Chapter 47 ( Bahasa )

3.7K 476 72
                                    

Ming menarik kasar tangan Wayo hingga mereka keluar dari hutan itu. Setelah diluar, Ming melepas tangan Wayo. Wayo cemberut melihat ada tanda merah tangan Ming di tangannya.

"Lihat ini semua jadi merah. Kau menyiksaku. Akan ku adukan pada Kit." Ancam Wayo.

"Apa yang kau lakukan disana Yo ?" Tanya Ming yang tak memperdulikan ancaman Wayo.

"Mencari senjata." Kata Wayo santai.

"Senjata ?" Tanya Ming bingung.

"Iya senjata, agar P'Arthit tidak memarahiku jika rencanaku terungkap. Lalu kenapa kau bisa tahu aku ada disana ? Apa kau melihat P'Arthit dan P'Kong juga ?" Kali ini Wayo yang melakukan sesi interogasi.

"Aku melihatmu celingak celinguk mencurigakan sebelum masuk hutan." Jelas Ming. Saat ia dan Kit pulang dari menangkap ikan, ia melihat Wayo bertingkah mencurigakan. Ia pamit pada Kit dengan alasan untuk membeli arang.

"Lalu kenapa kau mengangguku ?" Tanya Wayo kesal.

"Yo... P'Arthit sedang hamil. Apa kau tak tahu mood orang hamil itu menyeramkan. P'Kong aja bisa habis dipukuli jika menyinggung P'Arthit. Aku ini menyelematkanmu dari amukan P'Arthit nanti. Dan kurasa kau tak akan selamat jika P'Arthit mengamuk nanti. Belum lagi sorot mata P'Kong jika sudah marah."

"Tapi P'Kong itu baik padaku." Bela Wayo.

"Well, jika kau menyinggung istrinya, kurasa kau perlu merasakan sorot matanya."

"Lalu apa yang mereka lakukan disana ?" Tanya Wayo. Memang sih Wayo melihat Kongpop dan Arthit berciuman tapi Wayo juga yakin bukan hanya itu saja yang mereka lakukan.

"Membuat bayi." Jawab Ming asal saja. Tak perlukan menjelaskan secara rinci ke bocah absurd macam Wayo ini.

"Membuat bayi ?" Tanya Wayo dan Ming mengangguk lalu meninggalkan Wayo. " Di dalam perut P'Arthit ada bayi, kenapa membuat bayi lagi ? Apa ini namanya bayi di dalam bayi ?"

OMG, bayinya jadi banyak.

***

"Art...." panggil Mr. Mew setelah melihat Art sendirian. Selama perjalanan dan di sini ada beberapa bocah yang menganggu. Ia perlu membicarakan sesuatu dengan Art. Dan itu sangat penting.

"Art...." panggil Mr. Mew sekali lagi. Entah karena apa, Mr. Mew merasakan ada aura ketegangan dalam tubuh Art ketika ia memanggilnya.

"Ah.. Mew.. ini bagianmu membersihkan sayur." Kata Art mencoba tersenyum dan menaruh keranjang sayur di tanganku lalu ingin beranjak pergi.

"Kita perlu bicara." Kata Mr. Mew menahan tangan Art.

"Please Mew. Stop it. Tak ada yang harus dibicarakan lagi. Semua sudah berakhir. Kau sudah memilihnya bukan memilihku. Ijinkan Wayo bersama Phana, ia berhak untuk bahagia. Tak peduli tradisi keluarga Khotinan seperti apa tapi ia anakmu, kau harus mementingkan kebahagiaannya daripada hal yang lainnya. Suara Art cukup tinggi karena terbawa emosi, tanpa mereka sadari ada dua pasang telinga yang mendengarkan pembicaran mereka.

"Jika kau mengatakannya, maka aku akan menurutinya. Walaupun aku masih tak habis pikir, apa pesona dari bocah gila itu."

"Kenapa menurutiku ?" Tanya Art.

"Kau berhak atas dia."

"Dia ?"

"Phana. Dia anakmu."

W.H.A.T ???

***

"Beam na..." panggil Forth sayang mendekap Beam dari belakang ketika Beam sedang membuat kopi.

"Ehmm.... jangan manja P'Forth." Beam always be Beam. Walau dalam hati ia senang Forth bersikap manja padanya tapi ia tak akan pernah menunjukkan hal itu kepada Forth. Mungkin karena efek menjaga 2 bocah dibawahnya. Dan sekarang menjadi 4 bocah. 3 laki-laki dan 1 perempuan.

"P sudah lama tak bermanja pada Beam. Kenapa Beam selalu menolak P ?" Tanya Forh yang sengaja dengan suara anak kecil.

"Itu... karena P sudah dewasa. Jangan bersikap seperti anak kecil."

"Beam juga dewasa ?" Tanya Forth dengan sengaja. Beam mengangguk.

"Kalau gitu...." Forth sengaja memperkecil suaranya hingga hanya Beam yang mendengar. " Malam ini, kita melakukan apa yang orang dewasa lakukan di malam hari." Kata Forth seraya mendekatkan wajahnya ke Beam. Menatap bibir Beam dengan intens. Ingin melumatnya secepat mungkin.

"BEAMMM....." Teriak Kit sambil berlari dari kejauhan.

"Shit..." umpat Forth pelan. Beam tertawa kecil melihat kekesalan Forth.

"Beam, Beam hah...." panggil Kit yang terengah-engah.

"Atur nafas Kit. Ada apa ?" Tanya Beam.

"Malam ini tidur denganku." Pinta Kit.

Whattt ? Jangan Beam. Kita sudah merencanakan malam indah kita. Pinta Forth mencoba menyampaikan pikirannya melalui tatapan mata. Tak mungkin kan dia bilang terus terang di hadapan Kit yang masih polos ini.

"Kenapa ? Kau bertengkar dengan Ming ?" Tanya Beam. Beam please, jangan penuhi permintaan Kit. Jerit Forth dalam hati.

"Bukan, hanya saja....." Kit mengantung ucapannya.

"Hanya saja apa ?" Tanya Beam.

"Ming jadi monster mesum jika malam hari, apalagi setelah ia kembali dari hutan itu." Kit tak mengerti apa yang salah dengan Ming. Setelah kembali dari hutan yang katanya menyusul Wayo karena ia nyasar. Ming selalu nempel kemanapun Kit pergi. Tangan Ming selalu ada di tubuh Kit. Entah di pundak, punggung bahkan bokong Kit sempat diremas beberapa kali.

"Apa yangam Ming lakukan ?" Tanya Beam. Kit melirik Forth, tak mungkin ia bisa bilang dengan lantang apa yang dilakukan Ming padanya. Kit membisikan hanya untuk Beam.

"Whatt ?? Fine. Tidur denganku malam ini." Kata Beam sedikit kesal.

Sialan kau Ming.....

6. Alpha & OmegaWhere stories live. Discover now