18. Doa Yang Terbang Bersama Lampion

Mulai dari awal
                                    

"Tapi, aku harus inget, kan? Chris dan Maura itu cuma sepasang temen jalan. Cuma dua bulan aja kita bisa deketan kayak gini. Setelah itu, kita harus menjalani kehidupan masing-masing." Chris menghela napas.

Payah, kepedulian Maura terhadapnya sudah menyentil naluri terdalam di hati. Kehangatan Maura sudah membangunkan cita Chris yang mati suri.

Chris sendiri tidak paham. Dia tidak berusaha menumbuhkan, karena perasaan itu tumbuh sendiri. Dia juga tidak berusaha menghentikan, karena dia enggan kesakitan lagi.

"Kamu udah bikin aku ngerasa jadi istimewa, Maura. Perlakuan kamu ke aku selama ini bikin aku ngerasain hal yang beda."

"Chris ...."

Chris tersenyum. Lalu mengangkat wajahnya. Dia mengambil spidol hitam dari saku, lalu menulis sebaris kalimat di lampion itu dengan hati-hati sambil jongkok. "Make a wish, Maura."

Maura menggeleng sambil terkekeh. "Nggak ngaruh. Aku bukan orang yang percaya sama gituan."

"Ya udah, biar aku aja yang nulisin doa buat kita."

Maura nyaris tersedak. Buat kita katanya. Tapi memang benar, Chris menulis sebaris kalimat lagi. Setelah selesai, pemuda itu kembali berdiri dan tersenyum. "Nggak ada salahnya usaha. Siapa tahu dengan melakukan hal yang menurut kamu nggak rasional gini bikin keinginan terkabul. Kan, ini cuma perantara, Maura. Doanya tetap ke Tuhan."

Maura melirik ke arah lampion, lalu merengut begitu lagi-lagi mendapati Chris menulis sesuatu pakai huruf Hangul. Mana dia tahu artinya apa. Mau bertanya enggan, tidak tanya penasaran. Akhirnya Maura mengeluarkan ponsel, memotret tulisan itu sambil tersenyum puas. Nanti akan dia tanyakan kepada si K-Poper sejati, Siva Sarafani.

"Ini tuh kayak the best moment in my life," ujar Chris sambil tersenyum menatap langit Dieng malam itu. Cerah, dihiasi bintang yang gemerlap dan bertebaran. Angin lamat-lamat yang membuat kulit terasa tersipu. Nada indah dari para musisi yang menebar gelegar cinta. Juga tentang perasaan bahagia yang terasa nyata.

"If it yes, so it's a pleasure for me to be your companion in this beautiful moment, Chris." Maura balas berujar.

Mereka saling tatap sekarang. Bingung mau berkata apa. Chris ingin jujur, tapi nuraninya masih melarang. Maura juga kalang kabut sendiri. Perasaannya tiba-tiba melambung tanpa alasan pasti.

"Actually, apa yang aku tulis di lampion ini, semua pure keinginan aku dari hati yang terdalam. Tapi, belum terlambat buat kamu kalau kamu mau ikutan make a wish, Maura. Ini moment langka. Kita lagi ada di dataran tertinggi di Jawa Tengah. Kita lagi di atas awan. Kalau kita tulus berdoa, siapa tahu Tuhan bakalan ngabulin doa kita itu."

Maura tersenyum. Lalu mengangguk. "Ya, aku make a wish nanti pas lampionnya udah mulai terbang."

Setelah itu terdengar aba-aba dari panitia agar para tamu DCF mulai menyalakan lampion. Chris terlihat begitu bersemangat. Begitu juga dengan Maura yang dengan telaten memegangi bagian pinggir lampion. Begitu semua tamu siap, tangan mereka terangkat. Membimbing lampion itu agar meninggi, terus meninggi hingga akhirnya terbang sendiri.

Langit Dieng mendadak begitu sempurna. Ribuan lampion diterbangkan bersama-sama. Terang benderang, seolah berlagu, seolah langit sedang tertawa riuh bersama kelap-kelip lampion yang mulai berpencar ke segala arah, memenuhi angkasa raya.

Chris berseru bahagia. Lampionnya terbang begitu tinggi dan jauh. Sementara itu Maura yang berdiri di sampingnya juga tersenyum. Begitu gelaran acara hari kedua DCF malam itu selesai, mereka kembali ke rumah Pak Amim.

Menaiki ranjang bersama-sama setelah membersihkan diri. Keduanya masih terpesona dengan atraksi malam itu. Atraksi manusia, tapi dibuat megah ketika dipadu dengan memesonanya alam.

Hingga akhirnya, Chris menoleh, memiringkan tubuh dan menatap Maura dari samping. "Make a wish apa tadi, Maura?"

Maura juga menoleh, ikut memiringkan tubuh, dan menjawab sambil tersenyum, "Aku pengen kamu sembuh, Chris."

***Fair Unfair***

***Fair Unfair***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FAIR UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang