Chapter 22 ( Bahasa )

4.5K 564 41
                                    

Arthit terinspirasi atas promosi yang dilakukan Kongpop kemarin. Ia juga bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan Kongpop. Yang penting promosi.

Seperti kemarin, Kongpop mendatanginya jam 4 pagi didepan toko. Arthit tak mempertanyakan lagi alasannya hanya membiarkan dia duduk diam saja di toko, tak boleh membantunya.

Roti sudah matang dan sudah dibungkus satu persatu, tinggal dijual seperti kemarin, ditaruh di meja depan dengan promosi via mic dan speaker. Kongpop cuma bertugas berdiri saja disana, melihat apa yang akan Arthit lakukan.

"SELAMAT PAGII.....
KAMI MENYAJIKAN ROTI ENAK UNTUK SEBAGAI BEKAL SARAPAN, BELI 10 GRATIS 2 BELI 25 GRATIS 5. AYO SILAKAN MAMPIR, MUMPUNG MASIH HANGAT...."

Dalam sekejap roti Arthit diserbu seperti kemarin. See tanpa bantuan Kongpop aku juga bisa melakukannya.

"Apa promosi kemarin masih berlaku ?" Tanya seorang wanita yang memakai blus dan rok mini menghampiri Arthit.

"Promosi yang mana ?" Arthit balik menanyakan maksud wanita itu.

"Beli roti dapat free dan foto dengan pria tampan disana. " Wanita itu menunjuk Kongpop yang hanya berdiri didepan toko.

"Promosi ini lebih menarik, anda akan mendapatkan lebih banyak roti. Buat apa berfoto dengannya."

"Tak ada foto ya tak ada roti." Kata wanita itu mengembalikan semua roti yang diambilnya. Yang lain juga mengikutinya.

"Hey, kenapa tak jadi beli rotinya ? " tanya Arthit bingung kenapa mereka mengembalikan roti yang akan dibeli.

"Kami ini beli roti banyak untuk berfoto sama si tampan itu. Bukan karena kami ingin beli banyak." Arthit bengong mendengar penuturan oara wanita itu, otaknya sedang memproses apa yang terjadi. Jika roti ini tak laku, maka kerugian yang akan dideritanya....... aku sudah terlanjur membuat banyak.

Mengerti akan situasinya, Arthit menahan para pembelinya.

"Tunggu... tunggu.. sebentar. Kalian bisa berfoto dengannya tapi harus membeli 30pcs tanpa free roti." Tawar Arthit.

"Tak masalah." Jawab para pembelinya serempak.

"Oke deal." Arthit berjalan mendekati Kongpop dan memberitahunya bahwa para pembelinya ingin berfoto dengannya.

"Tidak mau." Tolak Kongpop.

"Kemarin mau, kenapa hari ini tidak mau ?" Geram Arthit karena Kongpop menolaknya.

"Tidak mau ya tidak mau. Kecuali....."

"Kecuali apa " kata Arthit galak.

"Aku mendapatkan hadiah seperti kemarin."

Whattt ? Aku harus membiarkan kesucian bibirku direnggut lagi sama dia. Tapi kalau tidak dikasih..... uh.. apa yang harus aku lakukan.

"1... 2... 3...." Kongpoo tiba-tiba memulai hitungan.

"Kau menghitung apa ?"

"Batas waktumu untuk menjawab."

"Er... Baiklah... kau bisa mendapatkannya." Kongpop tersenyum kemenangan.

"5 menit."

"Apa lagi itu ?"

"Lamanya berciuman denganmu."

"Ok. Ok. Terserahmu saja." Arthit sudah kesal, ia merasa rugi.

"Fine..." Kongpop berjalan menuju oara pembeli itu dan memberitahukan syarat untuk berfoto dengannya dan melayani para pembeli sedangkan Arthit berdiri diam didepan toko.

***

"Apa kau yang bernama Beam Rojnapat ?" Tanya seseorang yang tak Beam kenal didepan gerbang sekolahan.

"Iya aku. Kau siapa ?" Tanya Beam.

"Tak usah banyak bicara ikut aku." Orang itu menyuruh dua pria menyeret Beam ikut bersamanya ke taman belakang sekolah.

***

"Ming....." Kata Wayo yang melihat Ming keluar dari sekolahnya.

Shit... ada Wayo... Ming berusaha kabur dan Wayo mengejar Ming. Kejar - kejaran terjadi hingga Wayo menabrak seseorang.

"Hey...." kata orang itu menangkap Wayo. " Kau imut juga..."

"Lepaskan aku..." Teriak Wayo yang menyadarkan Ming bahwa Wayo dalam bahaya. Ming segera berlari dan melepaskan Wayo lalu menarik Wayo dibelakangnya.

"Ada perlu apa sama pacarku ?" Kata Ming dingin yang mengintimidasi lawannya.

Penganggu itu segera berlari karena takut dengan aura Ming.

"Lain kali jangan menungguku didepan sekolah. Sekolahku itu khusus pria. Pria imut sepertimu bisa jadi mangsa empuk bagi mereka." Kata Ming memperingatkan ke Wayo.

"Itu semua gara-gara kau tahu..."

"Ok.. ok.. kita bicara di cafe saja."

Ming menarik Wayo menuju ke sebuah cafe yang sepi dekat sekolahnya.

"Jadi kenapa kau menjualku ?" Kata Wayo sok galak tak sinkron dengan wajah imutnya.

"Bukankah kau juga menjual Kit padaku ?" Kata Ming tak mau kalah.

"Itu tidak sama. Kit kakaku."

"Sama. Kau ini adik iparku."

"Bukan."

"Iya, Kit pacarku. Otomatis kau ini adik iparku."

"Kau...."

"Apa...."

"Permisi..." kata suara yang menginterupsi perdebatan mereka.

"APA ?" kata Ming dan Wayo berbarengan.

"Apa kalian sudah mau pesan ?"

Trttt.... trt.... ponsel Wayo dan Ming menerima panggilan secara bersamaan.

"Hallo...." Jawab Ming.

"Hallo...." Jawab Wayo.

"............."

".............."

"Apa Kit masuk rumah sakit ?" - Ming.

"Apa Beam masuk rumah sakit ?" - Wayo.

Wayo dan Ming saling berpandangan.

What the hell going on ?

6. Alpha & OmegaWhere stories live. Discover now