Memelukmu

32 9 6
                                    

ANIMO hadir lagi di part yang ke-16.
Senengnya bisa bikin cerita lagi, karna pembacanya udah lumayan banyak. :)
Yuk, ajak teman-teman kalian buat baca cerita ini. Kali aja mereka suka.

Oh, iya. Sebelum membaca part ini, aku harap kalian baca part sebelumnya juga ya. Biar tau aja jalan ceritanya. Karena konflik part ini berhubungan banget lho sama part sebelumnya.

Selamat membaca!!!

'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

Izin kan aku memelukmu sebentar saja. Karena dengan memelukmu mengurangi rasa bersalahku.
°Alfonso_Sandyego°

Apakah sebuah pelukan berarti, dan bisa mengurangi kepedihanku saat ini? Jika itu iya, aku akan mencoba menerimanya darimu. Dan jangan permainkan kesempatan ini!
°Airinshy_Milka°

>>>>
Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian terngiang-ngiang di otaknya kini.
Sungguh ia tak kuat lagi.

Kemudian ia mengambil tindakan dari sekian banyak pertanyaan itu, dengan mulai mendekatinya dan duduk disampingnya.

Lalu ia mulai menggerakkan tangannya untuk ...... untuk mengambil tissue yang ada di atas meja depan mereka.

Kemudian mengambilnya beberapa helai dan menyodorkannya pada Airin yang masih menunduk meski Al sudah berada di sampingnya.

"Ini, buat ngelap air mata lo." Airin memandang Al dan menerima tissue itu dari tangan Al. (Kok enggak di lapin ya, biar romantis dikit? )

"Kenapa sih, lo mesti nangis. Lo gak pantas buat ngeluarin air mata lo cuman gara-gara orang-orang yang gak tau apa-apa." Airin masih menghapus air matanya yang masih tersisa. "Gue tau, hal ini nyakitin buat lo. Tapi lo gak usah sedih lagi ya! Entar lo jadi gak cantik lagi. Liat noh, sampe-sampe ingus lo juga keluar." Ucap Al yang berusaha menenangkan gadis disebelahnya itu dengan candaannya.

Mendengar ucapan Al yang mengatakan ingusnya keluar, membuat Airin spontan menempelkan tissue yang ada ditangannya ke hidungnya. Jika itu benar, bukankah Airin begitu malu. Haha.. ada-ada saja ya?

"Haha... gue becanda kali. Langsung main ngelap aja lo ya?" Tawa Al yang ternyata hanya menggoda gadis itu.

"Aaalll! Kamu apaan sih. Aku lagi serius lho malah diajak becanda." Ucap Airin menghindari rasa malunya.

"Oh, yaudah. Lanjutin deh nangisnya. Gue gak akan becanda lagi. Tapi jangan sampe keluarin ingus lagi ya."

"Al, kamu bikin aku tambah nangis tau gak. Haaaa...aaa!" Ucap Airin yang masih menangis.

"Hahah... justru itu dong! Lagian lo tu ngegemesin tau gak? Bikin gue pengen meluk lo. Bisa gak?"

"Ya, enggak lah." balas Airin singkat masih menangis dan langsung menjauhkan kepala dan punggungnya dari Al bagaikan gadis yang ketakutan ingin di perlakukan kasar.

"Kalo gue mau meluk lo sekarang, gimana?"

"Iss, apa sih Al. Gak lucu." Balas Airin yang sudah mulai merasa risih dengan ucapan Al. Sungguh ia tak pernah di peluk laki-laki kecuali ayahnya bahkan mendengar laki-laki yang meminta izin padanya untuk di peluk.

Sungguh Airin mulai merasakan pipinya merona. Entah karena ia menangis tadi atau malu dengan Al. Ditambah lagi saat ini tak ada siapa-siapa dirumahnya kecuali mereka berdua. Ia mulai memikirkan hal-hal negatif yang membuatnya takut.

