Dua Puluh Tiga

204 22 4
                                    

Happy Reading......😊



~~







Oke, karena Ami merasa kesal pada Rifa, ia memutuskan untuk pergi dari ruangan kelas sambil terus mengeluarkan gerutuan dan sumpah serapah dari dalam mulutnya.

Kini Ami sudah berdiri di dekat taman. Baru saja ia menutup matanya untuk menikmati angin sejuk yang menerpa wajah, ia dikejutkan dengan suara seorang pria yang memanggilnya dari belakang. Ami jelas tahu siapa itu, dia pacarnya sendiri. Pacar yang dengan teganya mengolok-olok dirinya di depan teman sekelas. Kalau saja membunuh manusia itu dihalalkan, mungkin nyawa pria di belakangnya sudah tidak tertolong lagi.

"Ami..." panggil Rifa.

Ami tetap tidak bergeming, ia sama sekali tidak menoleh. Rasanya ia terlalu malas untuk menjawab panggilan itu.

"Sayang..." ucapnya sambil memegang pelan bahu Ami sambil meremasnya sedikit.

Sungguh, untuk kali ini pertahanan Ami mulai bobol hanya karena satu kata yang tadi Rifa ucapkan. Kenapa hatinya gampang luluh seperti itu hanya karena Rifa memanggilnya sayang? Oh ayolah, kembalikan kesadaran Ami saat ini.

"Kamu masih marah?" tanya Rifa sambil berdiri tepat di sebelah Ami.

Ami langsung melengos tidak mau menatap wajah pria itu. Bukannya ia masih marah saat ini, hanya saja ia tidak mau ketahuan kalau ia sedang senyum-senyum karena ucapan Rifa tadi.

"Hei jangan marah dong. Ayolah, aku cuma becanda." bujuk Rifa lagi.

Mungkin mengerjai seseorang tidak dosa kali ya! Toh awalnya Rifa juga yang mulai.

Akhirnya Ami memilih tetap tidak bergeming. Ia ingin mengerjai Rifa saat ini, itu yang terlintas dalam fikirannya.

"Maaf ya..." seru Rifa lagi dan kini ia sudah meraih tangan Ami lalu menggenggamnya.

"Salah siapa ngejek aku kaya gitu?" kini Ami mulai mengeluarkan suara.

"Hei, aku cuma becanda. Tapi bukannya kamu duluan ya yang tadi ngejek aku?" tanya Rifa.

Oke, itu adalah kesalahan Ami karena duluan mengejek Rifa tadi. Seharusnya Rifa yang marah, kan? Tapi biarlah, harusnya Rifa sadar karena pada dasarnya wanita itu selalu benar sehingga ia tidak perlu repot repot menanyakan hal itu padanya.

"Ceritanya balas dendam!" seru Ami dengan nada mengejek.

Rifa menggeleng cepat. "Nggak, nggak sama sekali, beneran. Aku cuma malu sama peringkatku, tapi ternyata kamu jauh lebih buruk dariku."

"Kamu ngejek aku lagi?!" seru Ami sambil melepaskan tangannya dari Rifa.

Rifa menghela nafas berat. "Aku gak bermaksud kaya gitu, ku mohon percayalah!" ucapnya kembali meraih tangan Ami lalu menghadiahi kecupan singkat di tangan Ami.

Ami melotot melihat tingkah Rifa. Beruntung saat ini suasana taman sedang sepi sehingga Ami tidak perlu susah susah untuk menutupi rasa malunya itu.

"Apa-apaan sih!" gerutu Ami.

"Tapi seneng, kan?" goda Rifa sambil menaik turunkan alisnya.

Ami tersenyum samar setelah melihat tingkah Rifa tadi.

"Tuh kan senyum-senyum!" goda Rifa sambil menunjuk-nunjuk pipi Ami dengan jari telunjuknya.

"Ihh, kamu tuh ya!" ucap Ami lalu segera menyingkirkan tangan Rifa dari pipinya.

"Idih senyum-senyum. Jadi sekarang udah gak marah lagi, kan?"

"Kamu maunya aku marah terus?"

Begin ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora