18

11 2 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semua berbisik-bisik sambil membentuk beberapa kelompok kecil di hampir seisi ruangan. Esya mengernyitkan dahi. "Ada apa ini?" Ia berjalan perlahan-lahan, sesekali ia berhenti untuk mendengar bisikan-bisikan mereka. Ada apa sih!

Ia menatap tangga yang meliuk panjang sampai ke atas, kemudian berbalik badan dan memilih mengantri di depan lift. Beberapa kali ia biarkan lift itu menutup, dan akhirnya masuk ke dalam lift yang kosong - sendirian.

"Ekh tunggu..!" Cegah seseorang..

Spontan Esya menekan tombol close berkali-kali. Tak ingin ada seseorang yang lain bersamanya di dalam lift.

Halo!! Seorang pria menghadang lift tertutup dengan tangannya.

Esya terkejut saat pintu itu tetap terbuka. Ryan?

"Esya??" Ryan memandangnya dari atas sampai ke bawah. Kenapa ia tak menahan pintu lift untukku?

Esya tersenyum tipis. Entahlah, tapi ia benar-benar terjebak mood jelek pagi itu. Ia tidak memakai rok span seperti biasanya. Cardigan lusuhnya mendukung mood-nya yang berantakan.

"Kau kurang sehat?"

Esya menggeleng dengan senyuman.

Tingg...

Pintu lift terbuka lebar.

"Kau juga disini?" tanya Esya heran saat Ryan juga ikut keluar.

Ryan mengangguk. "Ternyata cepat juga tersebar beritanya ya." Ia menangkap sinyal keingintahuan Esya dari alisnya yang sedari tadi meninggi, serta bola matanya yang selalu menatap setiap orang yang sedang berbisik-bisik bahkan disepanjang ruangannya.

Lagi, Esya menaikkan alisnya. Menatap Ryan, bohong dirinya tak ingin tahu.

"Direktur koma."

Duarrr....

Serasa panah yang diselimuti api menanjap di dadanya. Lidahnya kelu, tapi matanya seakan memaksa bicara. Bola matanya membesar, ia memandang Ryan setengah percaya.

"Dini hari tadi, ia jatuh di kamar mandi. Mungkin strok ringan atau.." Ia mengangkat kedua bahunya. "Entahlah..."

Esya tak bicara sepatah katapun. Kenapa dengan diriku? Kenapa aku harus sedih? Dia bukan siapa-siapa! DIA BUKAN SIAPA-SIAPA!

"Hei.. are you okay?" Ryan menyentuh lengan kanan Esya.

Sejenak mengkedipkan matanya berkali-kali dan dia sadar ia sedang memikirkan pria tua yang nyatanya adalah ayah kandungnya.

Esya mengangguk dua kali dengan slow motion. Matanya sedikit melebar, ia memegang tengkuknya. Ia seketika merasa badannya melemah.

Asa EsyaWhere stories live. Discover now