Tujuh

12.5K 551 11
                                    

Ada yang kangen gak ?
Yang nunggu updatean?
Yang penasaran?
Yang gak sabar bab ini di publish?

Engga? Ya udah 😭😭😭

Tapi gak papa, janji kemarin mau update, maaf ya thor sibuk nyari tambahan napkah 😁😁😁

Maklum, emak!

__________

Drett...

Leon mengusap wajahnya kasar  yang tengah menadah langsung mengalihkan tatapan matanya pada ponsel di atas meja. Membuat gerakan tangan Leon yang sedikit enggan meraihnya dan menegakan duduknya. 

"Halo Bu?" Leon  menempelkan ponselnya sambil memijat kening yang berdenyut. Lalu melirik Gebi dan mengacungkan satu jarinya agar  Gebi bisa diam.

"Leon kapan balik?"

Mendengar pertanyaan ibunya membuat kening Leon mengkerut halus bingung, "Emang kenapa Bu? Aku enggak tau kapan pulang pekerjaan aku masih belum beres!"

"............"

Tidak ada jawaban, yang terdengar hanya hembusan napas yang berat dari sebrang sana  dan kali ini membuat bibir Leon melengkung lebih lebar mengerti maksud ibunya.
"Ada apa Bu enggak biasanya tanya seperti itu?"

"Lebih lama kamu di sama Indri akam semakin kurang ajar sama Ibu?"

Leon menjilat bibirnya pelan sambil menundukan wajah. Kepalanya semakin terasa berdenyut jika harus memikirkan sikap ibunya yang selalu menyudutkan Indri bahkan mengungkit ungkit semua kesalahan istrinya termasuk kehamilan yang belum berhasil.
Padahal dulu, siapa yang menyuruhnya untuk menikahi Indri? Dia sendiri yang terus mendesak padahal D1 pun belum benar berhasil dia selesaikan.

Leon menarik napas pendek pendek sambil memijat pangkal hidung dan menegakan pundaknya. Harus aku jawab bagaimana ini karna aku tau Indri tidak sebandel dan seliar yang di katakan ibu.

Leon menarik sekali lagi napas yang dia hembus melalui mulutnya, "Ibu selalu seperti itu! Sudahlah Bu - ."

"Bisa enggaknya, kamu harus tetap pulang dalam jangka waktu dua hari!" dengan nada sedikit menghardik di akhiri nada telepon terputus membuat Leon yang akan membuka mulut hanya mengatupkannya kembali sambil menaroh ponsel.

Melihat raut wajah Leon yang kusut membuat Gebi tersenyum masam dengan cara baru yang akan berhasil di lakukannya.

Jadi mama kamu benci dia? Makasih Leon liburan kali ini membuat aku bukan saja bisa rehat dari masalah namun juga mendapatkan jalan untuk semua harta kamu walau sekolah aku harus tertinggal dua hari!

                                ••••••••

"Ges, laper engga?" Indri menyelipkan anak rambut yang di terpa angin  sedari tadi terus membelai wajahnya.

"Kita kan baru satu jam Dri makan!  Lo mau gue gemuk?" Geisa menghentikan tingkahnya yang terus berpose padahal suasana sudah larut dan hanya diterangi oleh  lampu 40 wath yang bergelantung dari satu tempat ke tempat lainnya.

"Gue pingin ayam penyet nih?" Indri melirik Geisa yang mengkerut dahi bergeming sesaat sebelum beranjak kearahnya setelah mendengar ucapannya.

"Yang pedes banget enak kali ya?" tambahnya dan kali ini membuat wajah sahabatnya semakin mengkerut kesal lalu menunjuk Indri sebelum celingukan.

"Jangan bilang kalo lo kesambet setan Pantai?"  tanya Geisa sedikit memicingkan mata memelankan suarnya.

Indri mendengus pendek sambil meneloyor kepala Geisa, "Lo pikir ini jaman apa?" hardik Indri lalu melirik pergelangan tangan dan berbalik pergi kilat sambil berteriak,
"Gue duluan, lo balik sendiri aja gue mau cari ayam penyet dulu." Dahh!

