9

715 23 0
                                    

WARNING!! TYPO BERTEBARAN!

• Satu SMA •

Semua peserta di bangunkan oleh panitia dengan toa. Semua peserta kocar-kacir  karena mereka hanya diberikan waktu 5 menit untuk mck. Jika para peserta terlambat, mereka dihukum membersihkan tenda oleh panitia.

Ayana cekikikan melihat teman-temannya yang panik karena belum melakukan ritual pagi. Semalam, sebelum masuk tenda, Ayana di beritahu oleh Daren bahwa, ia harus bangun pukul lima pagi jika tidak ingin kena hukuman. Ayana lebih dulu melakukan ritual paginya bersama dengan Rani.

Peserta yang sudah selesai melakulan ritual pagi di arahkan untuk berbaris di lapangan, karena para peserta akan di ajak berolahraga.

"Satu menit lagi!" seru korlap Daren dengan toa yang berbunyi cukup keras. "Waktu habis!" serunya lagi. "Yang terlambat, ngambil sampah! Cepat!"

• Satu SMA •


"Ran, kemarin kan ya, gue bangunin lo, tapi elonya gak bangun-bangun." bisik Ayana kesal pada Rani setelah makan siang.

"Trus, lo ngompol?" kata Rani pelan dan mendapatkan jeweran pada telinganya. "Sakit, oneng!" Rani meringis, mengusap-usap telinganya yang mulai memerah.

"Bukan gitu, gue kemarin nyasar nyari toilet. Trus ada kak Daren yang ngikutin gue," curhat Ayana.

"Trus kak Daren, ngintipin lo?"

"Ngebunuh orang dosa gak ya?" tanya Ayana lagi pada Rani.

Rani mengerutkan keningnya, "kalau kata pepatah sih, fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Kayaknya enggak, deh Na."

"Gitu, ya? Yaudah, deh. Gue mau bunuh lo," Ayana menyeringai membuat Rani menatapnya horor.

"Ada apa sih, Na?"

"Abisnya, elo ngomong, asal ngejeplak aja." ketus Ayana.

"Ya, maaf."  

• Satu SMA •

Ayana merapatkan carigannya ketika hujan semakin lebat mengguyur buper sore ini. Padahal peserta pelantikan berencana untuk mencari kayu bakar, untuk persiapan malam api unggun. Ayana menoleh ke arah samping dan melihat Rani sedang berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon.

Semenit kemudian, Rani meletakkan ponselnya dan mengambil jacket yang berada di dalam tasnya.

"Ran, kira-kira tendanya kemasukan air gak ya?" tanya Ayana risau.

Rani melihat jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya, raut wajahnya berubah. "Ya, tergantung sih, Na. Kalau satu jam kedepan masih hujan juga, ini bisa banjir."

"Trus, kita tidur dimana?"

"Kayaknya sih, di aula. Tapi, tunggu informasi dari panitia dulu."

Semua orang yang ada di tenda langsung panik ketika korlap Denis datang dan menyuruh mereka untuk bersiap, mengungsi ke aula.

"Kamu..." tunjuk Denis pada salah satu peserta, "bagikan ini kesemua teman-temanmu! Jangan ada yang terlewat, kalau kurang beritahu saya," perintahnya sambil menyodorkan satu tas besar berisi jas hujan, plastik besar dan payung. "Jas hujannya dipakai, plastiknya untuk melindungi barang-barang kalian dari air dan payungnya dipakai saat keluar tenda."

Ayana menerima berang-barang yang diberikan dan langsung memakainya.  Para peserta dikelompokkan agar panitia lebih mudah memindahkan mereka.

Rani mengeluh ketika ia tidak berada satu kelompok bersama dengan Ayana.

"Yah, kakak, masa iya saya sama Ayana dipisahin sih..." eluh Rani pada salah satu panitia cewe yang mendampinginya. "Kak.. Ntar saya aduin loh sama korlap Daren,"

Panitia itu mendelik pada Rani, "lah.. Kan, yang bagiin kelompok, korlap Daren," katanya membuat Rani berdecak sebal.

"Awas aja tuh anak," gumam Rani pelan. "Dadah... Ayana, hati-hati di jalan ya... Awas becek, ntar kepleset," Rani melambaikan tangan pada Ayana yang sudah meninggalkan tenda bersama tiga anak lainnya dan satu panitia.

• Satu SMA •

Ayana terjatuh di luar gapura buper yang saat ini bagaikan kolam lumpur. Bokongnya mendarat lebih dahulu. Dan membuatnya merintih kesakitan. Ayana terjatuh bersama orang yang bersamanya menuju aula, kecuali panitia yang memang berjalan dibelakang mereka.

Ayana terjatuh karena salah satu anak terlonjak saat petir baru saja lewat. Jas hujan Ayana ditarik oleh anak itu dan menyebabkan mereka semua terjatuh.

Sementara itu panitia yang mendampingi mereka, tertawa tanpa membantu mereka semua bangun. Hingga dua menit kemudian, panitia itu mengambil ponselnya yang sudah terbungkus plastik dan mengetik sesuatu.

"Maaf, banget ya dik..." kata panitia itu berusaha menahan tawanya, "bukannya saya gak mau bantu, tapi saya lagi dapet, jadi badan saya lemas banget. Nanti kalau saya narik kalian satu-satu malahan saya ikutan nyebur," sambungnya dengan tetap memegangi payung yang ia bawa.

Hingga lima menit kemudian, datanglah panitia lain yang berjumlah enam orang. Tiga orang diantaranya membantu peserta lain untuk bangun dan sisanya membantu membawa barang bawaan menggunakan tandu.

Ayana mengumpat dalam hati, karena bukannya ia yang ditandu dan malahan barang-barang yang ia bawa. Ayana mulai berjalan hati-hati dan dipapah oleh panitia yang baru datang.

Dan akhirnya mereka sampai di depan aula. Ayana melepaskan jas hujan dan sepatunya yang kotor sebelum masuk aula.

"Barang-barang saya, mana kak?" tanya Ayana pada panitia yang mendampinginya tadi.

"Sudah ada didalam aula, kok, Dik. Kamu gak perlu khawatir."

Ayana menangguk dan memutuskan untuk pergi ke toilet. Lagi-lagi, Ayana hampir terpeleset karena suara melengking Rani mengagetkannya.

"Omaigat! Ayana!! Elo kenapa?!" Rani menghampiri Ayana dengan membawa barang-barangnya.

Ayana tetap memegangi pilar dan berdecak sebal pada sahabatnya itu. "Udah deh lo, jangan banyak tanya! Ambilin pakaian ganti gue, please."

Rani mengangguk cepat dan pergi meninggalkan Ayana.

Satu SMAWhere stories live. Discover now