50 - Dinner

7.2K 400 6
                                    

Rasa ini memang tak biasa dan tak pernah sudah. Sehingga aku merasa takut akan takdir yang berkhianat.





****




Malam ini Athena telah siap. Setelah meminta izin dan berpamitan kepada orang tuanya, Athena duduk dikursi diteras rumahnya menunggu Dean yang katanya sedang dalam perjalanan.

Jika diingat lagi, ini mungkin pertama kalinya mereka dinner resmi selama mereka berpacaran. Dean tidak pernah mengajaknya dinner selama ini, namun Athena tak mempermasalahkan itu.

Athena melipat kerudung disisi kanannya, ia kemudian melirik jam tangan yang ada dipergelangan tangannya. Sejurus kemudian, suara klakson mobil terdengar diluar gerbang rumahnya.

Senyum gadis itu mengembang begitu ia tau bahwa itu Dean. Tanpa menunggu lama lagi, Athena bergegas menghampiri Dean dan masuk kedalam mobil gadis itu.

"Nunggu lama ya?" tanya Dean.

Athena menoleh saat ia sedang memasang sabuk pengaman. Gadis itu mengulum senyum. Malam ini Dean terlihat lebih tampan dari biasanya. Cowok itu mengenakan kemeja salur-salur berwarna navy-putih dengan lengan digulung hingga sikut.

Gadis itu kemudian menggeleng. "Nggak kok."

"Kamu cantik banget malam ini." ucap Dean.

Athena tersipu. "Biasa aja."

Dean terkekeh. "Dinner pertama kita ya, Ath?" tanya Dean setelah cowok itu melajukan motornya.

Athena mengangguk, walau Dean tidak melihatnya karena fokus kedepan. "Iya. Kok baru ngajak dinner sekarang?"

"Ternyata nunggu diajak dinner ya?"

"Nggak. Cuma aneh aja. Orang-orang kan biasanya hari-hari pertama pacaran pasti dinner-dinner gitu " ujarnya.

Dean menoleh sekilas. "Waktu pertama kita pacaran, baik aku maupun kamu masih belum pasti kan sama perasaan masing-masing gimana? Salah satu alasannya itu kenapa aku gak pernah ngajak kamu dinner." ujar Dean. "Lagian, ini bukan pertama kalinya kamu dinner kan?"

Athena menoleh, menatap Dean dari samping. "Ini pertama kalinya kok. Pertama kali aku pindah kan kamu langsung ngeklaim aku jadi pacar kamu. Setelah itu terjadi, aku gak bisa deket-deket sama siapapun."

"Malam itu, kamu sama Jevin dinner makan martabak." ucap Dean, terdengar jelas nada ketidaksukaannya.

Athena terkekeh. "Ya ampun, itu bukan dinner kali."

"Kesempatan dalam kesempitan banget. Mentang-mentang taunya aku gak ada."

Athena terkekeh lagi, ia mendekat kearah Dean. "Setelah malam dina kita video call waktu aku, aku nunggu kabar kamu. Terus Jevin ngajakin aku makan martabak karena dia pernah janji mau ngajak aku pergi ke tempat martabak yang katanya paling enak. Ya karena aku gak ada kerjaan jadinya aku iyain aja."

Dean mendengus. "Aku gak suka ya kamu deket-deket sama si Jevin. Harus berapa kali sih aku bilang." suara Dean mendadak ketus dan sinis.

"Aku udah sering denger itu. Udah hafal diluar kepala."

"Kalo udah tau kenapa masih aja deket-deket. Harusnya kamu tegas sama dia, bilang jangan deketin lagi."

Sungguh, Dean sangat tidak suka dan tidak rela melihat Athena dekat dengan Jevin, lebih benci ketimbang ia harus menuruti keinginan Papanya.

Hati Dean mengatakan bahwa Jevin itu berbahaya bagi hubungannya dengan Athena.

"Sayang, kamu tau aku sama dia gak ada hubungan apa-apa. Kamu kenapa sih jadi aneh? Makin posesif."

Feel My LoveOn viuen les histories. Descobreix ara