Lima Belas

225 50 19
                                    

Dan berakhirlah kini mereka di salah satu warung tenda pinggir jalan.

"Lo gak papa makan di sini?" tanya Rifa setelah memesan ketoprak lalu mereka duduk di kursi pembeli.

Ami mengangguk lalu tersenyum. "Gak papa kali, gue udah biasa makan di warung-warung pinggir jalan kaya gini mah."

Rifa sedikit terkejut mendengar penuturan Ami. "Lo serius? Gue kira selera lo kaya cewe-cewe biasanya. Kaya nongkrong di cafe gitu, atau mall?"

Seketika Ami langsung tertawa setelah mendengar penuturan Rifa. "Haha, jangan asal nebak gitu kalo lo belum tau banyak tentang gue." ujar Ami disela-sela tawanya. "Gini ya, gue tuh biasanya kalo lagi bolos atau pulang sekolah gitu sama temen-temen gue di sekolah yang dulu, gue sering nongkrong di warung-warung kaya gini. Menurut gue, nongkrong kaya gini lebih asik daripada nongkrong di cafe-cafe gitu. Apalagi kalo nongkrongnya banyakan. Beh, itu yang paling gue senengin."

Terlihat Rifa tersenyum samar. "Ternyata gue salah nilai lo, Gue kira lo termasuk cewe yang terbiasa terlihat elit gitu."

"Kenapa lo bisa mikir kaya gitu?" tanya Ami penasaran.

Saat Rifa hendak menjawab pertanyaan Ami, pedagang itu menyodorkan dua piring ketoprak ke arah mereka.

"Makasih..." ucap Ami ramah pada pedagang yang terlihat lebih tua dari ayahnya.

Pedagang itu tersenyum. "Neng pacarnya dek Rifa ya?" tanya pedagang itu.

Ami menaikkan sebelah alisnya lalu menatap Rifa dengan pandangan bingung, sementara Rifa yang tengah meminum es teh sedikit tersedak mendengar pedagang yang sudah lama ia kenal itu mempertanyakan hal semacam itu pada Ami.

"Bukan, bukan!" seru Ami sambil mengibaskan tangannya tidak sabaran.

Pedagang itu kembali tersenyum. "Gak usah malu-malu gitu neng, orang dek Rifa sendiri kok yang bilang ke mamang kalo mau bawa pacarnya ke sini." ujar pedagang itu lalu permisi berlalu pergi.

Ami menatap Rifa dengan pandangan melongo meminta penjelasan, sementara Rifa memijit-mijit pelipisnya yang sama sekali tidak terasa sakit.

"Oke, gue jelasin!" ucapnya sambil menempatkan kedua tangannya di atas meja. Ia menghela nafas sebentar. "Jadi, dulu gue pernah deket sama cewe. Dan gue pernah bilang sama mamang tadi bakalan bawa cewe yang gue suka ke sini."

"Terus?" tanya Ami yang saat ini masih belum mengerti.

"Tapi, sampe sekarang gue belum pernah bawa dia ke sini."

Kini Ami hanya mengangguk-angguk tanda mulai mengerti. "Jadi maksud lo, gue cewe pertama yang lo bawa ke sini sampe mamang tadi mengira gue cewe yang lo suka dan lo janjiin bakalan di bawa ke sini?"tanya Ami.

Setelah mendapat anggukan dari Rifa, seketika Ami langsung menyunggingkan seulas senyum tipisnya yang terlihat manis.

Kenapa senyum Ami bisa manis banget sih, batin Rifa.

"Pantesan mamang tadi ngira gue pacar lo. Lo sendiri kenapa gak bawa cewe yang lo suka ke sini? Padahal lo sendiri yang udah buat janji itu." tanya Ami.

Rifa kembali menghela nafas pelan. "Sebenernya gue pernah mau ajak dia ke sini, tapi dia nolak."

"Kenapa nolak?"

"Dia gak mau makan di warung tenda pinggir jalan kaya gini, katanya gak higienis. Bahkan dia nolak mentah-mentah ajakan gue."

Seketika Ami tertawa mendengar jawaban Rifa, dan Rifa hanya menatap Ami dengan tatapan bingungnya.

"Kenapa?" tanyanya.

"Selera cewe lo yang modelan cewe elit juga ya ternyata..." seru Ami disusul dengan tawa nya.

Begin ✔Where stories live. Discover now