"Dengarlah aku, Seungwan," bisik Chanyeol.

Suara lembut Chanyeol ketika menyebut namanya, menabuh genderang jantung Seungwan.

"Aku ingin kau mengucapkan selamat tinggal pada kawanmu di Loudline."

Seungwan langsung melepaskan diri dari pelukan Chanyeol. Matanya menuntut penjelasan Chanyeol.

"Apakah kau lupa besok kita akan berangkat ke Pittler?" Chanyeol bertanya, "Atau mungkin kau lebih senang bertemu dengan pemuda itu daripada pergi berburu denganku?"

"T-tidak," sergah Seungwan, "Tentu saja aku mau pergi denganmu."

"Reaksimu tidak mengatakannya," Chanyeol tidak sependapat, "Jangan katakan padaku kau lupa."

"Wajar saja kalau aku lupa," Seungwan tidak senang dengan pertengkaran yang dipancing Chanyeol, "Orang gila mana yang mau pergi berburu ketika hewan-hewan bersiap-siap tidur selama musim dingin!?"

"Kau tidak mengerti. Justru inilah letak tantangannya. Mengapa?" Chanyeol mencondongkan tubuhnya, "Apakah kau tidak punya kepercayaan diri untuk mengungguliku?"

Wajah yang terlalu dekat itu membuat mata Seungwan tidak bisa menghindarkan tatapannya dari bibir yang sanggup meluluhkannya. Seungwan segera mengalihkan pandangannya dan ia kembali mengutuki dirinya sendiri. Sepasang mata kelabu Chanyeol menyedot pandangannya seperti gua gelap tak berujung. Seungwan mengatupkan tangannya di dadanya – siap menangkap jantungnya yang siap melompat sewaktu-waktu.

"Jadi, sayangku?"

Nada gembira dalam suara itu menyadarkan Seungwan akan permainan Chanyeol.

"Aku tidak akan kalah darimu! Lihat saja!"

Chanyeol tersenyum puas. "Aku tidak sabar melihat penampilanmu besok."

Seungwan kesal. Ia marah! Mengapa setiap saat ia baru menyadari permainan Chanyeol ketika pemuda itu sudah puas!? Ia tidak akan membiarkan pemuda itu tahu belakangan ini ia terus memikirkannya!? Seungwan tidak akan membiarkan Chanyeol menertawakannya karena itu!!

"Mau ke mana kau?" Chanyeol menarik tangan Seungwan.

"Aku mau mencari Jongin!"

"Jangan pergi terlalu lama," pesan Chanyeol.

"Aku tidak akan kembali sampai besok!" Seungwan pergi dengan kesal.

Chanyeol tertawa. Ia tahu Seungwan sedang marah padanya. Inilah Seungwannya. Seungwan salah kalau ia pikir Chanyeol tidak tahu hobi barunya akhir-akhir ini.

Perubahan Seungwan terlalu mencolok hingga penghuni baru Fyzool pun tahu ada yang salah pada Seungwan. Bagi tiap orang, Seungwan berubah karena bayi dalam kandungannya. Namun bagi Chanyeol, Seungwan berubah karena ia kecewa pada kenyataan ia tidak benar-benar hamil.

Andaikan saja Seungwan tahu betapa Chanyeol menginginkan kehamilannya...

Hari-hari belakangan ini Chanyeol menghindari pertemuan dengan Seungwan di saat tiada orang lain di sekitar mereka. Chanyeol tidak mau kehilangan akal sehatnya lagi seperti malam itu. Chanyeol tidak berani menjamin di saat lain ia dapat mengendalikan tindakannya seperti saat itu.

Hari-hari belakangan ini Chanyeol menyadari ia tidak menginginkan kehamilan Seungwan hanya karena tuntutan awal pernikahan ini. Chanyeol tidak mau Seungwan hamil hanya karena tugasnya sebagai seorang Ratu. Chanyeol menginginkan keturunan yang benar-benar diinginkan mereka berdua!

Melihat Seungwan yang menjauh dengan membawa kemarahannya, Chanyeol ragu keinginannya itu dapat segera terlaksana.

Tidak mengapa. Chanyeol tidak terburu-buru. Mereka masih muda. Mereka masih perlu membina hubungan sebelum kehadiran anak mereka. Sekarang yang harus segera ia laksanakan adalah mempersiapkan perburuan mereka – tradisi warisan ayahnya.

RATU PILIHAN [pcy;ssw]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora