Chapter 2

30.9K 2.5K 392
                                    

Di sekolah baru―SMU Jaeil, semenjak kepindahannya kesana 3 bulan yang lalu, hingga saat ini Yoojung sama sekali belum memiliki teman. Lebih tepatnya ia tidak ingin. Mengingat bagaimana pekerjaan ayahnya yang sering membawanya pergi kemana-mana tak memungkinkan dirinya memiliki hubungan pertemanan yang akan bertahan dalam jangka panjang. Terhitung selama setahun, Yoojung telah pindah sekolah selama 4 kali. Ini adalah kepindahannya yang kelima.


Maka dari itu, lebih baik Yoojung tak berteman dengan siapapun. Pun ia tak berniat untuk memulai pertemanan. Gadis introvert sepertinya lebih menyukai menyendiri. Ia tak peduli tanggapan orang lain terhadapnya. Namun karena itulah semua orang di sekolahnya menganggapnya gadis yang menyebalkan.

Terserah lah apa yang mereka pikirkan. Selama hidup Yoojung baik-baik saja, ia tak masalah.

Namun untuk pertama kalinya, ada satu orang yang tanpa ia sadari menjadi teman dekatnya perlahan-lahan. "Sendirian lagi?" tanya Mark menghampiri Yoojung yang tengah menyantap makan siangnya sendirian. Iris Yoojung hanya menatapnya sekilas tak berniat menjawab pertanyaan Mark.

Jika menilik seluruh tatapan penghuni kantin, Yoojung dapat menyadari rasa kebencian yang mereka berikan kepadanya. Yoojung bukanlah gadis bodoh yang sok tidak mengerti arti tatapan benci mereka. Pemuda bernama Mark di hadapannya lah penyebab yang menjadikan pusat atensi seluruh penghuni kantin.

"Kau masih membacanya? Deadly Fear?" Mark melirik sebuah novel yang tengah Yoojung baca. Semenjak beberapa hari yang lalu pemuda itu memang memperhatikan Yoojung yang selalu membawa buku itu kemana-mana. Yoojung tak menjawab dan masih fokus membaca.

Yoojung pikir dengan mengabaikan Mark seperti ini akan membuat pemuda itu lelah mendekatinya. Kenapa Mark selalu sok ramah sekali kepadanya, sih?

"Aku sudah membacanya. Vance Monroe lah psikopat nya. Ah, bukan. Lebih tepatnya dia adalah Kyle West. Iya, kan? Kuharap aku tidak sedang memberimu spoiler."

"Tidak, aku sudah membaca buku ini berulang kali." Akhirnya Yoojung mendongakkan kepalanya dari buku di pegangannya. Ia tak tahu jika Mark membaca novel ini juga. "Kau sudah pernah membacanya?"

Mark terkekeh pelan lantas menumpu wajah dengan kedua tangannya. "Ya. Semalaman suntuk. Keren sekali! Benar-benar plot twist."

Yoojung kembali menatap novelnya dan berpikir sejenak. Jika Mark saja bisa menyelesaikan novel ini dalam semalam, kenapa ia harus menyelesaikannya dalam seminggu?

Sebenarnya Yoojung mendapatkan buku ini dari pamannya di Busan sebelum pindah ke Seoul. Berhubung Paman Jaeseok adalah seorang detektif, ia memberikan sebuah buku dengan tema pembunuhan.

Deadly Fear. Bercerita tentang seorang psikopat yang membunuh korbannya dengan apa yang ditakuti si korban. Seperti Sally yang trauma akan kecelakaan dalam mobil, maka ia harus meninggal terikat dalam kemudi sedang sang pembunuh menabrak mobil tersebut dengan kecepatan tinggi. Atau Laura dengan ketakutannya akan ruangan yang sempit sedang ia perlahan mulai kehabisan nafas dan meninggal dan Sam dengan fobianya terhadap air maka sang psikopat menenggelamkannya ke dalam air berulang kali.

Buku yang menarik. Psikopat yang sinting.

Hey, mereka memang sinting!

"Yeah, sangat keren." Balas Yoojung singkat. Ia menutup bukunya dan segera membawa nampannya untuk pergi dari kanti. Ia hampir lupa bahwa Mark adalah sosok pemuda yang harus ia hindari agar ia berhenti mendapat atensi kebencian dari selurih murid-murid di sekolahnya.

APARTMENT 127 [SUDAH TERBIT - PREORDER DIBUKA]Where stories live. Discover now