Chapter 15

2.3K 337 33
                                    

"Mr

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mr. Spade," bisik suara itu.

Spade terdiam. Senyumnya menghilang ketika melihat sesosok gadis berambut coklat muda terkuncir dua muncul dari bayangan.

Mata toska Spade langsung terpancang pada senjata laras panjang yang dibawa oleh gadis itu. Dia berusaha tersenyum sebelum berkata, "Selamat malam. Ada yang bisa aku bantu?"

Eleven terbangun begitu saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Eleven terbangun begitu saja. Mata coklatnya terbuka nyalang menatap langit-langit berwarna putih. Untuk sesaat, sensasi asing menyergapnya membuat adrenalin memenuhi aliran darah, sebelum perlahan kesadarannya datang. Ingatan bahwa semalam dia tidur di suite milik Spade menjadi jawaban mengapa dia terbangun bukan di kamar tidurnya. Eleven hanya ingat kalau semalam, dia hanya sempat mandi sebelum tertidur pulas, tanpa berkesempatan meneliti ruangan tempatnya tidur. Tubuhnya terlalu lelah.

Pria besar itu mendudukkan badannya di atas kasur empuk. Dia masih memakai bathrobe putih yang disambarnya dari kamar mandi. Melalui jam yang terletak di nakas samping tempat tidur, dia menyadari bahwa sekarang sudah pukul tujuh pagi. Hanya empat jam waktu tidurnya tapi Eleven merasa sangat segar. Dia menyingkapkan bed cover berwarna putih dan memutuskan untuk berganti pakaian. Di sisi ranjang lainnya, Kelana masih tidur dengan nyenyak sambil mendengkur ringan. Dia masih memakai baju lengkap tanda bahwa dia tertidur sebelum sempat melakukan apa pun. 

Dalam waktu lima belas menit, Eleven keluar dari kamar dengan memakai kemeja dan celana baru, hanya jasnya yang masih sama. Dia telah membangunkan Kelana yang saat ini berusaha memakai kacamata sambil terkantuk-kantuk. Suasana yang menyambutnya sunyi, seakan tempat itu tidak berpenghuni. Firasat Eleven tidak enak. Dia berjalan menuju kamar Spade sambil memegang kartu akses di tengan kiri dan senjata di tangan kanan. Pria itu mengetuk pintu depan Spade beberapa kali, tapi tidak ada jawaban. Tanpa menunggu lebih lama, Eleven menempelkan kartu akses pada kunci elektronik di sebelah pintu. Terdengar bunyi mesin lembut menandakan bahwa kunci telah dinonaktifkan. Eleven menekan gagang pintu dan membuka pintu.

Yang menyambutnya adalah ruangan yang gelap gulita. Eleven terpaksa membuka pintu lebih lebar, membiarkan cahaya dari luar membantu matanya melihat. Tempat itu nyaris identik dengan kamar tempatnya beristirahat. Sebuah tempat tidur king size, lemari yang menyatu dengan tembok berwarna putih gading, karpet berwarna merah tua dengan lingkaran-lingkaran berwarna hitam dan jendela-jendela besar bertutup kain gorden. Eleven melangkah masuk tanpa suara dan menyadari ada dengkur ringan dari arah tempat tidur. Ketika matanya sudah terbiasa dengan pencahayaan minim, Eleven dapat melihat Spade tidur di balik bed cover warna putih dengan posisi tertelungkup. Polisi itu menghela napas lega dan perlahan keluar dan menutup pintu.

[END] Eleven SpadeWhere stories live. Discover now