25

527 25 0
                                    

Selama 15 tahun, ini pertama kalinya untuk Ayana menjadi orang pertama yang duduk di meja makan saat sarapan. Biasanya, ia akan menjadi orang terakhir atau kadang tidak sempat sarapan karena bangun kesiangan.

Waktu baru menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit. Biasanya, ia jam segini masih tidur dengan pulasnya dan akan bangun ketika alarm ponselnya berbunyi untuk ke sembilan kalinya, dimana ia menyetel setiap lima menit, dimulai dari pukul 5.30. It's student life.

"Tumben, Miss Lelet, udah stand by."

Ayana tersentak, mendapati Aditya sudah duduk dihadapannya sambil mengunyah permen karet. Ayana menyipitkan kedua matanya.

"Ngapain, pagi-pagi sudah makan bubble gum?" tanya Ayana bak seorang ibu yang memarahi anaknya karena pagi hari memakan bubble gum. Mungkin jika dimasa depan nanti, jika dia mempunyai anak dan anaknya melakukan hal seperti yang Aditya lakukan, Ayana akan melanjutkan perkataannya seperti ; jangan lupa sikat gigi dan minum air ya, nak. Atau, sudah ijin, Ayah, belum?

Aditya menarik kursi disamping adik bungsunya, lalu berkata. "Biasa, senam pipi, biar gak temben kayak lo."

"Emang bisa?" tanya Ayana ragu. Sebab, Aditya sering membohongi dirinya.

Lelaki itu manggut-manggut, "lah iya. Emang lo gak pernah baca?" tanya Aditya dan Ayana menggeleng sebagai jawabannya. Aditya berdecak, "makanya, jangan ngepoin, Zayn Malik mulu."

Pembicaraan mereka terhenti kala, Dinda, sudah datang dan duduk di seberang mereka. Rika menuangkan susu ke dalam gelas miliknya dan meminumnya hingga tinggal seperempat.

"Kenapa belum sarapan?" Dinda bertanya saat melihat piring dan gelas masih tersusun rapih diatas meja.

"Nunggu mama," jawab Ayana disertai senyuman.

"Iya udah, kan mama sudah disini, sarapan sana!"

"Nunggu kak Naya," jawab Ayana lagi.

"Mama duluan."

Tidak lama kemudian, Naya datang dengan penampilan berbeda. Rambut yang semula hitam menjadi agak kecokelatan dengan ujung rambut yang curly dan make-up yang berlebihan. Seragam yang Naya kenakan juga terlihat sedikit berbeda. Lebih ketat sehingga membuat beberapa bagian tubuhnya menonjol.

Aditya yang melihat adik sulungnya berpenampilan seperti itu, hampir menelan permen karetnya. Ia sangat terkejut dan Aditya menilai, penampilan Naya lebih seperti penampilan Zivanya saat akan kondangan. Mencolok.

Sementara itu, Dinda memilih untuk menghabiskan sarapannya, sebelum memberikan ceramah untuk Naya di pagi hari.

• Satu SMA •

Rani masih berdiri didepan cermin, setelah dia menguncir rambutnya dan memasang dasi. Ia masih meneliti penampilannya. Dari atas sampai bawah. Ia berdecak puas saat akhirnya menempelkan aksesoris berupa pita pada pangkal ikatan rambutnya.

Segera ia berlari turun untuk sarapan. "Pagi, Tante," Rani mencium kedua pipi Rika sambil tersenyum.

"Pagi, sayang," balas Rika.

Rani langsung duduk disebelah Rika, gadis bertubuh semok itu mengambil mangkuk yang sudah terisi sereal jagung lalu menuangkan susu hingga sereal-sereal itu naik mengapung.

"Setelah sarapan, kamu samperin Darya, ya...,"

Rani mengangkat wajahnya, dia menelan makanannya terlebih dahulu dilanjutkan dengan minum air. "Kenapa lagi, tuh, anak?"

Satu SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang