12. Dekat Bosan, Jauh Kangen Mati-matian!

1.1K 190 23
                                    

"Cepetan naik mobil!"

Maura menggertak sambil menoleh ke belakang. Chris ogah-ogahan berjalan sambil menyeret koper.

"Kenapa sih kita harus pindah penginapan, Maura?"

"Kok kenapa? Kan kita udah sepakat, tek-tok kegiatannya harus dipatuhi. Kalau di sini udah beres ya kita pindah buat nuntasin misi yang lain."

Chris mencebik. Masih betah di Malioboro dia. Kalau malam, lapar sedikit tinggal keluar gang penjual makanan berderet siap siaga. Belum lagi, kalau mau belanja. Tinggal jalan kaki, mau apa juga tersedia.

"Terus kita mau ke mana?"

Chris mengangsurkan kopernya kepada Darma yang sudah menunggu di pinggir jalan. Sementara dia sendiri beranjak ke bangku penumpang.

Maura yang duduk di depan hanya melirik sinis. Ngambek dia ceritanya. Semalam, Chris disuruh tidur susahnya minta ampun. Katanya harus edit video dokumentasi mereka sedikit demi sedikit. Chris terkadang memang vlogging. Sialnya, pakai bahasa Korea!

Maura yang jadi juru kamera suka malas sendiri. Mau ikutan tertawa tidak tahu artinya, mau tidak ikut tertawa tampangnya Chris lucu parah.

Akhirnya, Maura cuma bisa bengong. Ngarang-ngarang sendiri Chris bicara apa.

"Maura, jawab dong!"

Maura berdeham. Lalu tersenyum saat Darma masuk ke mobil dan mulai mengemudi. Chris mendadak cemburu. Sama Darma saja senyum, buat dia boro-boro.

"Ada di itinerary yang udah kita bikin. Seharusnya tinggal baca aja, nggak perlu nanya-nanya lagi, Chris."

Sadis!

Chris juga sudah tahu. Tapi kan biar intim, dia ingin bertanya. Biar Maura bersuara. Tapi, Chris mendadak sadar apa kesalahannya kali itu.

Semalam dia sibuk dengan laptop dan mengerjakan sesuatu di ruang tamu penginapan. Maura yang katanya juga sedang mengerjakan novel di kamar sebentar-sebentar memeriksa Chris.

Gadis itu memaksa Chris tidur. Dari jam 11 sampai jam 3 pagi. Setiap Maura keluar, Chris masih terjaga dengan berkaleng-kaleng kopi instan. Lalu ketika pemuda itu akhirnya memutuskan untuk tidur, rasa bersalahnya menguar begitu saja.

Semalam, secangkir teh buatan Maura mendingin di atas nakas. Lilin-lilin aromaterapi menyala tanpa guna.

Sekarang, Maura membesarkan volume radio. Lalu memakai kacamata hitam dan menyamankan posisi duduknya.

"Ngantuk, Mbak?" Formalitas, Darma bertanya. Padahal sih sudah tahu pasti. Secara, begitu bertemu tadi, kantung mata Maura besar sekali.

"Banget. Aku tidur ya, Mas. Bangunin kalau sudah sampai."

Darma mengangguk. Lalu melirik lewat spion dalam ke arah Chris yang membuang muka ke luar mobil. Chris juga sama pagi itu, muka bantal lagi. Kuyu, layu.

Bahu Darma terangkat. Ada apa dengan orang-orang itu?

***

Sekitar satu setengah jam kemudian, mereka tiba di daerah Sleman. Tepatnya, di Desa Wisata Ketingan. Suasananya masih asri. Hijau dan segar sekali. Letaknya yang jauh dari pusat kota, menjadikan Sleman sebagai salah satu destinasi dengan banyak desa wisata. Salah satunya Desa Wisata Ketingan.

Maura sudah mempersiapkan segalanya. Termasuk memesan satu rumah Joglo—rumah adat Jawa—untuk menjadi penginapan mereka bertiga, termasuk Darma tentunya.

"Wuaaahhh, awas Mas, awas!"

Samar-samar terdengar suara gelak tawa Maura. Chris pun mengerjapkan mata dan menoleh bingung saat mendapati tidak ada siapa-siapa di dalam mobil. Sudah begitu mobilnya dalam keadaan berhenti dan mati mesin. Pantas gerah, Chris dibiarkan terkurung di dalam sih.

FAIR UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang