27

459 16 0
                                    

Happy reading :)

Bosan. Satu kata yang menggambarkan Ayana saat ini. Dia harus menunggu (lagi) orang yang akan menjemputnya. Tadi Rani dan kak Daren sudah menawarinya tumpangan tetapi karena dia merasa tidak enak hati, Ayana menolak dengan alasan yang menjemputnya sudah otw.

Satu persatu siswa sudah meninggalkan sekolah, hanya ada beberapa orang yang masih tersisa. Ayana bisa mendengar sorak-suara dari lapangan basket yang jaraknya cukup jauh dari tempatnya duduk saat ini.

Dilihatnya history percakapannya dengan kak Adit beberapa menit yang lalu. Dia sudah memberitahukan Aditya untuk menjemputnya.

Ayana mengambil earbuds di dalam tas dan mencolokkannya pada ponsel. Dia membuka Spotify dan memplay lagu dari playlist yang sudah dia buat sebelumnya. Jangan harap jika Ayana akan menambahkan lagu Korea didalamnya, Ayana sangat anti dengan hal berbau Korea. Dia lebih suka mendengarkan lagu western ketimbang Korea dengan alasan yang tidak bisa dijabarkan.

Saat asyik mendengarkan suara merdu dari pacarnya (red:Zayn), dia dikejutkan dengan kehadiran segerombolan anak cowok yang masih menggunakan seragam sekolah. Ayana mengecilkan volume agar dia bisa mendengar percakapan mereka.

Perempuan itu hampir menjatuhkan ponselnya ketika melihat beberapa diantara mereka membawa senjata tajam. Dugaan bahwa mereka akan melakukan suatu tindakan yang mengarah pada tawuran memang benar. Yap! Mereka akan menyerang anak dari sekolah sebelah atau SMK Lentera yang notabene masih satu Yayasan dengan sekolah ini.

Ayana menjadi gelisah ditempat duduknya. Apa dia harus melaporkan pada guru atau lapor polisi? Kelamaan mikir, segerombolan anak cowok itu pergi keluar SMA Lentera menuju lapangan olahraga yang berada diantara SMA dan SMK.

Sampai terdengar suara kaca yang pecah dan lemparan yang mengenai barang hingga menimbulkan suara nyaring. Tubuh Ayana bergetar dan beberapa orang yang masih ada disekolah ikut keluar, mereka mengintip dari jarak aman.

Dia bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan tas beserta ponselnya di tempat tunggu lalu berlari ke dalam sekolah mencari guru. Usahanya nihil. Tak ada satupun guru yang dia jumpai ataupun satpam dan pihak sekolah.

Ayana keluar dan melihat para siswa hanya menonton tanpa ada inisiatif untuk menelpon guru atau polisi. Entahlah. Dari dorongan apa, Ayana memberanikan diri untuk ketempat tawuran.

Perempuan itu berjalan ketengah-tengah masa walaupun dia terkena lemparan batu pada lengan dan bahunya. Dia mencari orang yang memimpin jalannya aksi tawuran ini. Ayana menarik orang itu yang tidak lain adalah Juan.

"Lo ngapain disini?!" tanya Juan dengan suara keras. Ayana juga bisa mendengar nada ketidak sukaan dari pertanyaan Juan. "Weeh!"

"Kalian ngapain tawuran?"

Juan berdecak. "Udahalah! Lo pergi sana!" Juan mendorong Ayana dan cowok itu kembali ketengah-tengah masa.

Ayana tak gentar. Bak seorang pejuang, perempuan itu kembali dan berteriak sekencang-kencangnya. Dia menghabiskan seluruh suaranya untuk menghentikan tawuran ini. Rupanya, usahanya berhasil. Mereka semua diam dan menatapnya tidak suka. Banyak diantara mereka mengumpat padanya dan meneriakinya.

Sambil menahan perih pada lengannya yang terkena lemparan batu, Ayana akhirnya bersuara.

"Buat apa kalian tawuran? Bukannya kita ini bersaudara? Kita satu yayasan, harusnya saling mengisi dan tolong menolong. Bukannya malah beratem kayak gini." dan Ayana menghabiskan sisa suaranya untuk memberikan mereka semua nasihat. Ayana beruntung, saat dia berbicara, semuanya mendengarkan. Mereka menunduk malu.

• Satu SMA •

Setelah melakukan aksi nekat, Ayana langsung undur diri dan pulang karena Aditya sudah menunggunya. Aditya kaget saat melihat kondisi Ayana ketika datang padanya, lengan adiknya luka dan berdarah. Ayana juga terlihat seperti habis menangis. Tak ingin menambah kesedihan yang diderita adiknya, Aditya langsung menjalankan mobilnya pulang.

Di dalam perjalanan menuju rumah, Aditya juga tidak bertanya atau berkata sepatah katapun. Dia hanya sesekali melirik Ayana saat adiknya itu tiba-tiba menangis.

Sesaampainya dirumah, Ayana langsung menuju kamar. Gadis itu langsung masuk tanpa menyapa Naya yang berada diruang tamu bersama dengan teman-temannya.

"Adek kenapa, kak?" Naya langsung bertanya pada Aditya saat kakaknya itu muncul dari pintu.

Aditya menggeleng. Dia duduk disamping Naya dan melepas sepatunya.

"Dalam rangka apanih, main ke rumah?" bukannya menjawab pertanyaan Naya, Aditya malah bertanya hal lain. "Lo yang namanya Sarah?" tunjuk Aditya pada seorang cewek yang menggunakan bandana. Cewek itu mengangguk. "Kata Naya, lo abis diselingkuhin sama pacar... Eh, mantan lo."

Sarah menatap Naya sebal lalu dia beralih pada Aditya. "Ya gitu deh."

"Gimana kalau kita jalan, kali aja nyambung. Bisa kali kita taken..." kata Aditya sambil menaik-turunkan alisnya.

Satu SMAWhere stories live. Discover now