16

581 24 3
                                    

Menunggu adalah hal yang paling membosankan. Kata-kata itu memang pas untuk keadaan Ayana saat ini. Seperti biasa, hari ini ia menunggu Naya lagi. Rani dan Asri sudah pulang duluan beberapa puluh menit yang lalu, sementara dirinya masih di sekolah.

Lama-kelamaan langit menjadi abu-abu kehitaman, bersiap untuk menjatuhkan berkubik-kubik air. Ayana yang menyadari bahwa rintik air hujan mengenai jidatnya, bergegas mencari tempat teduh.

Beberapa detik kemudian, hujan turun dengan ritme pelan menjadi deras. Banyak siswa dan siswi ikut berteduh bersama Ayana.

• Satu SMA •

Daren baru saja menyelesaikan quisioner yang diberikan guru BK padanya. Setelah berpamitan pada guru BK, ia langsung bergegas untuk pulang karena perutnya sudah berdemo sejak tadi. Harapannya menguap ketika hujan turun dan membuat dirinya harus menunggu hujan reda.

Daren melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah menunjukkan pukul tiga lebih sepuluh, dan kantin pasti sudah tutup. Hingga Puspa–teman Darya lewat di hadapannya.

"Eh... Pus... Pus," panggil Daren dan Puspa menoleh.

"Lo kira gue kucing, di panggil Pus," kata Puspa tak terima.

Daren memanyunkan bibirnya. "Iya dah. Em, pinjem payung lo dong Pus. Gue mau pulang nih,"

"Nih," Puspa memberikan payung kecil bergambar hello kitty

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nih," Puspa memberikan payung kecil bergambar hello kitty. "Jangan di ilangin, gue dapet endorsan soalnya."

" Turun, turun deh harga diri gue make payung beginian." gumam Daren lalu meninggalkan tempat tadi.

Daren membuka payung ketika sampai di luar gedung sekolah. Ia berjalan pelan agar tidak kecipratan air dan membuat sepatunya kotor. Daren berdecak pelan, ia lupa bahwa ia membawa motor sendiri ke sekolah. Bukan bersama dengan saudaranya.

Daren berbalik dan melangkahkan kakinya menuju parkiran motor. Dari kejauhan, ia melihat Ayana sedang berteduh bersama anak lain. Ia mendekat ke tempat motornya yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat Ayana.

Daren memilih menghampiri Ayana terlebih dahulu sebelum ke tempat motornya.

"Ayana,"

"Loh, kak Daren belum pulang?"

Daren menggeleng. "Lo nunggu Naya pasti?"

Ayana tersenyum sebagai jawabannya.

"Naya lagi rapat OSIS dia mah, lembur pasti. Lo gak di kasih tau?"

"Ndak kak. Tadi waktu di kantin, kak Naya gak bilang apa-apa." jelas Ayana.

"Emang gak di hubungin elonya?"

"Hape aku ketinggalan kak," jawab Ayana.

Daren terdiam mendengar jawaban Ayana, jika Ayana hari ini tidak bawa hp, lalu yang membuat Instagram stories tadi siapa?

"Mau gue anter ke ruang OSIS?"

"Ia, boleh."

• Satu SMA •

Ayana dan Daren kini sudah berada di depan ruang OSIS. Terdengar ada orang yang sedang beradu argumen di dalam sana. Ayana menatap Daren karena ia ragu untuk mengganggu rapat OSIS kakaknya. Daren mengangguk pelan, lalu Ayana mengetuk pintu bercat putih itu.

"Ada apa dik?" tanya seorang pengurus OSIS pada Ayana. "Anak kelas sepuluh kak," sahutnya berteriak kala seorang bertanya dari dalam.

"Mau nyari kak Naya, ada?"

Orang itu manggut-manggut lalu ia kembali masuk ke ruang OSIS dan beberapa detik kemudian Naya muncul dari dalam.

"Ayana belum pulang?"

"Nunggu kakak, kan."

"Gue udah nge-Line lo, bilang kalau gue ada rapat sampe malem." kata Naya sambil melipat tangan.

Ayana menunduk," iya maaf. Aku pamit ya, kak."

Naya mengangguk lalu ia menutup pintu ruang OSIS kembali. Sementara itu, Ayana berjalan meninggalkan tempat itu. Daren mengekori dari belakang, ia merasa sebal karena perlakuan Naya pada Ayana. Alasan Daren tidak menyukai Naya karena Naya mempunyai sifat tidak bisa menghargai orang lain dan suka membuat orang kesal.

"Udah, lo pulang sama gue." putus Daren. "Lo tunggu sini, gue ambil motor," kata Daren mengelus kepala Ayana.

Daren datang dengan motor maticnya. Ayana kira, Daren akan membawa motor gede atau motor sport seperti cowo-cowo yang ada di film atau novel bahkan di sekolah ini.

"Ayo Na."

"Iya kak," kata Ayana lalu naik ke motor. Ternyata susah juga naik ke motor milik Daren ini. Motor yang Daren kendarai sepertinya tidak di cetekkan oleh pemiliknya, maklum Daren itu jangkung.

Saat Daren akan menjalankan motornya, Ayana menepuk bahunya.

"Kenapa?"

"Aku gak make helm kak, ntar di tilang polisi. Aku sih gak mau ganti rugi."

Daren tersenyum kecil ketika Ayana berkata seperti itu. Ayana adalah cewe yang taat peraturan lalu lintas. "Yaudah, lo turun, gue pinjemin helm dulu."

Daren datang membawa helm berwarna putih. Yah, Ayana tidak tahu dimana cowo itu mendapatkan sebuah helm. Daren akan memakaikan Ayana helm, di datahan oleh Ayana.

"Kenapa lagi sih?"

Ayana menyipitkan matanya," kak Daren dapet helm dimana? Ntar ada kutunya lagi, ahh... Jorok kak!"

Daren tertawa melihat tingkah Ayana yang menurutnya lucu.

"Rani gak sejorok itu kayaknya, sampe kutuan."

"Lah, ini punya Rani?"

"Iya emang. Dia memang naro helmnya di tempat helm guru. Jangan nanya lagi, bisa kesorean kita pulang."

Satu SMAWhere stories live. Discover now