15

18 2 0
                                    


Sudah hampir setengah tahun Esya tinggal di apartemen baru

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah hampir setengah tahun Esya tinggal di apartemen baru. Dan yang mengetahui hal itu hanya Rita seorang. Ia tak mau memberitahu perpindahan lokasi tempat tinggal kepada teman-teman sekantor lain, termasuk Ryan yang sudah hampir lima kali menanyakan tempat tinggal barunya. Ia takut informasinya bocor ke Sherak.

Seperti biasa setiap weekend Esya selalu pergi ke apartemen Rita, dan itu selalu dilakukannya ketika dia merasa bosan dan novel yang dibelinya sudah habis dibaca.

"Tadaaa.. Sate ayam plus milk tea panas." Sogok Esya saat Rita membukakan pintu dengan mata setengah terbuka.

Di hari sabtu dan minggu - jika tidak lembur - Rita lebih sering menghabiskan waktu untuk tidur seharian. Apalagi jika di hari kerja ia selalu pulang larut malam, maka ia akan menebus semua waktu istirahatnya di hari sabtu dan minggu.

Ekspresi senang di wajah Rita tak terbendung saat melihat makanan yang hampir dilupakan selama dua minggu terakhir. Makan siang di kantor hampir setiap hari dan hanya memasak mie rebus dan telur ceplok di hari weekend, sukses membuatnya menabung banyak karena rasa malasnya untuk bergerak keluar membeli makanan untuk perutnya yang sejengkal.

Berbeda dengan Esya yang lebih sering menghabiskan waktunya menulis puisi, membaca novel dan menulis diary setiap hari jumat.

Rita yang tidak sabar lagi langsung melahap sate ayam itu sambil menonton televisi. Sebentar ia tangannya berhenti memasukkan sate ayam ke dalam mulutnya karena teringat sesuatu " Oh ya, Sya. Kau tahu kan minggu depan akan ada big party?"

"Party?" Esya melepotan berbicara saat ia baru memasukkan beberapa potong sate ke dalam mulutnya. "Aku tidak tahu."

"Pesta bos kita, Pak Rudi. Hari sabtu hanya team kita yang diundang, karena itu beritanya tidak terlalu terdengar ke team lain"

"Bos kita? Pesta apaan?"

"Married."

"Uhukk..uhukk.." Esya meneguk air mineralnya dan melanjutkan bicarannya. "Married?" Bola matanya mulai membesar.

Rita mengangguk. "Tau kan temanmu yang pernah kita jumpa di mall itu. Itu lah gandengannya" Sambil menunjukkan undangan yang terletak di atas sofa di ujung ruangan.

Setengah merangkak Esya segera mengambil undangan "Rudi dan Marie." A membaca undangan itu sambil menggeleng-geleng kepala. Ekspresi tidak percaya. Ia masih tetap fokus melihat setiap tulisan yang ada diundangan itu. "Rie Marie M. Hum, wah dia memang hebat." Esya berdecak kagum.

"Apa kepanjangan gelarnya itu?"

"Magister Humaniora."

"Oo.. itu bidang apa?"

Asa EsyaWhere stories live. Discover now