23. Tipuan Tio

Mulai dari awal
                                    

Kana kemudian pamit dan mencium punggung tangan Ayu, "Kana berangkat ya."

Kana memegang kaki Tio, "Mas Tio gue berangkat. Cepet sembuh, siapa tau abis sakit kak Nadiya nerima cinta lo."

Dengan malas Tio menurunkan selimutnya dan menatap Kana tajam, "Gausah banyak cincong, sanah sekolah! Gausah pecicilan, jangan capek-capek!"

"Bawel, urusin tuh badan sendiri." Sahut Kana.

"Kana berangkat, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Ayu hanya menggelengkan kepalanya melihat kedua anaknya. Ayu tahu dibalik celotehan Kana ada rasa khawatir yang tertutupi oleh gengsi.

"Bun mual," eluh Tio. Ayu sudah bersiap ingin mengambil baskom yang tadi ia sediakan untuk Tio jika ingin muntah lagi, namun Tio menahannya.

"Aku ga mau muntah, cuma mual." Mata Tio sudah kembali terpejam. Kernyitan halus terlihat jelas di keningnya. Ayu hanya bisa mengelus kepala Tio lembut. Ia terus merapal doa agar tidak terjadi hal yang buruk dengan Tio. Cukup Kana yang mendapat rasa sakit yang teramat, jangan sampai Tio ikut merasakan juga.

"Cepet sembuh mas, kasian adek kamu." Ujar Ayu sambil mencium kening Tio.

🌙🌙🌙

Kelas sudah sepi. Saat bel pulang berbunyi penghuninya bergegas pulang ke rumah, menyisakan beberapa anak yang memiliki jadwal piket membersihkan kelas.

Hari ini bukan jadwal piket Kana, tapi Kana masih belum beranjak dari tempat duduknya. Ia masih sibuk memasukkan alat tulis dan buku-bukunya ke dalam tas. Angga sudah terlebih dahulu pulang, begitu juga dengan Arif dan Billy.

"Belum pulang ka?"

Kana menoleh dan mendapati Ale yang sedang menyapu di sampingnya. Gadis itu menyapu dengan sesekali bernyanyi. Menyanyikan lagu yang sama sekali Kana tidak tahu artinya.

"Shimmie shimmie ko ko bop I think I like it."

"Nyanyi apaan si lu?"

"Yang pasti bukan lagu Nissa Sabyan."

Kana mendengus pelan. Ia juga tahu lagu Nisa Sabyan seperti apa. Kakaknya di rumah suka menyanyikan intronya saat sedang mandi. Hanya intronya, selebihnya Tio tidak hafal.

Ayah:
Adek minta jemput mang Didi ya
Ayah gabisa jemput, ada urusan.

Me:
Y

Setelah membalas pesan dari ayahnya, Kana bergegas mengambil topi dari dalam tasnya dan memakainya. Dia juga mengambil masker berwarna putih yang memang selalu ia bawa kemana pun.

"Mau pulang?"

"Hmm."

"Gue juga udah selesai piket, abis ini pulang." Ujar Ale.

"Ga nanya." Kana melenggang pergi begitu saja meninggalkan Ale yang sudah mengerucutkan bibirnya.

Ale mengelus dadanya sambil mengatur nafasnya, "Sabar le sabar. Anggap aja Kana itu Sehun, dingin-dingin bangsat."

Di tempat lain Kana sudah duduk di halte bus dekat sekolahnya. Mengenakan topi dan masker. Pandangan para siswi yang kebetulan lewat tidak bisa terlepaskan dari Kana. Kana memang jarang naik bus, bukan karena sok ataupun gengsi jika harus menaiki kendaraan umum. Tapi Ayu memang melarangnya dengan alasan kondisi kesehatan Kana.

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang