9. Memulai Hidup Bersama Oppa!

1.2K 173 4
                                    

KTP dan motor Maura telah kembali!

Kedatangan Maura ke kantor lamanya begitu riuh. Teman-teman langsung menghambur memeluknya karena rindu. Maura juga begitu. Dia rindu bekerja di sana. Rindu melayani para customer. Kantor itu membuatnya merasa dekat dengan cita-cita sang ayah, yaitu memiliki perusahan travel agent sendiri.

Sayangnya, Maura tidak bisa berlama-lama. Begitu menyelesaikan transaksi yang membuat Pak Nyoman tertegun, Maura harus pergi lagi. Ini semua di luar dugaan orang-orang. Maura bisa membayar penalty dengan begitu cepat.

Setelah menitipkan motor kepada sahabatnya untuk dibawa ke kost Siva, Maura kembali ke mobil Chris yang diparkir di seberang jalan.

"Woah, Chris. Kalau bukan karena bantuanmu aku pasti nggak bisa selega sekarang, terima kas ...."

Maura berhenti bicara. Di jok penumpang, Chris terlihat sedang tertidur dengan pulasnya. Sama sekali tidak terganggu dengan kedatangan Maura yang berisik.

"Chris ...."

Chris bergeming. Benar-benar tidur rupanya. Maura menghela napas lantas memasang seat belt dan melajukan mobil milik Chris ke daerah Margonda. Beberapa waktu kemudian, Praska terlihat menelepon, tapi Maura abaikan. Gadis itu sibuk memikirkan Chris juga fokus dengan jalanan Tol Jagorawi siang itu.

Chris tidur begitu lelap selama beberapa menit. Lalu bangun tapi tidur lagi beberapa lama kemudian. Begitu terus hingga akhirnya mobil mereka tiba di pintu keluar Tol Cijago. Maura menggelengkan kepala.

Hari pertama, pola kelainan yang dimiliki Chris mulai terbaca.

Pemuda itu tertidur begitu lama ketika diserang sleep attack pertama setiap harinya. Mungkin, sampai 1 jam. Kemudian, dia akan bangun. Merasa segar selama beberapa menit, tapi akan tertidur lagi beberapa waktu kemudian.

Mobil tiba di basement dengan selamat. Maura mematikan mesinnya lalu menoleh ketika Chris terbangun. "Aku nggak bisa bayangin gimana hidup kamu selama ini, Chris."

Chris yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya pun menoleh ke arah Maura. Maura tersenyum. Wajar, melihat pemuda yang tampan dalam segala kondisi termasuk saat baru bangun tidur rasanya menyenangkan mata.

"Jangan kasihan sama aku ya, Maura. Jangan kaget juga. Aku baik-baik aja kok."

Maura mengangguk. Lalu turun dari mobil. Dia berlalu ke bagasi, mengambil koper dan berjalan di belakang Chris menuju lift.

"Sini, biar aku aja yang bawa kopernya, Maura."

"Nggak usah, Chris. Enteng kok. Aku bisa sendiri."

Kepala Chris mengangguk paham. Dia selalu suka dengan wanita yang percaya diri dan kuat. Begitu tiba di dalam lift yang akan mengantarkan mereka ke lantai 16, Chris segera menyandarkan tubuhnya ke dinding. Seolah lelah luar biasa. Maura yang melihatnya jadi paranoid sendiri.

Dia segera menarik tangan Chris, meminta pemuda itu menatap ke arahnya dan tersenyum. "Jangan tidur di lift, ok?"

"Heee." Chris meringis kuda. Tapi kemudian dia berusaha menuruti kata Maura dengan berdiri tegak hingga lift terbuka.

Apartemen Chris terletak di ujung lorong sayap kanan. Nomor 1629. Koridor sayap kanan berisi 15 apartemen. Begitu pula dengan koridor sayap kiri.

"Selamat datang, Maura." Chris berseru riang. Dia bahagia sekali siang itu. Pertama, karena dia bisa memerangi hawa kantuk yang suka datang bertubi-tubi. Kedua, karena mulai hari itu dia tidak akan sendirian.

Baru sebentar kenal, tapi Chris merasa Laula sudah memilihkan pendamping yang tepat. Maura melongo begitu masuk ke apartemen Chris. Tidak terlalu rapi, tapi juga tidak berantakan. Sinar matahari bebas masuk lewat pintu kaca besar di pinggir ruangan. Perabotannya terkesan minimalis. Warnanya juga senada. Chris pasti suka warna biru dan putih.

FAIR UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang