25

15 2 0
                                    

"Ayahku butuh tim sukses

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ayahku butuh tim sukses. Kau mau jadi salah satu nya? Ayah akan melakukan apapun untuk tim suksesnya jika ia menang."

"Aku tidak tertarik." Sherak lanjut berjalan tanpa menoleh.

"Kau yakin? Bukannya sekarang kau butuh uang banyak untuk uang kuliah Hans?"

Sherak berhenti, berbalik. Tahu darimana dia?Atau si Hans bodoh itu yang menceritakan?

"Itu akan sangat menguntungkanmu. Kukira kau juga sadar uang yang kau hasilkan tiap bulan tidak sanggup mencukupi kebutuhan kalian berdua! Tidak perlu selelah itu untuk menjadi tim sukses ayahku, cukup dengan membagikan selebaran dan memasang baliho di setiap pinggir jalan, kau bisa mendapatkan uang lebih!"

"Setelah tidak hamil, kau gunakan cara ini untuk mendekatiku?"

Jane mengernyitkan dahinya "Kau pikir kau seganteng dan sekaya apa sampai aku harus mengejarmu hingga kehilangan harga diri!" Jane menghentakkan tas sandangnya dengan sedikit emosi. "Pikirkan saja tawaranku itu!" Ia berlalu meninggalkan Sherak.

Sherak sudah memikirkan perkataan Jane satu hari dua malam.

Ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Jane.

Aku pikir, tidak salah jika mencoba.

Dan pesan itu menyalakan semua energi di badan Jane. Ia melonjak kegirangan. Ia berlari menuruni tangga rumahnya yang melengkung dengan hiasan perak di setiap pegangan anak tangga, sambil memanggil-manggil ayahnya. Mengatakan bahwa temannya akan menjadi tim sukses terbaik ayahnya.

"Kau yakin?" tanya ayah Jane sekali lagi.

"Yakin. Dia memiliki banyak pelanggan tetap di cafe nya!"

"Dia seorang pelayan? Pramusaji?"

"Ia yah. Tapi kepribadiannya sangat baik."

Ayah Jane diam sambil berpikir.

"Ayolah ayah.. dia itu punya banyak teman dikalangannya!"

Ayah Jane langsung mengangguk setuju. "Memang bagus memiliki tim sukses dari banyak kalangan." Ia melipat korannya, kemudian bangkit berdiri sambil mengelus rambut Jane. "Aku percaya pada pilihan anak kesayangan ayah."

Jane menunggu ayahnya menjauh dan menelepon Sherak. "Aku akan datang ke rumahmu nanti malam... untuk apa? Ya untuk menjelaskan bagaimana sistem kinerjanya!.. atau kau mau langsung mendengarnya dari ayahku? .. nah tu kan, aku juga tahu kau merasa segan. Bagaimana... aku bisa datang atau tidak?.. Baiklah. Sampai jumpa nanti malam." Jane menutup teleponnya dengan penuh ceria. Ia bersenandung sepanjang menaiki tangga, kembali ke kamarnya.

"Apa kau bilang? Jadi tim sukses ayahnya Jane?"

Sherak menatap Hans tanpa anggukan.

Asa EsyaWhere stories live. Discover now