Tiga Belas

261 54 24
                                    

Ami berjalan ke arah luar asrama sambil menempelkan ponselnya di telinga. Ya, saat ini ia tengah menghubungi Mama Marisa.

"Ma, kapan ke sini?" rengek Ami pada Mama Marisa.

"Nanti sayang, Mama belum sempet. Mama belum ada waktu luang." Terdengar suara Mama Marisa dari seberang sana.

"Ya Mama gak bakalan ada waktu luang kalo bukan Mama sendiri yang sengaja meluangkan waktu buat aku," keluh Ami sedikit kesal sambil menjatuhkan pantatnya ke tanah di bawah pohon besar dekat asrama.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, jadi lingkungan asrama sudah sepi karena satu jam lagi asrama mulai ditutup.

"Mama sengaja kan gak mau jengukin aku? Mama gak kangen sama aku?"

"Nggak gitu sayang, Mama kangen sama kamu. Beneran deh kalo Mama gak sibuk, nanti Mama jengukin kamu, oke?" Terdengar lagi suara Mama Marisa di seberang sana sembari menghela napas pelan.

"Kapan Mama gak sibuknya?" tanya Ami lagi.

"Mama gak tau sayang, nanti Mama kabarin kamu lagi deh."

"Ah, itu mah paling cuma alasan Mama doang, kan? Mama palingan juga dilarang sama Papa buat jenguk aku. Iya, kan? Sejak kapan coba Mama jadi orang sok sibuk gitu?" seru Ami yang semakin kesal.

"Ami! Gak boleh ngomong gitu!" bentak Mama Marisa pelan. "Masa iya Papa larang Mama buat jenguk kamu. Mama sekarang ini beneran sibuk sayang, tolong ngertiin dong. Ya udah, Mama tutup dulu ya, Mama sekarang lagi banyak kerjaan, Love you...," seru Mama Marisa dan langsung mengakhiri panggilan secara sepihak.

Ami menurunkan ponsel yang tadi ia tempelkan di telinga. "Love you too...," gumamnya pelan sambil menundukkan kepala.

"Woi!"

Ami langsung terkejut mendengar suara keras seorang pria kini yang berdiri di sebelahnya.

"Biasa aja woi! Kaget gue!" Ami mendengus kesal karena orang yang tadi mengagetkannya adalah Rifa.

"Lagian lo ngelamun terus sih, kenapa lo? Kesambet setan?" seru Rifa lagi sambil duduk di sebelah Ami.

"Rese lo!" seru Ami lagi.

"Rese-rese gini juga lo suka, kan?" tutur Rifa lagi, tapi kali ini ia memposisikan kepalanya untuk bersandar di bahu Ami.

Rifa mulai deh, batin Ami. Jangan bikin gue baper, hello!

"Apaan sih lo!" seru Ami sambil menghentakkan bahunya untuk menyingkirkan kepala Rifa yang tadi terus menyender itu. "Jangan sok akrab deh!"

"Heh, kitakan sekarang partner. Lo jangan lupa itu," seru Rifa sambil menunjuk tepat ke wajah Ami.

"Iya iya! Gue inget!" seru Ami sambil menyingkirkan telunjuk Rifa dari depan wajahnya. "Lo juga gak boleh lupa sama janji lo yang bakal traktir gue selama seminggu," lanjutnya.

"Ish... giliran gratisan aja lo kebat!" dengus Rifa.

"Ya iyalah! Secara duit gue utuh dong besok kalo lo yang traktir gue makan, haha...."

"Bodo ah! Gue mau ke asrama dulu."

"Idih... siapa juga yang nyuruh lo ke sini. Lo dateng sendiri pulang sendiri. Kembaran jelangkung lo? Haha...."

"Berisik!" seru Rifa dengan suara keras sambil bangkit dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan Ami. Sementara Ami hanya tertawa keras melihat tingkah kesalnya Rifa.

"Besok jangan lupa ya traktir gue?!" teriak Ami disela-sela tawanya.

***

Begin ✔Where stories live. Discover now