Prologue

109K 6.5K 29
                                    

Seorang wanita berumur di akhir 70-an tahun tercenung ketika turun dari panggung seusai menyalami pengantin. Ia pergi ke pesta perkawinan cucu sahabat baiknya waktu masih tinggal di Jakarta dulu, ditemani oleh putrinya, Laksmi. Namun, ia tidak menyangka akan kembali bertemu dengan seseorang dari masa lalu-nya. Tentu saja ia terkejut ketika melihat pria yang sudah sangat lama tidak ia temui sekarang berdiri di depannya.

Pria itu terlihat lebih kurus dari pertama kali ia melihatnya, ujung-ujung mata dan dahinya penuh dengan tanda-tanda penuaan dan di ujung bibirnya yang sedang tertawa lebar penuh dengan garis-garis tawa yang dalam.

"Pratama..." bisiknya kepada dirinya sendiri.

"Siapa, Bu?" putrinya, Laksmi, yang berdiri di sampingnya mendengar bisikan itu, bertanya dengan nada sedikit bingung. Ia berhati-hati memegang ibunya yang meski sudah berumur tetapi selalu merasa sehat itu.

"Wah, Daniarti. Sudah lama sekali," ucap pria yang tadi dilihatnya itu dengan sedikit serak.

Wanita itu tidak menyangka pria itu masih mengenali dirinya. Ia mengingat kapan terakhir kali mereka bertemu, mungkin lebih dari 30 tahun yang lalu, saat pernikahan anak pria itu.

"Dia Hartono Pratama, Laksmi. Masak kamu lupa?" ucap Daniarti sambil berjalan ke arah pria itu, yang menyunggingkan senyuman lebar kepadanya.

Daniarti mempunyai banyak kenangan indah bersama dengan Hartono. Pria itu cinta pertamanya, pria pertama yang menggenggam tangannya. Sayangnya mereka harus berpisah karena ayah Daniarti yang menjodohkannya dengan anak seorang perwira. Daniarti hanya bisa menurut karena ia tahu pernikahannya saat itu adalah untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya. Apalagi saat itu adalah masa-masa pasca perang, belum lagi agresi-agresi, sehingga ia tidak mempunyai banyak pilihan.

Kemudian, Hartono dan Daniarti berbincang, bercerita kehidupan mereka dalam rentang waktu di mana mereka tidak bertemu. Hanya cerita singkat, seperti berapa anak yang mereka punya, sudah berapa cucu, apakah sudah ada cicit. Hingga, mata Daniarti berbinar ketika mendengar salah satu cucu Hartono masih melajang. Ingatannya langsung menuju ke cucu kesayangannya yang sampai di umurnya yang ke-27 masih betah sendiri.

Ide itu kemudian tercetus begitu saja. Laksmi mencatat nomor telepon Hartono Pratama, untuk merencanakan pertemuan. Saat perbincangan dan reuni singkat itu berakhir, Daniarti tersenyum puas meski Laksmi terlihat sedikit jengah. Tentu saja Laksmi bereaksi demikian, karena putrinya-lah yang akan dijodohkan dengan cucu dari Hartono Pratama ini dan Laksmi bisa menebak bahwa putrinya pasti akan sangat tidak senang dengan ini. 

Not A MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang