BAB 7

47.4K 4.9K 400
                                    

Reiga melempar kunci mobil-nya ke atas meja, berjalan ke arah dapur dan mengambil segelas air, lalu menjatuhkan dirinya di sofa. Ia baru saja selesai makan malam dengan Sylvia seperti yang biasa ia lakukan ketika hari Sabtu malam. Biasanya itu akan berlanjut dengan dirinya menginap di rumah Sylvia, tetapi tidak untuk kali ini. Ia langsung pulang begitu mengantar Sylvia dan bahkan sudah sampai di apartemennya kurang dari jam 9 malam.

He just doesn't in the mood to spend the night with Sylvia dan itu karena satu nama yang sedang ia pandangi di contact detail ponselnya: Nila.

Sejak mereka bertemu di Galley, Reiga tidak dapat melepaskan pikirannya dari Nila dan kenyataan bahwa saat itu ia bersama dengan Rudi. Mereka terlihat menikmati kebersamaan mereka dan itu mengganggunya.

Haruskah ia meneleponnya? Menanyakan ada acara apa malam ini? Dan, apakah ia bersama dengan pria bernama Rudi itu? Pikir Reiga, masih menatap layar ponselnya. Sekali lagi pikirannya menuju ke kejadian di Galley, memikirkan apa hak Rudi memegang tangan Nila dan mengusap rambutnya. Siapa sebenarnya Rudi dalam hidup Nila?

Pikiran itu membuat Reiga tertekun. Pertanyaan itu juga bisa diberikan kepadanya. Memang dia siapanya Nila? Apa haknya untuk terganggu dengan hal itu?

Hanya ada satu cara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran di otaknya saat ini.

"Okay, I'm going to call her now!" seru Reiga akhirnya kepada dirinya sendiri.

Beberapa nada dering terdengar sebelum akhirnya telepon itu terangkat.

"Halo, Nil..." sapanya begitu ia mengira telepon itu diangkat.

"Halo," balas orang diseberang.

Alis Reiga bertaut ketika mendengar suara cowok yang membalas sapaannya. Ia menjauhkan ponsel-nya dari telinga, mengecek apakah benar Nila yang sedang ia telepon. Nama Nila memang muncul di layar ponsel-nya. "Sorry, ini bukannya nomornya Nila, ya?" tanyanya dingin.

"Iya, ini memang nomornya Nila, Pak Reiga. Saya Rudi. Nila-nya lagi di toilet. Eh, ini dia sudah balik. Bentar, ya..." ucap Rudi dengan santainya.

Rudi mengangkat teleponnya Nila? Memang sudah sedekat apa dia sama Nila? Are they really together? Pikiran tidak mengenakkan merasuki otak Reiga.

"Halo, Rei..." suara Nila terdengar di telinganya. "Sorry, di sini agak berisik. Kenapa, ya?" tanyanya.

Sejenak Reiga tertekun ketika mendengar suara Nila yang terdengar biasa saja ketika menjawab teleponnya. Ia menarik nafas panjang, mencoba menghilangkan rasa mengganjal di perutnya. "Hai, Nil. Memangnya kamu lagi di mana?"

"Aku lagi di nobar pertandingan sepak bola, nih. Kenapa?" tanya Nila lagi, kali ini sedikit berteriak karena suara di sekelilingnya sangat berisik.

Mendengar pertanyaan Nila, rasa panik menyerangnya. Dia sendiri tidak tahu mengapa ia menelepon Nila! He just wants to do it! Reiga mengetok-ngetok jidatnya dengan kepalan tangannya. Belum pernah ia bertindak tanpa berpikir seperti ini.

"Hallo, Rei. Kamu masih di situ?" suara Nila kembali mengalun di telinganya.

Untuk menutupi rasa paniknya, Reiga mengalihkan pembicaraan, "Kamu di sana sama Rudi?" tanyanya canggung.

Diam sejenak sebelum Nila menjawab, "Sama beberapa anak-anak Fantelco juga. Kamu mau ke sini? Kita lagi mau nobar MU versus Liverpool, nih. Yah, kecuali kalau ada acara lain, sih," ajak Nila sambil terkekeh.

"Kamu masih lama di situ?"

"Sampai tengah malam kayaknya..." ucap Nila santai.

"Bisa Whatsapp alamatnya, saya ke sana sekarang!" seru Reiga cepat ketika otaknya sudah mulai berpikir segala kemungkinan yang bisa terjadi antara Nila dan Rudi.

Not A MatchWhere stories live. Discover now