Chapter 24

11.3K 1.3K 146
                                    

[wahai manusia-manusia yang berbahagia.. setelah di survei ternyata saya mendapati banyak para anggota grup pecinta NC disini.. oleh karena itu, saya selaku sesama pecinta NC, dengan ini.. *Halah kelamaan..

Jadi.. intinya welkam tu area2 NC ngeGAS di chapter2 selanjutnya]

◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾

          Coba tebak, siapa yang dapat tidur di situasi seperti ini?

Luka sayatan di dada, kedua tangan diikat di kedua sisi headboard, dan si sinting sialan Lee Taeyong yang terus memeluk menjadikan perutnya bantal.

Tak akan ada yang bisa.

Yoojung ingin terisak. Namun ia tak bisa melakukan itu karena ia tahu jika Taeyong mendapatinya menangis, si bajingan sialan itu akan semakin senang. Yoojung tahu betul, si sinting itu senang melihat mangsanya terlihat lemah.

Malam semakin larut dan Yoojung tak dapat memejamkan matanya. Ia dapat merasakan Taeyong mendengkur di atas perutnya. Dengkuran halus dan pelan. Rasanya ia ingin menyingkirkan kepala bajingan itu dari atas perutnya.

Sayangnya, saat ia mencoba memiringkan tubuhnya untuk menyingkirkan kepala Taeyong, Taeyong terbangun.

Kepalanya langsung mendongak dan ia mendorong tubuhnya memajukan wajahnya pada wajah Yoojung.

Sial.

"Kau belum tidur rupanya.." suaranya terdengar serak. Ia menghembuskan nafasnya tepat di wajah Yoojung. Iris Yoojung berusaha tak gentar menatap dua obsidian yang menatapnya tajam.

Taeyong memalingkan wajahnya dari gadis di bawahnya, menatap jam weker di atas nakas samping ranjang. "Jam 3 dini hari." Gumamnya.

"Ah, haus!"

Taeyong beranjak dari atas ranjang meninggalkan Yoojung. Namun baru beberapa langkah ia berhenti dan kembali lagi. Kening Yoojung berkerut ketika Taeyong membuka semua ikatan di kedua tangan dan juga kakinya.

"Diantara kami bertiga, aku yang paling baik. Aku tak suka melihat gadis yang kusukai diikat seperti ini." Ujarnya. Yoojung mendesis tak percaya. Paling baik apanya?

Tak ada satupun diantara tiga psiko itu yang baik.

"Kalau Lucas tahu aku melepas ikatan mu, ia akan menghajar ku." Lanjutnya. "Berhubung dia tak ada, aku akan melepaskannya. Toh, besok ia berangkat ke Busan lagi."

Mata Yoojung menyipit. "Bukan hanya aku?" Tanyanya dengan nada tak percaya dan marah.

Taeyong menatap obsidian Yoojung dan tersenyum. "Kau pikir kami puas hanya dengan satu mainan?"

Ah, Yoojung baru ingat bahwa ia sedang menghadapi tiga pria sinting. Satu mainan tak cukup?

"Padahal kalian sudah menculik 3 orang. Masih belum cukup?"

Taeyong menggeleng. "Ayahmu dan Ten si kunyuk tengik itu bukan mainan kesukaan kami. Kami hanya senang bermain dengan gadis cantik sepertimu."

Sialan. Bangsat.

Yoojung membuang muka jijik bertatap muka begitu lama dengan Taeyong. Taeyong tersenyum miring dan segera meninggalkan Yoojung selepas melepas seluruh ikatan Yoojung.

Ini adalah kesempatan bagi Yoojung untuk kabur. Ia tahu kemana arah Mark dan Lucas keluar dari sini. Di ruang tengah ada lorong di sudut ruangan. Entahlah. Yoojung juga tak yakin itu lorong atau pintu masuk. Intinya Mark dan Lucas berbelok di sana.

Yoojung turun dari ranjang dan langsung berlari kencang menuju lorong yang dimaksud. Sayangnya, itu bukan lorong. Itu hanya pintu masuk lain ke ruangan berisi banyak sekali lemari kayu.

APARTMENT 127 [SUDAH TERBIT - PREORDER DIBUKA]Where stories live. Discover now