Baru saja Geisa membuka mulut, lambaian tangan Indri yang mulai menjauh pergi membuatnya gelagapan dan langsung terbirit birit berlari mengejar karna ketakutan sendiri di pantai yang sepi.

Pulang? Enggak mau Indri! teriak Geisa sambil terus berlari mensejajarkan langkahnya.

Di meja makan, terhitung sudah 30 menit Geisa mengutak atik remot tv, menggeser bolak balik siaran telepisi dengan wajah kesal yang di lebih lebihkan di lipatnya.

Kembali di liriknya Indri, wanita itu tidak biasanya makan rakus Apalagi satu setengah jam yang lalu mereka sudah makan malam dengan porsi ideal seperti biasanya tapi sekarang?

Geisa kembali mengalihkan tatapnnya pada layar tipis televisi di hadapannya dua kakinya terlipat lurus terangkat ke atas kursi kosong di sampingnya.

"Efek Leon selingkuh buat selera makan lo aneh?!" gerutunya  santai lalu mengangkat tangannya dan memindahkan kembali saluran televisi.

"Jangan ngomongin dia kalo lo nggak mau ini paha ayam  gue dedel mulut lo!" ancamnya masih dengan suapan-suapan lahap membuat Geisa memutar bola mata jengah sambil menelah ludah pelan kemudian beranjak berdiri dan pergi enggak peduli ancaman sahabatnya itu.

Di atas kasur beralaskan seprai putih, Geisa terduduk bersila dengan kesal memangku  bantal tepat di atas kakinya sambil memperhatikan detail Indri.

Tidak, sahabatnya tidak pernah serakus ini dalam masalah makanan apalagi jika mood -nya buruk! Pikir Geisa mulai membuka aplikasi di ponselnya bersamaan macam macam pikiran.

Beberapa menit berkutat tiba tiba bola matanya melongo seperti melihat keanehan di layar ponselnya.

Ciri ciri kehamilan
- mood yang buruk,
- perubahan selera makan
-sensitipan
-perubahan emosi
-bau bau pada beberapa hal yang bersipat umum

Hamil? Geisa menatap Indri sekilas. Memperhatikan sikap wanita itu dan menelitinya detail.

Enggak mungkin!  desisnya lalu beranjak turun dan melempar  ponselnya asal menghampiri Indri.

"Lo mau?" Indri tersenyum masam meledek Geisa yang baru saja menarik kursi dan duduk di sampingnya, "Nggak bakal gue bagi! Lo beli aja sendiri." Indri menarik kardus books dan di tumpuk di dalam dekapan tangannya yang belepotan sambel  ayam penyet.

"Dri, kapan lo terakhir datang bulan?" Geisa mengabaikan ucapan Indri, membuatnya justru tersendak dan hampir saja makanan itu muncrat dan loncat keluar dari mulutnya yang memang tengah penuh jika saja tidak cepat di tutup punggung tangannya.

"Eh sory ...sory?" Geisa menyodorkan satu gelas air putih.

"Sori!" Geisa terkekeh  menggaruk tengkuknya.

"Lo kenapa nanyain masalah itu segala?" Indri menghentikan sesaat gigitannya dan hanya mengangkat wajahnya tegak, mencari sesuatu yang aneh yang mungkin bisa terbacanya.

"Lo jawab aja deh Dri!" ketus Geisa menyomot paha ayam penyet saat Indri lengah dan menyantapnya, "Enak juga ya?" Geisa nyengir tidak peduli pelototan mata Indri yang saat ini terlihat lebih tajam dari pisau dapur.

Beberapa detik  Indri justru terpikiran sendiri dengan pertanyaan Geisa. Datang bulan? Geisa bener juga, bulan ini gue belum dapet.

Indri menelan salvira, menatap wajah Geisa lamat lamat yang tengah menggigit ayam penyet miliknya.

"Lo bener, gue udah nggak dapet minggu ini?"

Okgh... Okgh...

Ayo vont sama kom kom kom nya hehe ditunggu oke

wanita lain ( End )Where stories live. Discover now