11. Matahari Terbenam di Gumuk Pasir

1.1K 178 8
                                    

"Chris, bangun!" Maura berseru mengetuk kamar Chris pagi itu. Sudah jam 6 pagi, beberapa tamu lain di rumah itu bahkan sudah ada yang berkumpul di ruang makan meski jatah sarapan datang jam 7.

Maura juga sudah cantik sejak subuh tadi. Dia mandi begitu pagi, salat, dandan, dan sudah menyelesaikan chapter kedua di novel yang sedang ia buat.

"Chris!" Maura berdiri dengan geram hingga pintu kamar Chris terbuka.

"Jangan lelet dong! Kita harus berangkat pagi biar nggak keburu kamu kena sleep attack."

Chris merengut. Dia tidur kelewat nyenyak untuk pertama kalinya. Gara-garanya, Maura membuatkan teh chamomile. Juga menyalakan lilin aromaterapi di kamar, yang biasanya Chris insomnia, atau sebentar-sebentar bangun, tadi malam tidak. Chris tidur selama tujuh jam full!

Thanks to Maura.

"Kita ke mana hari ini, Maura?" Chris bertanya setelah dia duduk di ruang makan bersama tamu yang lain. Dia sudah mandi, keramas, wangi, dan semakin tampan. Pemandangan yang indah buat mata Maura.

"Ke Bantul."

"Ngapain?"

"Rahasia." Maura terkekeh sambil mengunyah lupis miliknya. Sementara itu Chris menatap jatah sarapan paginya yang terhidang di nampan.

Maura benar-benar bekerja dengan baik. Nyaris semua kebutuhan Chris dia penuhi. Chris terima jadi. Tidur dibangunkan, mandi dijadwalkan, sarapan diambilkan. Kurang apa coba?

"Wait, ini makanan apa?"

"Itu lupis namanya," kata Maura sambil menusuk makanan itu dengan garpu. Lalu disodorkan kepada Chris. "Enak kok, manis. Ini beras ketan dilumuri parutan kelapa dan gula merah cair. Cobain, deh!"

Bukannya makan sendiri, Chris malah membuka mulut lebar-lebar dan melahap lupis itu langsung dari garpu di tangan Maura. Maura tercengang. Kok malah jadi disuapi?

"Enak, Maura." Chris mengangkat jempolnya.

"Makan sendiri nih." Maura meletakkan garpu itu ke depan Chris. Lalu sebelum Chris bertanya, dia menjelaskan menu sarapan mereka yang disediakan oleh penginapan pagi itu.

Ada singkong halus berbentuk persegi berwarna cokelat bernama gethuk, ada lupis, ada dua kepalan nasi ketan berisi daging ayam yang dibungkus daun pisang dan diikat tali bambu bernama legomoro, dan teh manis panas.

"By the way, Maura. Terima kasih yang semalam, ya. Aku nggak pernah pikir sampai ke teh chamomile dan lilin aromaterapi itu. You makes me feel better."

Maura mengulum senyum. Wajah Chris di depannya mengundang sengatan listrik berbahaya. Harus segera dibatasi kalau tidak mau perasaannya goyah dari Praska.

"Itu bagian dari cara menghindari stimulan, Chris. Daripada minum obat tapi nggak sembuh, mending ubah pola hidup kamu."

Chris mengangguk. Lalu tersenyum dan mengangsurkan sepotong legomoro yang sudah ia kupas kepada Maura. "Nih makan, gantian aku yang suapin kamu."

"Gantian? Aku nggak pernah nyuapin kamu tuh."

"Tadi kamu nyuapin aku."

"Itu kamu yang nyerobot sendiri, Chris."

"Nggak, kamu nyuapin aku tadi."

***

"Maura! What is this!" Chris memekik histeris kali ini.

Sementara Maura pura-pura serius, padahal menahan tawa lagi. "Relax, Chris. Itu cuma lele!"

Chris menoleh tidak terima. Maura bedebah! Pantas saja gadis itu memaksa dia memakai celana pendek, sandal jepit, dan kaos oblong lengan pendek. Padahal tadinya, Chris sudah memakai celana panjang dan sepatu kets kesukaannya.

FAIR UNFAIRWhere stories live. Discover now