18

555 19 2
                                    

WARNING! TYPO BERTEBARAN. *JANGAN LUPA VOTE YA! :)

Dengan terburu-buru Ayana berlari ke gerbang. Ayana pagi ini terlambat karena kemarin tidur larut malam. Disana sudah ada anggota OSIS membawa buku tebal; dimana disanalah nama siswa yang terlambat dicatat.

Ayana berbaris rapih diantara belasan murid yang terlambat. Ayana melirik kanan-kiri. Sial. Hanya dirinya sendiri cewe yang terlambat. Ah, iya ada kak Naya juga terlambat.

"Nama, kelas?!" tanya salah seorang anggota OSIS pada Ayana.

"Kayana Narayani, sepuluh IB1."

Anggota OSIS itu lalu mencatat nama dan kelas Ayana. "Kamu dapet 10 point. Point kamu tinggal 40 di bulan ini." katanya lalu mencatat berapa point yang Ayana dapatkan jika terlambat.

"Kak, ini kak Naya enggak di catat juga?" tanya Ayana ketika anggota OSIS itu berlalu.

Cewe itu tersenyum. "Ndak. Point tidak berlaku untuk seluruh OSIS."

"Lah, kok jahat sih." Ayana berdecak kesal melihat Naya dengan santainya masuk ke gerbang. "Gak adil ini mah! Masa iya OSIS gak dapet point juga?! Kalau gitu, semua siswa sini juga mau jadi OSIS."

"Pasal pertama; OSIS selalu benar. Pasal kedua; jika OSIS salah, kembali ke pasal pertama." kata seseorang di belakang Ayana dengan tegas. Orang itu lalu berjalan dan berhenti di hadapan Ayana.

"Emang ini perpu, pake pasal pasal segala?" tanya Ayana tak terima. Ini masalah keadilan, bukan kekuasaan. Pantas saja prestasi SMA Lentera turun, masalahnya ada di pemerintahan OSIS toh. Ayana membatin.

Dengan muka diketekuk Ayana memasuki ruang kelas. Ayana langsung duduk di kursinya lalu ngedumel gak jelas.

"Napa sih lo Na?" Rani membuka earbuds yang is kenakan ketika Ayana datang dengan muka selecek uang seribuan yang biasa di bawa tukang parkir. "Kerasukan leak ya lo?"

"Ho-oh. Gue kerasukan setan penunggu pohon yang ada di belakang sekolah. Puas lo!" lalu tanpa sebab Ayana menangis sambil menepuk-nepuk meja di hadapannya.

"Lah, kesambet beneran nih bocah," gumam Rani takut. Ia memang takut akan hal yang berbau mistis. "Ayana... jangan becanda iih."

"Nah ayo Ranii. Lu apain Ayana, mewek anak orang Ran!" seru Jiko dari sudut kelas.

"Rani tanggung jawab Ran! Nangis princess gue." kata Hendra ikut memanas-manasi.

Rani memutar bola matanya malas. "Bacot lo semua! Gue mutilasi atu-atu tau rasa lo!" kata Rani dengan galaknya sambil berkacak pinggang.

Semua orang yang tadi mengerubungi Ayana, perlahan kembali ke tempat mereka masing-masing karena Rani mengusirnya.

"Holaaaaaa!!!" sapa Asri dari depan pintu dengan cerianya. "Kabar gembira untuk kita semua-" Asri bernyanyi menirukan iklan kulit buah yang ada di televisi.

"Kulit buaya kini bisa dijual" sambung Rina teman sebangkunya.

"Bukan ogeb!" Asri menepuk pundak Rina. "Exusme, can I give a important informantion for you all. Well, today Mrs. Dewi absent because her kids crying in her home and mentioning a God of goodness her also given't this class a project"

Ayana berhenti menangis ketika Asri memberikan pengumuman menggunakan Bahasa Inggris.

"Itu lo ngomong gak ke translate dulu kan ya?" ceplos Ayana dengan masih sesegukan. Ini fakta ketika Ayana melihat postingan orang-orang dengan caption Bahasa Asing, pasti ke aplikasi terjemahan dulu, baru di post. Sampai-sampai Ayana sering bergumam. "Itu caption apa naskah? Di edit dulu baru di post." atau "Sok-sok'an pake Bahasa Asing, make Bahasa Indonesia sesuai EYD aja masih susah."

• Satu SMA •

Rani menunggu jawaban Ayana setelah Ayana datang dari koperasi sekolah membeli tissue. Ayana yang akan membuka kotak bekalnya malah di tarik oleh Rani.

"Mau juga Ran? Itu makanan lo masih utuh tuh."

Mata Rani menyipit. "Lo ngutang penjelasan sama gue!"

"Lah... Apaan coba yang perlu gue jelasin?"

"Kenapa, tadi lo nangis?"

"Oh itu. Tadi gue telat masa, trus nama gue di catet dan dapet 10point gue kira kak Naya juga ikutan di catet eh ternyata enggak karena dia OSIS lah gue gak terima dong, secara ini kan masalah keadilan kalau caranya macem kek gitu semua siswa sini juga mau kali jadi OSIS. Trus 'om' lo," Ayana menjeda ucapannya dan menekankan kata OM. "Malah bilang OSIS selalu benar, taik banget kan!"

"Kak Darya maksud lo?"

"Nah yang jadi OSIS cuman dia doang, yekali kak Daren."

Rani manggut-manggut mendengar penjelasan Ayana yang menggebu-gebu.

"Trus yang rok lo robek?" tanya Rani mengecilkan volume suaranya.

Seketika pipi Ayana bersemu merah. Bagaimana Rani bisa tahu tentang kejadian kemarin. Apa kak Daren memberitahunya?

"Nge-blush gitu ya langsung," goda Rani. "Gue tau kok, malahan gue yang milihin rok buat lo. Gimana... pas gak?"

"Kegedean Ran."

"Seriusan? Lah gue kira pas."

"Udahlah, gak usah dibahas. Malu gue," Ayana lalu mengambil kotak makannya dan melanjutkan makan.

Satu SMAWhere stories live. Discover now