"Yaudah masuk dulu, gue buatin teh hijau ya?" setelahnya Alena menyuruh Airin untuk pergi ke kamarnya.

Gadis berambut pirang pergi ke dapur membuatkan Airin teh hijau kesukaannya, Alena tengah mengaduk teh itu sambil menerka-nerka apa yang terjadi dengan Airin, sampai Airin terlihat menyedihkan seperti itu.

Setelah itu Alena naik ke atas membawa teh hijau itu. Sesampainya dikamar, mata Alena menangkap sosok Airin sedang berada di balkon dengan piyama yang sudah melekat rapih pada tubuhnya, Alena mendekati Airin yang berada di balkon.

"Rin," panggil Alena pelan.

"Gue lagi ga mau di ganggu," ujar Airin tanpa berniat melihat ke arah Alena.

"Iya gue tau Rin,"

"Please Len gue butuh sendiri dulu, lu taruh tehnya di atas nakas aja!" perintah Airin. Alena dengan berat hati meninggalkan Airin yang tampak murung saat ini, lalu mau tidak mau Alena harus tidur di sofa yang berada di lantai bawah.

***

Matahari mulai muncul dari ufuk timur, hari pun menjelang pagi. Alena tengah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, Alena memakai sepatu kets berwarna putihnya, lalu mengambil tas diatas meja sambil menunggu Airin yang sedang menyiapkan buku pelajaran untuk hari ini.

"Rin, cepetan ayuk berangkat gue ga mau terlambat kaya waktu itu," ujar Alena sambil melihat arloji berwarna pink yang bertengger manis di tangan kirinya.

"Yuk berangkat!" seru Airin sambil berjalan ke arah pintu, mereka pun berangkat menggunakan ojek online yang mereka pesan, seperti biasa.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke SMA Merah Putih, karena jalanan di Kota Bandung masih begitu sepi saat masih pagi, jadi Alena bersama Airin tidak perlu terlambat ke sekolah seperti waktu yang lalu.

Banyak siswa juga siswi SMA Merah Putih yang sedang berlalu lalang memasuki pintu gerbang sekolah. Alena bersama Airin berjalan menyusuri koridor lantai satu, mata hazel Alena tidak sengaja menangkap sosok Adrew yang tengah berjalan menuju tangga rooftop, tetapi Alena seakan-akan tampak tidak perduli dengan Adrew, walaupun hatinya penasaran untuk apa Adrew pergi ke rooftop.

"Alena," suara beriton seseorang tengah memanggilnya, Alena begitu juga Airin menoleh ke belakang, melihat siapa yang memanggilnya.

"Iya Pak ada apa?" sahut Alena sopan pada Pak Wawan selaku Pembina OSIS yang memanggilnya tadi.

"Saya boleh meminta tolong tidak?" tanya Pak Wawan.

"Boleh Pak," balas Alena seraya tersenyum.

"Tolong kamu kasihkan dokumen proposal ini ke ketua OSIS, lalu suruh dia tanda tangan dan kasih kembali kepada saya," cakap Pak wawan sambil menyerahkan dokumennya.

"Baik Pak, akan saya berikan pada ketua OSIS," ujarnya seramah mungkin.

"Yaudah terima kasih Alena, saya pergi dulu," setelahnya Pak Wawan pun pergi.

"Rin, lu mau ke kelas duluan?" Airin hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Alena sendiri.

Alena melangkahkan kakinya menuju rooftop, beruntung tadi Alena sempat tahu Adrew berada di sana, sebab mata gadis itu menangkap sosok Adrew yang tengah berjalan ke arah rooftop, saat sudah ada di depan pintu rooftop Alena langsung membuka pintunya. Ribuan angin menjumpainya membuat rambutnya berterbangan dengan indah.

"Adrew," panggil Alena.

Pria berambut cokelat itu terkejut dengan kedatangan seseorang dari arah belakangnya, ia pun langsung membuang benda itu dan menginjaknya hingga padam. Mata Alena belum rabun atau ada kerusakan pada matanya, ia melihat dengan jelas, bahwa Adrew tengah asik merokok di atas rooftop.

"Adrew lo ngerokok?" Tanya Alena antusias, sedangkan Adrew hanya menatap Alena dengan datar. Alena berjalan menghampiri Adrew lalu mensejajari pria itu. "Gue ga nyangka sumpah!" lanjut Alena, sambil mengingat kejadian waktu dirinya dihukum oleh pria dihadapannya ini, Alena pun langsung tersenyum geli.

"Ngapain?" tanya Adrew.

"Wow! Waktu itu lu hukum gue, tapi sekarang lu ngerokok, kesalahan yang lebih bejat dari keterlambatan gue," ujarnya seraya tersenyum, menantang Adrew. "Tapi ga mungkin dong, lu hukum diri sendiri, lucu kalo kaya gitu namanya," kata Alena lagi tanpa menyahut pertanyaan Adrew.

"Tapi beda cerita, kalau gue beberin ke seantero sekolah," ujar Alena berniat menakuti pria itu, dengan menantangnya bahwa ia dapat menghancurkan reputasinya. Namun, rupanya pria dihadapannya itu terlihat tenang, tidak takut dengan ancamannya dan tidak ada sahutan sedikitpun yang diberikan Adrew kepada Alena, pria itu cukup hanya menatap Alena dengan dingin, sedangkan ocehan gadis itu hanya dianggap angin lalu oleh Adrew.

"Gimana ya reaksi dari para fans lo, kalo tahu idolanya si ketua OSIS yang terkenal tampan, cerdas, berwibawa, disiplin, tapi semua itu cuma kedok belaka. Gimana Pak ketos?" ujar Alena tersenyum puas, mencoba menantang Adrew.

Pria itu sudah muak dengan ocehan Alena, yang tidak berhenti untuk mengancamnya. Pria itu langsung menarik lengan Alena lalu mendorongnya hingga punggung gadis itu terbentur dengan tembok, tubuhnya mengunci tubuh mungil Alena hingga menyisakan jarak hanya satu centi tepat dari dirinya berdiri.

"Berhenti ngusik gue!" tukasnya pelan namun terdengar tajam. Alena menahan nafasnya kuat, jantungnya pun terasa tengah berdesir hebat, dan lidahnya terasa kelu untuk menjawab perkataan Adrew.

"Gu-gue cuma mau kasih proposal ini," balas Alena terbata. Sialan, Alena tadi hanya mengancam pria itu saja, namun perbuatan bodohnya itu malah mengancam keselamatan gadis itu. "Please! lepasin gue," ujar Alena sambil berusaha melepaskan diri, namun sangat susah tenaga Adrew lebih kuat darinya. Alena menyesali perbuatannya karna telah menantang Adrew si pria berhati batu.

"Kenapa? Takut? Jangan bilang kesiapa pun, apa yang pernah lu lihat tadi!" perintah Adrew pada Alena, membuat Alena mengangguk patuh. Setelahnya Adrew melepaskan Alena, membuat gadis itu bernafas lega.

Tangan Adrew mengambil kasar proposal yang sedang Alena genggam, lalu melenggang pergi dari sana.

"Awas aja!"

***

Hay guys..thanks banget udh mau baca cerita aku, ini cerita pertama aku jadi dimaklumin ya ceritanya agak absurd mohon dimaaf kan.

VOTE AND COMMEND

ThankYou:)

Perfect Couple [Completed]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن