19

547 23 2
                                    

WARNING! TYPO BERTEBARAN
A/N : maaf, partnya pendek cuman 500 words.






Ayana dipilih oleh waka kesiswaan untuk seminar tentang Media Sosial dan Undang-Undang ITE disebuah hotel kawasan BTDC Nusa Dua. Sudah hampir dua jam Ayana duduk di ruang guru untuk menunggu siapa orang yang akan bersamanya selama tiga hari kedepan.

Ayana mengerucutkan bibirnya karena banyak siswa yang berlalu-lalang melihatnya duduk di sofa empuk ruang guru. Seperti siswa yang bermasalah dengan guru mata pelajaran.

"Kenapa gue yang dipilih, ya? Emangnya, gak ada orang lain apa?" gumam Ayana kesal. Sebab, ia terlalu malas untuk mendengarkan orang berbicara apalagi di ballroom hotel, bisa tidur nyeyak Ayana disana karena sejuknya ruangan.

Ayana menoleh, dan orang yang di tunggu datang. Ayana langsung menunjukkan muka kaget karena Darya lah yang akan bersamanya untuk beberapa hari kedepan.

"Bapak gak bercanda 'kan? Masa yang sama saya cowok sih pak," Ayana tak terima dan memprotes pada waka kesiswaaan.

Pak Werda tertawa, "di undangannya, sepasang nak. Nanti kamu kan sama anak sekolah lain sekamarnya. Yasudah, besok ingat jam setengah tujuh sudah ada di sekolah. Kita berangkat dari sekolah." putusnya lalu berlalu meninggalkan Ayana dan Darya.

• Satu SMA •


Ayana memasukkan pakaian yang dibutuhkan saat ia di seminar besok. Dua stel  seragam sekolah, satu buah baju kaos yang diberikan tadi di sekolah, dua baju tidur, dan beberapa buah baju dan celana jeans. Tidak lupa Ayana membawa sepatu dan sandal jepit.

Setelah itu, Ayana pergi ke kamar Naya untuk meminjam power bank, untuk berjaga-jaga saat di ballroom bisa saja handphonenya mati karena kehabisan baterai.

"Kak!" panggil Ayana dari luar kamar kakak perempuannya itu. "Kakak... bukain pintunya!" teriak Ayana sambil menggedor-gedor pintu berwarna putih itu.

"Iya, bentar," sahut Naya berteriak. Tak berselang lama, Ayana mendendegar suara kunci yang diputar lalu terbukalah pintu kamar kakaknya itu. "Kenapa?"

"Pinjem power bank, ya?" pinta Ayana.

"Kan udah ada charger, ngapain minjem power bank?" tanya Naya. "Lo mau hangout?"

Ayana menggeleng cepat. "Enggak. Aku besok ikut seminar di Nusa Dua, buat jaga-jaga, kali aja hape aku lowbatt."

Naya terdiam, ia ingat salah satu temannya juga ikut seminar itu. Tapi siapa?... Tanpa berpikir panjang, Naya mengambilkan Ayana power bank lalu melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

• Satu SMA •

Rani mengambil remote TV dari atas pangkuan Darya. Ia kesal karena Darya tidak menonton melainkan bermain handphone. Ketika Rani sudah mendapatkan Disney channel, Darya merebut remote itu lagi.

"Ngapain diambil lagi sih?!" protes Rani ingin mengambil remote itu kembali. "Kak Darya... Ish! Balikin remotenya!!"

Darya menjauhkan remote itu agar Rani tidak dapat menjangkaunya.

"Balikin... Om Darya," Rani menarik-narik lengan baju Darya.

"Ogah! Abis itu, lo manggil gue, om. Ya, males gue."

Rani mendelik. "Lah? Situ kan emang om, aku? Untung gak aku panggil kakek. Atau mau aku panggil uncle?" tanya Rani polos.

"Geli gue di panggil uncle. niih." Darya memberikan remote itu lalu ia menarik Rani dan memeluknya dengan sangat erat sampai Rani sesak napas.

"Udh... udah kak!" kata Rani meronta dan akhirnya Darya melepaskan pelukannya.

"Lo tuh empuk banget. Kayak boneka teddy bear punyanya Kiara. Udah gede, gembil lagi."

"Semoga Tuhan mengampuni seluruh dosamu," Rani komat-kamit seolah-olah menghapalkan mantra yang ia tujukan untuk Darya. "Eh.. Kak jangan pergi dulu," Rani menahan tangan Daren. "Duduk!"

"Kenapa lagi sih, dek?"

"Aku cuma mau bilang, jagain Ayana disana. Jangan di jahilin, dia itu orangnya baik, jangan bikin dia sebel. Pokoknya buat dia nyaman dan betah disana." pinta Rani.

Darya mengangguk pelan, lalu ia beranjak dan ke kamarnya.

• Satu SMA •

Satu SMAOn viuen les histories. Descobreix ara