29

14 1 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Loh, itu kan Ryan? "Ryan..!!" Rie melambai-lambaikan tangannya. "Ryaaann!!"

Ryan menoleh, seketika ekspresinya berubah. "Oh Rie.."

"Ada apa kau datang ke rumah sakit? Bagaimana dengan Esya? Apa sudah ketemu?"

Ryan menggeleng. "Oh ya bagaimana keadaan paman?"

"Ayah mertua sudah lebih baik. Kau belum menjawab pertanyaanku tadi! Kau kurang sehat? Obat apa itu?" Ia melirik plastik putih bening yang berisi beberapa macam jenis obat.

"Oh ini.. punya teman."

Rie hanya mengangguk. "Kau sedang sibuk? Susah sekali menjumpaimu beberapa hari ini. Oh ya paman Hans juga.. kalian sudah jarang main ke rumah."

Apa kami sering main kerumah untuk bercanda? Kurasa kami ke rumah paman hanya untuk membahas hal penting dan genting! "Hmm.. Aku sedang sibuk."

Rie mengangguk lagi. "Ayo kita minum kopi!"

"Maaf Rie, aku sedang buru-buru."

Rie terdiam.

"Aku pergi dulu ya. Salam sama paman dan yang lainnya." Ucap Ryan sambil berlalu.

Rie hanya mengangguk. Ia berbalik arah, menuju tujuan utamanya ke rumah sakit. Haruskah aku bertemu dengan paman Hans dulu? Sepertinya obat penenang ibu sudah mulai tidak berfungsi!

"Baiklah, terimakasih. Aku akan datang lagi besok." Ucap Rie saat salah seorang perawat berkata bahwa Dokter Hans tidak bertugas hari itu.

Rie mengendarai mobilnya. Sesekali ia menekan tombol radio mencari siaran yang enak didengar. "Ohh... itu kan." Ia menepikan mobilnya. "Bukankah itu Hans? Untuk apa dia belanja pakaian wanita sebanyak itu?" Rie semakin curiga. Ia mengecilkan suara radionya dan fokus menyetir mengikuti Hans. "Astaga dia terlalu kencang.. Apa dia sadar kalau aku mengikutinya?"

Ciiitttttttttt...

Tinntinnn.....

Suara gesekan ban dengan jalan licin terdengar keras serta bunyi klakson yang bising mewarnai pemandangan Rie di musim hujan itu.

Mulutnya ternganga... menyaksikan detik-detik mobil Ryan akan menabrak bus biru yang melaju perlahan.

"Astaga Ryan..!!!"

Bruakkkk...

Tabrakan pun terjadi. Rie terbengong, tangannya gemetaran. Ia bahkan tidak sanggup membuka pintu mobilnya dengan benar.

Astaga! Ryan, apa yang harus kulakukan? Rie berusaha berjalan tegak, mendekat. Mobilnya berasap? Ya Tuhan, apa yang akan kulakukan! Langkahnya berhenti saat ia sudah bisa melihat jelas Ryan dengan bercak darah di sekujur tubuhnya. Dia mati? Tidak..tidak.. Rie mengambil ponselnya, menelepon ambulans.

Asa EsyaWhere stories live. Discover now