Dua Belas

237 58 30
                                    

Ami berusaha menghentikan darah yang terus keluar dari hidungnya. Ia terus mendongakkan kepala agar darah itu cepat berhenti. Namun nihil, usahanya tetap sia-sia, darah itu tetap keluar dari hidungnya. Sudah berkali-kali ia mencuci hidung dengan air namun tetap saja sia-sia.

Rifa yang sedari tadi menunggu di luar toilet langsung ikut masuk karena sudah 15 menit berlalu Ami belum juga keluar dari toilet tersebut. Ya, mereka kini berada di dalam toilet, bukan di UKS. Ami sendiri yang memaksa tidak mau dibawa ke ruang UKS, jadi terpaksa Rifa cuma menurut saja dengan permintaan Ami itu.

Melihat Ami yang terus mencuci hidungnya dengan air, Rifa langsung menarik pelan bahu Ami untuk melihat kondisinya.

"Astaga, darahnya belum berhenti juga!" seru Rifa sembari menghela napas sebentar, sementara Ami kembali mendongak lalu melanjutkan kembali kegiatan mencuci hidungnya.

"Sini," seru Rifa sambil kembali menarik bahu Ami hingga kini posisi mereka jadi saling berhadapan.

Rifa langsung memegang hidung Ami dan menekannya dengan keras bermaksud untuk menghentikan pendarahannya.

Ami meringis karena merasakan sakit di hidungnya yang Rifa tekan itu. "Sakit Rifa!" serunya dengan berusaha menyingkirkan tangan Rifa dari hidungnya.

"Diem ah!" bentak Rifa pelan. "Sampe kapan pun juga darah di hidung lo gak bakal bisa berhenti kalo lo cuma nyuci hidung lo pake air doang."

Ami hanya diam mendengar ucapan Rifa, sambil sesekali tersenyum melihat wajah Rifa yang posisinya sangat dekat dengan wajahnya.

"Kenapa? Gue terlalu ganteng ya sampe segitunya liatin gue?"

Ami sedikit tersentak mendengar Rifa berucap begitu. Ia lalu segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Mimpi!" serunya berusaha untuk tetap bersikap biasa.

Rifa hanya tersenyum miring mendengar ucapan Ami. Entah kenapa, dia sangat senang kalau sudah menggoda Ami seperti itu. "Cih, bilang aja lo suka sama gue?"

Blush!

Ucapan Rifa benar-benar sukses membuat pipinya semerah tomat. Gila, ini gila! Kenapa Ami jadi salah tingkah seperti ini setelah mendengar ucapan Rifa tadi?

"Lo kenapa? Pipi lo merah gitu?" tanya Rifa sambil melepaskan tangannya dari hidung Ami.

Ami sedikit gelagapan mendengar pertanyaan itu. Namun ia tetap berusaha untuk bersikap biasa saja.

"Gue kesakitan gara-gara lo mencet hidung gue terlalu keras!" seru Ami sambil berusaha untuk menetralkan pikirannya, sementara Rifa cuma cengengesan tak jelas setelah mendengar jawaban dari mulut Ami.

"Udah gih, cepet cuci hidung lo, masih ada bercak darahnya tuh!" seru Rifa sambil menunjuk ke arah hidung Ami dengan dagunya.

"Oh, iya," seru Ami sedikit gelagapan lalu segera kembali mencuci hidungnya di wastafel.

Setelah dirasa sudah bersih, Ami hendak mengambil tissue di sebelah wastafel, namun tisunya malah kosong. Dengan terpaksa, Ami mengusap air yang masih menempel di hidungnya dengan tangan sambil berbalik ke arah Rifa.

Rifa yang melihat Ami langsung mencegah tangan Ami yang hendak menempel pada bagian hidungnya itu.

Ami menatap bingung ke arah Rifa yang kini tengah menggenggam pergelangan tangannya. Ami pun mengangkat sebelah alisnya dan menatap Rifa dengan pandangan mata seolah bertanya ada apa.

Rifa melepaskan genggaman tangannya dan mengambil sesuatu dari saku celana. "Usap pake ini, jorok banget!" seru Rifa sambil menyodorkan sapu tangan ke arah Ami.

Begin ✔Where stories live. Discover now