia melakukannya dengan asupan minuman beralkohol ke tubuhnya setiap malam dengan kadar yang jumlahnya hanya Tuhan yang tahu.

Sampai akhirnya ia bertemu dengannya. Dengan wanita yang sekarang duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya.

Sylvia.

Reiga ingat malam ketika mereka pertama kali bertemu di sebuah coffee shop. She has a radiant smile and flawless figure. Some tears and kisses later, they are kind of in a relationship. Mudah bagi seorang Sylvia untuk bolak-balik Jakata - Boston dengan semua uang yang dimilikinya, meski Reiga sudah meminta agar ia tidak terlalu sering mengunjunginya. Setelah Sylvia resmi bercerai, ia mulai memasuki kehidupan Reiga sepenuhnya. Dimulai dengan membuang semua botol alkohol simpanannya di apartemen dan melarangnya ke bar untuk occasion apapun sepulang kantor. Sampai akhirnya Sylvia meng-encourage dirinya untuk mencari kerja di Jakarta.

"Di Jakarta ada aku, ada orang tua kamu. Mungkin stres kamu akan berkurang sehingga kamu bisa melupakan alkohol sepenuhnya..."

Kebetulan teman AyahReiga sedang mencari head untuk divisi pengadaan di perusahaan telekomunikasi yang sedang berkembang. Meski gajinya berkurang banyak, sangat banyak malah, Reiga menerima tawaran pekerjaan itu. Ia kembali ke Indonesia.

Dan, di sinilah Reiga, in a very sick journey, almost 45 days sober. Kalau dia bisa melewati penerbangan menyiksa ini dengan selamat, tanpa menyisip satu teguk-pun Johnnie Walker atau Yamazaki yang menggiurkan itu, ia tahu ia akan baik-baik saja.

---

Kira-kira Setahun yang Lalu

"Kamu tahu betapa panasnya Jakarta, kan Sylvia? And, yet you still ask me to wear three layers suits?" tanyanya ketika Sylvia memintanya untuk mencoba beberapa setelan jas di walking closet milik Sylvia yang besarnya hampir sama dengan studio apartment yang baru dibelinya.

Sylvia mendekati Reiga dan menarik dasi yang dikenakannya, sehingga wajah mereka semakin mendekat. "Kamu adalah kepala divisi, kamu harus terlihat rapih untuk menunjukkan wibawa kamu ke anak buah kamu."

"Ya?" wajah Reiga terlihat ragu dan Sylvia mengangguk kemudian memberikan kecupan di bibir Reiga. "Aku akan meminta staf dapur-ku untuk menyiapkan makan siang," ucapnya kemudian berlalu pergi.

Saat itu, Reiga tidak berpikiran macam-macam tentang three layers suit itu, sampai suatu ketika Reiga mendapati ada inisial yang terbordir di kantung dalam setelan-setelan yang diberikan oleh Sylvia.

Not A MatchWhere stories live. Discover now