Lima belas

10K 442 28
                                    

Aku pula...ng...? Kenapa dia ada di sini?"
Leon tersenggal di ambang pintu melihat sosok Gebi dan Indri berduaan di dalam kamarnya. duduk berhadapan dengan raut raut garis wajah keras.
Membuat  tas plastik berisi manggu pesanan Indri terlepas begitu saja dari genggamannya.

"Dapet manggunya?" Indri menatapnya tersenyum. Mengangkat sedikit lebih tinggi dagunya dengan wajah merona.

"Da... pet ... dapet ini." sahut Leon dengan suara yang terputus putus. Tersenyum kikuk  memunguti manggu yang separoh bergelinding berserakan dua diantaranya menuju pada kaki Indri. Membuat Leon membungkukan tubuh gugup menundukan wajah lalu cepat cepat beranjak. Melewati Gebi dan Indri begitu saja.

"Boleh tolong keluarin sekalian isinya dan taroh di piring ...Leon?" Indri melirik Gebi yang hanya terdiam bisu. Melirik dengan tatapan juga senyum ganjilnya yang membuat Gebi mengangkat wajahnya tegak," Soalnya aku lemes banget...?"

"Oke aku kupasin dulu." dengan lutut yang masih gemetaran Leon melangkahkan kaki berlanjut menuju meja makan.

Sial ... mau apa sih cewe itu? Kenapa gue bisa kelolosan. Terus Geisa dimana? Siallllll....

Begitu jinaknya dia? Seorang pemimpin kator terbesar di Ibu kota mau di babukan oleh istrinya? Aneh.

Hmm!..."Mbak enggak marah?" Gebi kembali mengulang pertanyaannya mencoba mengalihkan  perhatian Indri ke topik semula.

"Untuk...?"

"Untuk kalung yang akan pak Leon kasih buat saya?"

Hamm! "Kenapa? ...Kenapa harus marah? Bukannya  kenyataanya engga. Cuman model kalung ini sama dengan kalung yang mau suami saya kasih ke kamu saja mungkin."

"Ya memang Mbak nggak ngerasa ganjil?" Gebi tetap kekeh.

Indri tersenyum menggeleng kepanya pelan. "Sekalipun suami saya ngasih kamu pasti bukan kalung yang sama seperti yang sedang saya pakai."

"Kenapa?" Gebi mengkerutkan kening kesal.

"Enggak akan bos kasih sekertaris barang mewah sampai ouluhan juta Gebi!" Indei terkekeh mengejek, "Kecuali... Kalian ada main main di belakang saya!" Indri menatap Gebi. Lalu mengalihkan perhatiannya pada Leon entah apa terjatuh. Bunyinya cukup menganggetkan.

"Sebenarnya apa tujuan kamu kesini? Karna  saya tidak punya banyak waktu buat mendengarkan ucapan kamu yang sepertinya nggak sampai ke titik tujuan." nada suara Indri mulai meninggi di akhir kalimatnya.
Membuat Gebi tercekat melototkan mata dengan dahi berlipat. Gusar.

"Oke. Jujur saya cape! Dan mungkin kamu tau siapa saya tapi saya nggak mau bilang di sini jadi saya  minta hubungi nomer saya dan nanti tempat saya yang menentukan!" Gebi menyodorkan kertas berisi nomer ponsel di atas meja dengan suara sekecil mungkin. Berhati hati jika Leon mendengar ucapannya karna jarak mereka hanya sekitar tiga meter.

"Saya nggak perlu ini!" Indri menggeser kembali kertas yang baru saja di kasih Gebi membuat wanita itu menegakan posisi duduknya yang barusan sedikit membungkuk mengangkat dua alis tidak percaya.

"Ke- ."

"Saya bisa lakukan apapun tanpa kamu tahu!"

"Oyah?" suara Gebi sedikit tersenggal.

"Sekarang silahkan pergi. Pintu di sebelah sana." tunjuk Indri sambil beranjak.

Dengan kesal Gebi beranjak pergi menghentak hentakan kakinya.
Sambil mengambil kertasnya dan meremas remas sebelum kemudian berakhir di tempat sampah.
      

wanita lain ( End )Where stories live. Discover now