Chapter 39 - END SEASON 1

18.1K 1.4K 868
                                    

[Pada nyatanya kau tidak akan pernah menemukan pintu pada labirin panjang yang kau masuki kecuali kau mati di dalamnya.]

✂--

Suara penghangat ruangan beradu lembut dengan alunan musik klasik. Mozart-Serenade D-dur mengalun lembut merasuk dalam penginderanya. Samar-samar bau coklat brownis menggiurkan tercium.

Semuanya terasa familiar. Yoojung membuka kelopaknya perlahan. Mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya membelalakkan matanya, bangkit duduk dengan jantung berdebar-debar.

Ini kamarnya. Alunan musik klasik itu adalah favorit mamanya. Bau brownis manis itu khas dalam dapur mama.

Buru-buru ia melompat dari atas ranjang dan menatap terkejut sosok berbalut apron biru langit berdiri di balik meja dapur menghias sebuah brownis.

"Mama?"

Wanita yang berselimut aroma brownis manis itu mengangkat kepalanya. Memberikan senyum terhangatnya yang memanggil kerinduan dalam benak Yoojung. Gadis itu berlari dan berhambur memeluk sang mama. Menangis sesenggukan membuat wanita itu kebingungan.

"Jungie-ya.. kenapa kau menangis, sayang?" Tanya mama lembut, membelai rambutnya dengan segenap kasih sayang.

"Kukira mama sudah pergi.. hiks.. hiks.."

Mama terkekeh renyah, memeluk putrinya erat. "Memangnya mama pergi kemana?"

"Jangan tinggalkan Yoojung, ma!" Gadis itu masih menangis. Mengeratkan pelukannya seolah mama akan pergi kapan saja jika ia melepaskannya. Mama mengerutkan kening bingung untuk beberapa saat hingga akhirnya kembali tersenyum lembut dan mengangkat wajah Yoojung, mengusap air mata dari pipi putrinya.

"Tidak akan. Apakah kau baru saja bermimpi buruk?"

Yoojung mengangguk pelan, matanya menatap lurus mata mama yang ia rindukan. Tatapan lembut yang selalu menghangatkan hatinya. "Sangat buruk."

Kemudian mama kembali menarik Yoojung dalam pelukannya. "Jangan khawatir. Sekalipun kau bermimpi buruk, mama akan selalu ada di sampingmu."

Yoojung mengangkat kepalanya dari rengkuhan mama. "Janji?!"

Mama tersenyum tipis. "Kalau pun seandainya mama tidak ada di sisimu, mama yakin, Jungie adalah gadis yang kuat."

Namun Yoojung menggeleng keras. "Aku tidak sekuat itu!" Beonya membantah. Mama masih memberikan senyum hangatnya, menatap Yoojung penuh keyakinan. "Tidak. Mama yakin, kau adalah anak terkuat yang pernah mama lihat. Kenapa? Karena kau anak mama."

"Kenapa mama yakin sekali? Cih, menyebalkan." Ia mempoutkan mulutnya membuat mama terkekeh sembari mencubit pipi putrinya gemas.

Selepas itu mama tak lagi mengucapkan sepatah katapun. Ia terus memeluk Yoojung sembari mengusap lembut rambut putrinya. Yoojung memejamkan matanya menyerap seluruh kasih yang ia rindukan. Perlahan ia kembali terisak.

"Yoojung-a!"

Yoojung tak menjawab.

"Kim Yoojung!" Suara berat seseorang memanggilnya. Seperti terseret arus kuat sebuah sungai, Yoojung membuka matanya cepat. Ia tak lagi dalam pelukan mamanya. Semua gelap. Tak ada rumahnya, dapur mama, aroma brownis, ataupun pelukan hangat mama.

Kegelapan menyerbunya, sebuah lorong panjang tak berujung mendadak membuatnya merinding. Yoojung menahan nafasnya.

"Kim Yoojung!" Panggil suara bariton sosok yang ia kenali. Di ujung lorong, diterpa cahaya lampu remang, sesosok dengan rambut merah menyala berjalan cepat mendekatinya. Tangannya menggapai membuat Yoojung bergidik ngeri. Lantas sekuat tenaga Yoojung lari menghindari sosok yang ia yakin dengan jelas bernama Lee Taeyong. Bajingan sinting itu.

APARTMENT 127 [SUDAH TERBIT - PREORDER DIBUKA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang