Delapan belas

8.4K 436 29
                                    

Kolidor sekolah terlihat padat dihamburi siswa siswi yang pulang setelah bel akhir sekolah berdering beberapa menit yang lalu. Wajah wajah lelah dan lesu bercampur aduk beriringan dua-tiga dengan teman atau pun pacarnya. Diantara mereka terlihat Gebi baru saja melangkah lebar meninggalkan kelasnya dengan wajah kucel tengah merogoh sesuatu dari saku seragam putihnya kesal.

Menyeka poni rambut kebelakang sambil menyahut panggilan yang entah sudah berapa kali berbunyi saat di dalam kelas beberapa menit menuju bel sekolah tepatnya.

"Ada apa?" tanya Gebi, dia tak peduli siapa si penelepon yang dia tahu hanya rasa jengkel seperti dapat berkali kali telepon sipeneror.

"Aduh maap. Kamu masih di sekolah ya sayang?"

Gebi tersendak mendengar suara riang di serbang telepon menyahut menghentikan langkahnya lalu menatap sebentar layar ponsel yang masih menampilkan panggilan tersambung.

Sial! Gebi menepuk jidat lalu kembali menempelkan ponsel di posisi semula. Berusaha menormalkan nada suaranya.

"O ...eh Ibu. Engga Bu baru aja keluar. Ada apa?" wajah kesal Gebi berangsut bersemu beroman.

"Ibu mau ketemu ... Bisa?" Gebi mengangguk angguk mantap tanpa berpikir pikir dahulu.

"Dimana ... ?"

"Alamatnya nanti Ibu sms-in aja ya. Sekarang kamu tunggu aja taxi yang sudah saya kirim buat jemput di depan sekolah."

Hah...?
Belum sempat Gebi menyahut nada terputus sudah mendahului. Gebi menatap layar ponsel, sebuah pesan berisi alamat sudah di tangannya.

Dengan langkah lebar Gebi bersemangat menuju gerbang sekolah dan menunggu taxi yang di pesan Hana untuk menjemputnya.

Namun beberapa detik menunggu dan merasa taxi belum juga terlihat Gebi beranjak menuju halte, duduk dan menunggu.

Di tempat lain Gilang yang idak sengaja menguping pembicaraan Gebi tadi memutuskan untuk mengikutinya dan  merencanakan sesuatu. Dan niatnya lekas pulang ke rumah harus dia tahan karna merasa ada yang harus di cari tahunya.

Ini bakal jadi peluang uang lagi buat gue. Dan wanita itu pasti akan memberi gue check dengan nominal besar kalo dia tahu inpormasi baru ini.

Tapi .... Tadi dia panggil Ibu? Siapa yang tengah berbicara di teleponnya tadi?
Taxi ... ? Gilang terhenyak hanya menatap datar pada taxi yang di masuki Gebi meninggalkan sekolahan.

Selama ini gue juga engga pernah tau nyokap bokap dia siapa dan dimana gue tahu juga dia sebatang kara yang tinggal di apartemn yang di siapkan laki laki itu.
Sial kalo dia pergi dengan taxi gue enggak akan bisa ikuti dia. Hilang sudah puing uang yang udah gue kira sekarang. Gilang mengepalkan kedua telapak tangannya geram.

                 .    •••••••••

"Bi. Ibu kemana?" tanya Indri yang baru saja beranjak berdiri sambil menggigit buah Apel di tangan kanannya. Merasakan rumah yang cukup sepi.

"Tadi keluar Bu."

pergi? "Kamu tau dia kemana?"

"Engga Bu tadi Ida tanya mau kemana dia engga jawab malah langsung pergi." sahutnya sambil terus membilas piring kotor.

Indri menatap jam dinding bulat di dinding yang menunjukan pukul 15.30. "Udah lama?"

"Udah." Ida mengangguk mengelap  tangannya dengan lap lalu membalikan tubuh.

Namun baru saja berbalik pandangannya langsung tertuju pada Indri yang tengah duduk di meja makan sambil menikmati buah Apel dan tangan yang menompang keningnya.

wanita lain ( End )Where stories live. Discover now