Seselaki kedua telapak tangannya meremas kasar rambut pendeknya hingga membuat rahangnya mengeras.

Entah semacam teror atau apakah Leon sendiri belum mampuh memastikannya. Namun kedua kalinya amplop itu masuk kantornya membuatnya berpikir keras jika tidak ada yang tidak mungkin jika pengirimnya adalah orang yang sama.

Orang yang kapan saja bisa mengirimkan poto poto itu pada rumahnya lalu di tujukannya pada Indri.

"Sayang!" Sebuah panggilan di barengi suara pintu kaca yang di buka dari luar membuat gerakan kaki dan tangan Leon terhenti.

"Hay!" Gebi melambai tangan menutup pintu kembali, "Kenapa nih kok kusut banget mukanya?" Gebi berhambur pada pelukan Leon.

"Kamu ada apa ke kantor?" Leon mendorong dan melepaskan pelukan Gebi dengan mata menatap pintu.

Namun alih alih menjawab, Gebi malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Kamu sama siapa? Kenapa tahu kantor aku?"

"Kamu kenapa sih nggak suka ya aku kesini?" Gebi melipat bibirnya dan membuang wajah saat Leon menatapnya.

"B-bukan gituh. Kamu nggak mikir nanti istri aku tahu."

Gebi terkekeh pelan saat mendengar kata 'istri'. "Kan Indri tahunya aku asisten kamu."

"Ya tarus kamu ada perlu apa ke kantor aku?"

"Aku kangen..m" Gebi berhambur kembali memeluk tubuh Leon lalu kembali bersuara, "Kamu nggak kangen sama aku?"

"A-ah aku kangen ...aku kangen kata siapa aku nggak kangen?"

"Terus?"

Leon melepaskan pelukan Gebi dari tubuhnya lalu duduk di sopa sambil menarik amplop coklat di atas meja dan memberikannya pada Gebi, "Nih!"

"Apa ini?" kening Gebi mengkerut.

"Ini poto poto  kita di apartemn. Dan ini kedua kalinya seseorang mengirimnya pada ku."

Gebi memasuki tangannya meraba raba isi amplop lalu mengeluarkan beberapa poto dari dalam.

Poto poto bugilnya dengan Leon dan sebuah surat.

Bagai mana? benarkan kata ku.
Kamu sudah mengusik sarang lebah jadi jangan harap bisa lepas dari kejaran ku!

"Siapa... siapa yang kirim ini sama kamu?"

"Kalo aku tahu, aku sudah pergi dan tanya mau dia apa."

"Nggak papa lah, bukannya mama kamu udah setuju sama aku." Gebi menaroh amplop kembali ke atas meja kaca bulat di hadapannya. Lalu berjalan mengitari setiap sudut dan berakhir duduk di kursi Leon dengan kaki kanan yang menumpang kaki kiri dan punggung yang menyandar.

"Bukannya ini bagus?" Gebi lalu menegakan posisi duduknya dan menempelkan kedua tangan di atas meja.

"Bukan saat ini sayang!" Leon memasuki kedua telapak tangan ke dalam saku celana dan berjalan pelan ke arah Gebi.

"Kapan? Kamu selalu nggak siap."

"Tunggu aku siap ya. Aku harus menyiapkan semuanya." Leon duduk di atas pegangan kursi di samping Gebi.

"Kapan sayang, aku udah bosen gini gini terus." Gebi memajukan bibirnya lalu membuang wajah.

Membuat Leon tersenyum kecil lalu menangkup wajah Gebi. Membuatnya menoleh pelan di barengi gerakan wajah Leon yang perlahan mendekat.

Gebi mulai merasakan hembusan napas Leon pada wajahnya kedua matanya perlahan memejam bersamaan tangan yang baru saja menangkup wajah Gebi mulai jatuh turun menelusuri leher jenjangnya.

wanita lain ( End )Where stories live. Discover now