Chapter 41 ( Bahasa )

4.2K 545 79
                                    

Phana dan Wayo duduk berhadapan di depan ayah Phana. Phana dan ayahnya saling menatap tajam hingga membuat suasana sangat suram, Wayo pikir ini tradisi mereka saling menatap tajam, sebagai calon menantu yang baik maka Wayo ikut-ikutan menatap garang ke Phana dan ayahnya.

"Apa yang kau lihat ?" Kata ayah Phana tak suka di tatap begitu oleh Wayo.

"Melihat Paman." Kata Wayo santai.

"Jadi itu sikapmu pada orang yang lebih tua." Kata ayah Phana kesal.

"Ini tradisi keluarga paman." Kata Wayo masih menantang santai.

"Apa maksudmu tradisi keluargaku ?" Kata ayah Phana dengan suara lebih kencang.

"Paman menatap P'Phana dengan tajam begitu juga sebaliknya, maka aku hanya mengikuti saja." Jelas Wayo dengan style ala bocahnya.

"KAU!!!..."

"Pho stop!!" Kali ini Phana mencegah ayahnya agar tak melampaui batas.

"Putuskan dia." Perintah ayah Phana.

"Tidak mau." Kata Phana tegas.

"Aku juga tak mau paman." Kata Wayo.

"Kau tak usah ikut campur, ini urusan keluarga kami."

"Tapi aku ini calon menantu paman."

Ayah Phana baru kali ini menghadapi bocah yang tak takut dengannya, apa lagi selalu membantah perintahnya. Ia adalah pemilik rumah sakit terbesar di Bangkok, dan sekarang bocah ini menantangnya.

"Pho sudah mencarikan pasangan yang pantas untukmu. Kau harus bertunangan dengannya."

"Tidak bisa Paman. P ini pacar Wayo." Kata Wayo menolak perintah ayah Phana.

"Aku tak mau Pho. Aku sudah menemukan mate sejatiku." Kata Phana mengenggam tangab Wayo.

"Dia ? Si bocah ingusan." Ejek ayah Phana.

"Aku bukan bocah ingusan. Aku ini Wayo Rojnapat. Kelas 12 sekolah di XXX. Aku ini suka lobster sama ice cream. Paman mau aku rekomendasikan restaurant yang enak." Makin lama makin pusing ayah Phana meladeni Wayo. Si bocah absurd.

"Ayah tak mau tahu. Tunangan dengan Gukgai atau namamu akan ayah hapus dari daftar warisan." Ancam ayah Phana.

"Terserah ayah. Jawabanku tetap tidak." Kata Phana makin mempererat gengaman tangannya yang membuat Wayo sedikit kesakitan.

"Phana..." kata ayahnya melembut. " Kau masih boleh berhubungan dengannya tapi kau harus menikahi Gukgai. Ayah ingin mendapatkan keturunan yang sepadan." Bujuk ayah Phana.

"APA ?? AKU JADI SIMPANAN ??" Teriak Wayo kencang. Untung saja jantung mereka masih kuat hingga teriakan Wayo tak membuat mereka terkena serangan jantung. Phana mengelus kepala Wayo menenangkannya.

"Pho... bukankah Pho menginginkan cucu seorang alpha." Kata Phana yang dibenarkan oleh ayah Phana.

"Dan Pho tahu bahwa hanya seorang omega yang bisa melahirkan seorang alpha. Jadi hanya Wayo yang bisa melahirkan seorang alpha dari keturunanku."

"Makanya ayah bilang kau boleh masih berhubungan dengannya, tapi Gukgai tetap sebagai istri resmimu."

"Aku tak mau." Bantah Phana.

"Kau harus setuju. Kurasa Wayo juga tak akan keberatan selama kau tetap memberinya uang." Siapa sih yang tak luluh jika ada segepok uang dihadapannya.

"Boleh saja." Kata Wayo yang membuat mereka berdua kaget. Ternyata tak sesulit yang dibayangkan pikir ayah Phana sedangkan Phana terkejut menatap tak percaya kenapa Wayo dengan mudahnya menerima usulan dari ayahnya. Apa karena Wayo takut aku jatuh miskin ? Pikir Phana. Phana mengelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikiran buruknya.

"Kau setuju ?" Tanya ayah Phana.

"Tentu dengan satu syarat." Kata Wayo mantap.

"Yo... P tak mau Wayo jadi selingkuhan P." Kata Phana sedikit marah kepada Wayo.

"P tenang saja." Kata Wayo mengedipkan matanya. Phana hanya bisa menghela nafas kasar menanti apa rencana Wayo selanjutnya.

"Apa syaratmu ? Akan kupenuhi apapun permintaanmu. Aku Mew Kongthanin akan melaksanakan apa yang aku ucapkan."

"Benar ? Paman janji ?"

"Tentu saja."

"Tak boleh ingkar ?"

"Kau bisa memegang kata-kataku."

"Oke. Syaratnya adalah Wayo juga boleh selingkuh dengan orang yang wayo pilih." Kata Wayo yang membuat mata Phana terbelalak lebar. Marah, kesal dan tak percaya berkecamuk didalam hati Phana. Ingin rasanya Phana menculik Wayo dan mengurungnya di suatu tempat hingga hanya ia sendiri yang memiliki Wayo.

"Hahahaha...." kata ayah Phana tertawa keras. "Ternyata hanya itu syaratmu. Tentu saja boleh. Tapi darah keturunan Kongthinan harus murni. Anak yang kau lahirkan tak boleh bercampur dengan darah yang lain, apalagi darah dari orang rendahan."

"Tenang saja. Aku bisa menjaga darah Kongthinan." Kata Wayo. "Paman belum mendengar nama selingkuhanku ?" Kata Wayo yang mencegah ayah Phana yang mulai beranjak bangkit berdiri.

"Aku gak peduli siapapun pilihanmu." Dengus ayah Phana kasar.

"Paman harus peduli."

"Kenapa ?"

"Karena selingkuhanku itu ya paman sendiri."

"WHATTTT????" Kata ayah dan anak terperanjat kaget bersama-sama.

6. Alpha & OmegaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu