15. Tumbuh Secara Perlahan

Mulai dari awal
                                    

"Kalo gitu, saat lo udah mulai berencana, lo harus bilang dulu ke gue."

Gilang hanya diam, masih menatap intens pada dua bola mata Vanya.

"Karena sepertinya gue mulai bergantung sama lo." Vanya melanjutkan. Gadis itu meneguk minumannya sekali teguk, "Gue bisa siap-siap kalo seumpama lo bakal pergi kemudian membuat seolah-olah kita nggak pernah saling kenal."

"Gue nggak akan ngelakuin itu."

Vanya tersenyum disertai dengusan kasar, "Lo pasti akan ngelakuin itu kalo tau siapa gue sebenernya."

"Dan.... Siapa lo sebenernya?"

"Gue yakin lo akan menjauh setelah tau siapa gue." Vanya melihat tidak ada respon dari Gilang. Benar, cepat atau lambat Gilang harus tau mengenai kondisinya. Ia tidak bisa terus-terusan berbohong dan menyembunyikan rahasia yang selama ini ia simpan rapat-rapat. Vanya tidak ingin membuat cowok yang tengah menatapnya itu kecewa dengan kebohongannya. Ia bisa menerima jika setelah ini, Gilang mungkin akan langsung pergi menjauh.

Dan akhirnya gadis itu melanjutkan, "Dulu gue-"

"Kak Gilang!"

Vanya dan Gilang sontak menoleh ke sumber suara. Shilla.

Gadis itu berlari kecil menghampiri Gilang dan Vanya. "Tadi aku cariin kak Gilang di kantin nggak ada." Suaranya putus-putus. Bola mata Shilla melebar saat baru menyadari kondisi wajah Giang, "Wajah kak Gilang kenapa? Habis berantem?"

Gilang hanya tersenyum sambil menggeleng, "Ada perlu apa, Shil?"

Shilla menyodorkan selembar undangan kepada Gilang, "Sabtu depan aku ngadain pesta ulang tahun yang ke-16. Kak Gilang harus datang ya." Suaranya ceria.

Gilang lagi-lagi tersenyum lalu mengangguk kecil. "Tapi boleh ngajak temen kan?"

Shilla mengangguk antusias. "Eh tapi kak Andre juga udah aku kasih undangan kok."

Kali ini Gilang tertawa kecil. Tawa yang berhasil membuat Shilla dan Vanya terpana. "Cewek di sebelah gue juga diundang atau nggak?"

"Eh?" Shilla tersentak. Ekspresinya tampak merasa bersalah. "Aku Cuma bawa satu undangan. Aku nggak tau kalo ada kak Vanya juga. Emmm kak Vanya juga boleh kok datang ke pesta aku."

Vanya mengerjap, sedikit kaget kalau gadis yang lebih kecil darinya ini tau namanya.

"Untuk undangannya, engggg... sekalian jadi satu sama punyanya kak Gilang ya, kak." Shilla nyengir.

"Bagus! Berarti besok gue bisa berangkat barengan sama Vanya."

Vanya yang mendengar kalimat Gilang hanya mendengus. Sedangkan Shilla, senyuman gadis itu luntur seketika.

"Kalian berdua pacaran?"

"Enggak/enggak." Jawab Gilang dan Vanya bersamaan.

Senyum lebar Shilla kembali terbit, "Yaudah kalo gitu kalian boleh berangkat berdua. Udah dulu ya kak, aku mau ke kantin dulu. Udah ditunggui temen aku soalnya." Shilla langsung berbalik dan berlari kecil meninggalkan Vanya dan Gilang menuruni anak tangga menuju kantin.

Setelah Shilla benar-benar menghilang dari pandangan, Gilang bergegas berdiri.

"Ayo!"

Vanya mengernyit, "Kemana?"

"Balik ke kelas."

Vanya menggeleng, "Gue masih pengen disini."

"Oh, oke." Gilang kembali duduk.

"Kenapa duduk lagi?"

"Mau nemenin lo."

Tanpa sadar, sudut-sudut bibir Vanya tertarik ke atas.

Glass BeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang