27

13 2 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Rita.." Esya mencoba menggerakkan kepalanya. "Rita.." Lagi dipanggilnya.

"Dia keluar sebentar." Ryan yang baru masuk segera mendekat. "Kenapa Sya?" Ia mengelus rambut Esya lembut. "Apa kau haus?"

Esya berusaha mengangguk.

"Sebentar, kita atur posisimu."

Esya berusaha menahan pundaknya sampai Ryan mengambil bantal sebagai penyangga.

"Ini hari apa?"

"Hari sabtu." Ia mengatur rambut Esya agar tidak menghalangi minum..

"Apa? Sudah tiga hari. " Ia melihat sekeliling ruangan, dan sontak kaget "ini ruangan VVIP kan?" yang langsung mengitari kepalanya adalah uang tabungannya kandas tak bersisa.

"Sudah, minum saja dulu." Ryan menaikkan tangan Esya yang masih memegang gelas. "Nanti saja itu dipikirkan."

Esya menurut. Ia tak bisa menyangkal bahwa tenggorokannya kering kerontang.

"Kau sudah merasa baikan? Syukurlah operasinya berjalan lancar."

"Hm.." Esya mengangguk.

"Mungkin sebentar lagi dokter Hans akan datang."

"Hm.." Esya mengangguk lagi.

"Kau merasa kurang enak badan? Apa ada keluhan? Biar aku panggil saja dokternya sekarang."

Esya menggeleng. "Mm.. apa aku bisa menanyakan sesuatu?"

Kali ini Ryan yang mengangguk.

"Berapa biaya permalam di ruangan ini?"

Ryan terdiam, seakan sedang berpikir.

"Apa mahal sekali?"

"Ya menurutku pasti mahal. Karena ini VVIP bukan VIP."

"Sudah berapa tahun kau bekerja di perusahaan kita?"

"Beberapa bulan semenjak kita tamat kuliah." Ryan tersenyum. Ia melipat tangannya sambil memasang ekspresi jahil. "Hayoo.. kau mau cari info tentang apa? Penasaran dengan kehidupanku atau.."

"Apanya... Bukan begitu." Esya melambai-lambaikan tangannya

"Jadi?"

"Aku hanya penasaran apa perusahaan meng-cover semua biaya rumah sakit ini?" ia memandang sekeliling ruangan yang luasnya hampir sama dengan apartemennya. "Kau pernah mengalami ini" tiba-tiba pandangannya lurus ke arah Ryan. Ia lebih takut kehilangan semua uang peninggalan hasil jerih payah ibunya ketimbang kenyataan bahwa ia sudah tertidur terlalu lama.

Asa EsyaWhere stories live. Discover now