12

690 25 3
                                    

Warning! Typo bertebaran!!



Ayana menunggu Daren dan Rani di ruang tamu rumah Daren. Ayana memilih ke rumah Daren untuk menemui Rani, ketimbang menjadi kambing congek antara Aditya dan Zivanya.

Rani datang bdari dapur sambil membawa nampan yang berisi camilan dan beberapa gelas kosong. Sementara itu, Daren membawa dua botol besar minuman soda.

"Ayo diminum," Daren menuangkan minuman berwarna cokelat kemerahan itu kedalam gelas yang sebelumnya diisi es batu untuk dirinya sendiri dan meneguknya sedikit. "Ahh," tangan Daren diletakkan di kerongkongannya, seperti monyet sedang minum kelapa muda di kartun upin-ipin.

"Iya kak." Ayana mencomot kwaci biji labu itu lalu memakannya. "Trus, kenapa elo bisa disini?" Ayana bertanya pada Rani.

Rani menghela napasnya, "oke, gue ceritain." Rani menjeda ucapannya. "Kakek gue itu sodaraan sama alm ayahnya kak Daren, ayahnya kak Daren itu paling bontot dan kakek gue anak kedua. Jadi gue manggil kak Daren 'om', yah walaupun ini orang," Rani menunjuk Daren dengan dagunya. "Dan kak Darya gak mau dipanggil 'om'." katanya sambil mengelap mulutnya dengan tissue.

"Lanjut."

"Karena tante Rika gak bisa keluar kota terus, jadinya ibu gue yang di tunjuk ngegantiin tante Rika dan gue tinggal disini sama mereka."

Ayana mengerutkan keningnya, "lo sekolah sama double D?"  tanya Ayana dan Rani mengangguk. "Tapi kenapa gue gak pernah liat?" tanyanya lagi.

"Menurut ngana, gue turun di parkiran gitu? Lo mau gue di bully fans fanatiknya double D?"

"Ck. Ya enggak sih, tapi kan kasihan sama elonya Ran." Ayana mengambil remote TV lalu mengganti channel. "Apa elo sama tante Rika kalik ya berangkatnya," usul Ayana.

"Tante Rika mah jam delapan berangkatnya, telat dong gue." jawab Rani.

Sementara itu, Daren menatap malas keduanya yang tengah mencari jalan keluar. "Udah?"

Ayana dan Rani menoleh ke arah Daren.

"Apanya?" sahut mereka berdua bersamaan.

"Gak jadi," Daren memilih untuk membuka sebungkus kacang dan memakanya.

• Satu SMA •

Ayana dan Rani digiring oleh Daren ke halaman belakang. Ayana menghentikan langkahnya karena banyak teman Darya juga ada disana.

"Wuahh ada dede gemes nihh dateng, mau nyari kak Ari ya," dengan pedenya Ari berkata seperti itu hingga mendapatkan toyoran dari Tia.

"Dede gemes, pantat lu di remes." ketus Daren menangkis tangan jahil Ari yang ingin mencolek pipi Ayana. "Ganjen banget sih lo, udah ada tai juga."

"Yalord, elo dibilang tai, ihh." Bima mengompor-ngompori Tia.

"Heran deh gue. Jaman sekarang, mulut cowo lebih nyinyir ya daripada mulut cewe. Jangan-jangan, minceu lambe turah, salah satu diantara kalian-," Tia akhirnya bersuara.

"Ayana ngapain kesini?" tanya Naya yang sudah berpindah duduk. Ia menselonjorkan kakinya yang tadi bersila.

"Main sama Rani, kak. Tadinya aku mau ngikut ngedate sama kak Adit dan kak Zivanya, tapi ngenes banget aku jadinya liat mereka mesra-mesraan," jawab Ayana meratapi dirinya yang jomblo.

"Cup.. cup.. Yang tabah ya dik." Ari menepuk bahu Ayana prihatin.

• Satu SMA •

Setelah berpamitan dengan Rika, Ayana dan Naya menuju mobil. Naya langsung melajukan kendaraannya keluar dari lingkungan perumahaan.

"Laper gak Na?" Naya bertanya pada Ayana yang tiduran di kursi belakang, kebetulan mereka akan melewati kawasan yang terkenal dengan berbagai makanan dan minuman.

"Enggak kak, tapi kalau di traktir bisa kok akunya laper." sahut Ayana jujur.

"Iya tak traktir, mau makan apa emangnya? McD, Mie Setan, Nasi Goreng gila, Sate Ayam Bali, Bebek betutu?"

Ayana menggeleng. "Ayam geprek, kak."

Naya mengarahkan mobilnya ke dalam area parkir gerai Ayam Geprek yang sedang hits. "Makan disini atau dirumah?"

"Rumah aja kak, sambil nonton TV di ruang atas."

"Okey, lo pesen apa aja?"

"Ayam geprek level 4, nasinya nasi kuning, pakein abon di atas nasi kuningnya, sambelnya banyakin, ayamnya pake yang dada. Trus siomay," Naya mencatat permintaan Ayana pada memo handphonenya.
"Yaudah, elo ke setarbak sana! Beli minuman."

"Setarbak kemahalan oneng! Makan di rumah juga, gak akan kekurangan minuman mah." tolak Ayana.

Naya keluar dari mobil dan masuk ke dalam gerai itu. Aroma ayam yang baru matang menyerbu indera penciumannya. Sore itu, gerai Ayam geprek hits sedang ramai, karena hari minggu. Banyak pasangan muda yang seumuran dengannya berkencan di gerai ini, ada juga kelompok cewe dan cowo yang sepertinya biasa nongkrong pada gerai makan ini.

Setelah 6 menit menunggu antrean, Naya mulai memesan apa yang di minta oleh Ayana dan juga untuknya.

"Ayam yang level satunya tiga, level empatnya tiga. Trus, yang level empat, yang satu pake nasi kuning plus abon di atasnya, yang satunya lagi pake nasi merah. Sisanya gak pake nasi. Siomaynya lima, onion ringnya tiga." kata Naya membaca memo.

"Totalnya, dua ratus dua puluh satu ribu mbak." kata kasir sambil menunjukkan bill.

Naya mengangguk lalu menyerahkan dua lembar uang seratus ribu, selembar uang dua puluh ribu dan lima ribu. "Kembaliannya, diambil aja."

Naya kembali ke mobil dan meletakkan dua plastik besar yang aromanya menggoda iman di kursi belakang. "Jangan di comot," Naya memperingatkan Ayana supaya tidak mencomot makanan seperti kebiasan Ayana sebelumnya.

"Iyain aja, biar gak berantem."

Satu SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang