Sayang?

34 9 0
                                    

Hari yang sangat ditakuti pun telah tiba. Hari, yang membuat gadis lemah seperti Airinshy merasa sangat tak nyaman. Hari ini adalah hari dimana mau tak mau harus berjumpa dengan mata pelajaran yang jika bisa, dihapuskan dari muka bumi ini.

Ya, ini adalah hari selasa. Hari yang tercatat dalam roster kelasnya berjadwalkan olahraga. Jangankan tepat di les olahraganyanya, sehari sebelum hari ini tiba, ia sudah kepikiran dengan roster ini.
(Mungkin bukan hanya Airin yang merasakan hal seperti ini saat di sekolah. Pasti readers ada juga kan? Hehe...!)

"Weee! Bilangin pak Joko ya, gue sakit. Perut gue mules. Gue lagi datang bulan nih. Aaawww!" Ucap Amel saat bel pergantian les olahraga berbunyi.

"Sakit mulu lo. Tiap hari selasa kayaknya lo datang bulan mulu deh." Ucap Bima.

"Tau lu. Sok sakit. Lo pikir pak Joko kagak tau apa? Bikin alasan tuh, yang lebih keren dikit. Contohnya, lo kawinan gitu atau lagi kebanjiran rumah tiba-tiba atau apalah gitu yang lebih beda. Tiap minggu itu aja alasan lo. Sampe 1 tahun lebih." Ucap Bayu semakin membuat kesal.

"Bayuuu! Lo ya, gak dukung temen banget. Aturannya lo tuh bantu kek, apa kek." Rengek Amel.

Sebenarnya, Airin pun merasakan apa yang dirasakan oleh Amel saat ini. Jika bisa ia ikut bersama Amel datang bulan. Agar dia tak olahraga.

Pluit tanda segera memebentuk barisan usai berganti pakaian pun, berbunyi. Jantung Airin semakin berpacu cepat. Ia mulai melemah, dan terlihat pucat.
Dia sangat trauma dengan kejadian yang lalu saat ia mengelilingi lapangan untuk pemanasan saja, ia sudah ambruk.

Apa hari ini akan terulang lagi? Batinnya.

"Silahkan pemanasan yang dipimpin oleh ketua" ucap pak Joko segera.

"Satu-dua-tiga-satu ...." ucap siswa bersamaan saat pemanasan tiba.

Pak Joko kembali membunyikan pluitnya. "Baik, biar lebih panas, keliling lapangan 4 kali putaran. Laksanakan!"

"Yah, pak. Kurangin dong pak." Ucap salah satu siswi dan itu pastinya Amel.

Saat putaran pertama, Airin semakin memucat. Dan Rendi sang ketua kelas melihat hal itu. Ia segera lari dari putaran menjumpai pak Joko. "Pak, maaf. Saya hanya mau melaporkan bahwa Airin sudah lemas dan pucat. Airin diberhentikan aja dulu dari olahraga pak. Nanti dia pingsan dan kejadian kemaren terulang. Bagaimana pak?" Tanyanya.

"Ok baik. Kamu suruh saja dia istirahat atau duduk saja. Nanti repot kalo sampe kedua kalinya terulang." Perintah pak Joko.

Kemudian Rendi kembali ke barisan dan menghampiri Airin. "Rin, kamu udah pucat. Kamu boleh istirahat."

"Ah, enggak kok Ren. Makasih. Nanti pak Joko marah. Aku gak papa kok." Balasnya.

"Udah, aku tadi udah permisiin kamu sama pak Joko. Kamu udah pucat banget. Kamu istirahat aja ya!" Perintah Rendi.

Airin kemudian berjalan keluar dari putaran dan dududk di pinggir lapangan memandangi mereka. Sebetulnya Airin merasa tak enak pada teaman-teamannya dengan hal ini. Ia takut bahwa dirinya sampai di benci lagi oleh orang lain apalagi teman sekelasnya karena menganggap ini deskriminasi. Karena bukan hanya dia, yang lain pun seperti Amel sungguh ingin ada di posisinya sekarang ini.

Itulah yang membuat gadis ini menjadi kepikiran hingga ia terdiam saat duduk dipinggir lapangan itu memandangi mereka.

Satu hal yang dilupakan oleh gadis ini adalah dimana tak hanya kelasnya yang sedang melakukan olahraga di jam yang sama. Kelas sebelas IPA1 juga. Kelas lelaki yang selalu membantunya dan yang bisa dikatakan beberapa hari yang lalu membuatnya di benci satu kelas lelaki itu dikarenakan kesalahpahaman. Ya, itu adalah kelas Alfonso Sandyego.

ANIMOWhere stories live. Discover now