"Jadi, permintaanmu apa?" tanyaku sinis, berusaha mengabaikan rasa kecewa akibat kekalahan tadi.

"Jadi...," ujar Isogai.

"Katakan saja cepat!"

Diam sejenak. Isogai terlihat kesusahan untuk mengatakannya. Memangnya dia mau minta apa sih? Tak butuh waktu lama, ia pun membuka mulutnya.

"Jadilah pacarku [Name]."

Tunggu, aku tidak salah dengar kan? Pacar? Memikirkan hal itu membuatku tertawa keras. Diam. Itulah yang Isogai lakukan ketika mendengar tawaku.

"Kau ini kena virus playboy-nya Maehara ya, Isogai? Atau kau sedang demam?" tanyaku curiga setelah kelelahan untuk tertawa. Terlihat, Maehara tak terima di balik sana. Namun, ditahan oleh yang lainnya untuk keluar.

"Aku serius, [Name]."

Isogai menatapku. Harus kuakui, tatapannya itu memang benar-benar serius. Refleks, aku memalingkan wajahku. Entah kenapa, aku merasa aneh melihat iris yang begitu serius itu.

"Aku itu membencimu," ujarku.

"Aku tau kok."

Aku menoleh menatapnya lalu menunjuknya. "Jadi, karena aku membencimu aku tidak akan berpacaran denganmu! Jangan harap!" seruku lalu pergi, berlari secepat mungkin meninggalkan tempat itu dan juga... Isogai.


●●●


"Tsundere-nya itu kambuh lagi deh," sahut Maehara ketika melihat Isogai yang pasrah akan keadaan.

"Dia itu tidak sadar apa kalau ia menyukaimu juga ya Isogai-kun?" tanya Karma ikut heran.

Isogai hanya menghela nafas pasrah, menggeleng pelan sambil tersenyum miris. Sedangkan Maehara dan karma sudah tersenyum evil.

"Isogai-kun~ aku akan membuatnya menyukaimu~ tenang saja~"

"Aku ikut Karma~" Dan mereka berdua pun tertawa evil bersama. Isogai dan Nagisa―kebetulan mereka semua lagi berkumpul tanpa kau―hanya menggelengkan kepalanya pasrah.

"Fufu~ boleh juga~" sahut Rio dan yang lainnya minus Isogai dan Nagisa.

"Nyurufufufu~ sensei juga akan ikut~"

Yah, sepertinya bukan kelas E namanya kalau tidak ada agenda mencomblangkan seseorang.


●●●

Ugh... wajahku terasa panas, dan apa-apaan ini?! Kenapa jantungku serasa mau meledak? Kami-sama... tolong hentikan ini.

Berusaha untuk kembali fokus, aku menepuk pipiku sembari menatap kesal meja yang tak bersalah ini. Bergumam pelan―ah lebih tepatnya menggerutu, "Isogai itu kenapa sih? Dia menyebalkan sekali! Dasar bodoh."

Jadilah pacarku, [Name].

Suara itu, kembali terngiang-ngiang di kepalaku. Jantungku mulai berdebar-debar, pipiku mulai memanas dan wajah Isogai serta suaranya yang khas mulai memenuhi pikiranku. Tunggu... kenapa aku jadi memikirkannya sih?!

Aku membencinya! Itu harus! Tidak kata suka untuknya karena tentu saja kami berdua adalah rival dan rival tidak boleh saling menyukai satu sama lain!

Bruk!

Alih-alih aku melamun, aku malah terjatuh karena menabrak seseorang.

"[Name]? Ah, gomen. Daijoubu?" Aku meringis, tak peduli dengan rasa sakit yang mulai menjalar pada kaki kananku. Beberapa detik setelah terjatuh, aku mendongakkan kepalaku.

"Isogai...?"

Aku berusaha bangkit, namun sepertinya rasa sakit tak memperbolehkanku hingga akhirnya aku terjatuh. Sepertinya ada yang salah dengan kakiku.

"E-eh? Apa kakimu terkilir? Mari ku antarkan ke UKS."

Blush~

Aku memalingkan wajahku malu. "Ti-tidak! Tidak ada yang salah! Ja-jangan dekat-dekat!" elakku dengan tangan yang berusaha menghentikannya mendekatiku.

"Eh? Kalau begitu coba kau berdiri."

"Aku akan berdiri ka-kalau... kau sudah pergi da-dari sini," sambungku tak mau kalah, masih dengan memalingkan wajahku. Tak butuh waktu lama, aku mendengar helaan nafas kasar yang keluar dari mulutnya. Tiba-tiba tanpa persetujuanku, dia menggendongku ala bridal style.

Aku membelalakkan mataku terkejut dengan sikapnya. "Hei! Turunkan aku sungut kecoa!" protesku, berusaha memberontak.

"Aku tau kalau kakimu itu terkilir. Sudahlah jangan membantah," balasnya tenang.

Aku menunduk diam. Ia pun membawaku ke UKS, lalu mengobati kakiku yang terkilir. Aku masih diam mengalihkan tatapan padanya, sekaligus menyembunyikan pipiku yang terasa panas.

"Sudah, lain kali berhati-hatilah."

"Yang menabrakku 'kan kau!"

Mendengar bentakanku, ia diam tak membalas. Hening mulai menguasai ruangan ini, tidak ada yang berbicara sama sekali. Aku pun juga terlalu malu untuk memulai pembicaraan.

Sepertunya karena tidak tahan dengan keheningan ini, Isogai melirikku. "Hei, kau harus mengabulkan permintaanku... bukannya itu isi dari game-nya?" tanyanya memecah keheningan.

"Jadi pacarmu? Ti-tidak akan!"

"Kau harus menurutinya. Itu sudah kita sepakati bukan? Yah, kalau tidak mau sih juga tak apa. Sepertinya kau merasa sangat keberatan dengan hukuman dari taruhan itu yah, haha."

Melihat raut kecewanya, aku menunduk. Entah kenapa, aku merasa kasihan melihatnya. Terlebih lagi, Isogai itu sebenarnya baik, hanya aku saja yang terlalu menganggapnya rival.

Huh. Tenang [Name], lagipula kalau aku memang tidak menyukainya, pasti selama pacaran aku juga tidak akan menyukainya bukan? Ok, pemikiran yang bagus!

"B-baiklah... Tapi jangan salah paham ya, selama pacaran, aku t-tidak akan menyukaimu asal kau tau!" ujarku seraya menunjuknya.

Entah mataku yang salah liat, atau memang Isogai yang benar-benar menunjukkan ekspresi senang dan lega...? Terserah, aku tidak peduli soal ekspresinya.

Ia mendekatkan wajahnya padaku sembari tersenyum ala ikemen, membuatku menahan nafas.

"Baiklah, bagaimana kalau kita bermain game lagi?" usulnya.

"Ga-game...?"

"Yap, kalau sebulan ini kau tidak menyukaiku, maka kita boleh putus. Tapi, kalau kau menyukaiku. Maka kita harus pacaran seterusnya. Bagaimana?" tawarnya.

"Aku... setuju! Tentu saja aku akan putus darimu!" ujarku percaya diri. Ia makin mendekatkan dirinya padaku.

Cup~

Aku mematung merasakan sebuah kecupan di dahiku, pipiku ikut memanas. Isogai kenapa kau melakukan itu? Bodoh!

"Tentu saja aku tidak akan membiarkannya," ujarnya sambil terkekeh.

"ISOGAI NO BAKAA!"

The Story ↠chara x readerWhere stories live. Discover now