Chapter 28

1.6K 260 14
                                    

"Halo?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Halo?"

"Tuan Eleven, saya rasa Anda harus tahu ini." Suara seorang pria terdengar dari seberang dengan emosi yang terkendali. "Partner Anda, Tuan Kelana Swarabhumi ditemukan tewas terbunuh. Anda diharapkan datang untuk memberikan keterangan kepada detektif yang bertugas menangani kasusnya."

Untuk sesaat Eleven merasa telinganya berdenging dan tidak bisa mendengar perkataan lawan bicaranya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untuk sesaat Eleven merasa telinganya berdenging dan tidak bisa mendengar perkataan lawan bicaranya. Kepalanya berusaha menyusun kembali kata-kata yang didengar. Kelana terbunuh dan dia harus memberi keterangan. Polisi itu mengerjapkan mata. Dia pasti salah dengar. Kelana tidak mungkin tewas.

"Maaf, bisa tolong ulangi?" pinta Eleven berjalan menuju tembok terdekat dan menyandarkan diri di sana.

"Partner Anda, Tuan Kelana Swarabhumi ditemukan tewas seketika dengan luka tembakan di kepala di 7th Avenue." Pria itu kembali mengulangi kata-katanya, ada nada simpati di sana. "Saat ini kasusnya ditangani oleh detektif Chester dan dia ingin bertanya-tanya tentang kasus yang sedang kalian tangani. Dia rasa hal itu berhubungan erat dengan kematian Tuan Swarabhumi."

Eleven terdiam. Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Dia menyandarkan kepalanya di tembok dan memandang langit-langit tinggi berhiaskan kandelier indah, berusaha mengendalikan diri. Dia tahu, tidak ada waktu untuk berduka dan emosi hanya akan mengaburkan fokusnya. Spade menghilang dan Kelana tewas. Pria itu menggepalkan tangannya yang bebas dan merasakan kemarahan menggelegak dalam benak. Para mafia itu harus merasakan akibatnya.

"Aku akan segera bertemu dengan detektif Chester. Saat ini aku sedang berada di tempat kejadian penculikan dan menunggu petugas forensik," ucap Eleven berusaha setenang mungkin walau lidahnya terasa berat dan kerongkongannya kering. Kata-kata itu meluncur seakan dari mulut orang lain.

"Baik. Saya akan mengirimkan kontak detektif Chester kepada Anda."

Sambungan terputus dan tak lama kemudian terdengar bunyi pesan masuk. Eleven tidak langsung membukanya. Dia terdiam selama beberapa saat untuk mengatur emosi. Kemarahan dan kesedihan bergolak hebat di dalam dirinya. Dia harus menghela napas beberapa kali sebelum bisa kembali tenang. Eleven menutup mata, berusaha mengingatkan dirinya bahwa kasus ini masih aktif. Ingin sekali dia menghantam sesuatu untuk melepaskan rasa sesak, tapi dia tidak bisa merusak tempat kejadian perkara. Eleven menegakkan diri tepat ketika denting lift terdengar dan para petugas forensik masuk beserta beberapa polisi patroli yang langsung mengamankan lokasi. Polisi muda itu memaksa pikirannya fokus kepada masalah di tangan. Pelarian yang terbaik dari rasa duka dan cara terproduktif untuk menemukan Spade.

[END] Eleven SpadeWhere stories live. Discover now