"Emang gak lucu. Tapi kalo gue pengen gimana?" Ucap laki-laki itu dan langsung menarik punggung dan kepala Airin kepelukannya, hingga posisi wajah Airin menempel di dadanya. Al memeluknya erat dan mengusap-usap rambut Airin.

Airin mencoba melepaskan pelukan Al. "Al lepasin! Kamu apa-apaan sih. Nanti kalo ada yang liat gimana? Lagian aku gak mau dipeluk sama kamu." Ucapnya namun sia-sia. Karena sepertinya gadis ini tak kuat melawan dekapan Al.

"Haa..aaa.. kenapa kamu peluk aku Al. Kamu jahat. Kamu tadi gak nolongin aku. Kenapa kamu diam aja, dan sekarang kamu datang. Percuma Al. Semua udah terlanjur. Mereka udah benci sama aku. Mereka udah gak suka liat aku. Mereka bakal musuhin aku. Aku takut, aku... aku..."

Al semakin mempererat pelukannya.
Namun Airin tetap berusah melepaskan pelukan itu. Sampai-sampai ia memukul-mukul dada Al berulang kali.
"Lepasin Al! Lepasin!"

"Bentar aja kok, Rin. Gue tau lo lagi terluka sekarang. Lo pasti butuh pelukan. Apalagi dari orang ganteng yang super duper baik kaya gue. Gue minta maaf Bukannya gue gak mau tau tentang kepedihan lo. Tapi gue berusaha nenangin pikiran dan hati lo doang, biar lo gak kepikiran dengan mereka." Masih dipelukan Al.

Airin terdiam. Kali ini kebodohan apa lagi ini? Ia sudah menangis di depan laki-laki ini. Dan sekarang ia malah merasa nyaman di pelukan pria itu.
Sungguh, ini adalah kali pertamanya ia dipeluk oleh laki-laki selain ayah dan opahnya.

"Lo gak usah takut sama orang-orang kaya gitu. Lo gak usah takut juga kalo lo sampe di benci banyak orang dan dimusuhin banyak orang, cuman gara-gara sikap baik lo ke gue. Ada gue, Rin yang selalu ada buat lo."

Deg, deg! Jantung Airin berdegup kencang mendengar ucapan Al barusan. Ia pun melepaskan pelukannya dari Al dan masih menunduk menghapus air matanya yang baru keluar lagi lantaran ia terharu dengan ucapan Al padanya.

"Gue janji, gue bakal nemenin lo kapan pun lo butuh. Gue juga akan selalu ada buat lo, saat lo kesulitan ataupun bahagia. Cukup mereka yang iri sama lo aja yang membenci lo, tapi gue akan berusaha lindungin lo dari orang-orang yang mencoba membenci lo."

Kemudian Al mengangkat dagu Airin dengan lembut agar ia mau menatapnya.
Ia pun beralih dari yang awalnya memeluk gadis itu, kemudian menghapus air mata gadis itu yang justru semakin derasnya mengalir.

"Jujur, gue gak suka liat lo nangis, Rin. Apalagi lo berusaha sok kuat padahal lo gak bisa bertahan dengan kepura-puraan lo. Karna air mata lo itu gak pantas keluar sampe bikin mata lo bengkak gini. Sekali lagi gue minta maaf ya buat semua kejadian hari ini yang lo alamin." Entah sudah keberapa kalinya Al meminta maaf atas kejadian ini.

"Ma...makasih Al. Kamu mau ngertiin aku. Makasih udah bikin aku tenang. Makasih juga karna kamu selalu bantu aku. Aku gak tau mau balas apa." Ucap Airin berterima kasih. Mata merekapun kini, saling tatap-menatap.

"Cukup lo buka hati lo aja buat gue, Rin. Sampe lo sadar dan tau kalo sebenernya gue sayang banget sama lo. Gue mau lo juga ngerasain hal yang sama. Itu aja kok. Gue gak mau balasan apa-apa dari lo."

Deg, deg! Jantungnya kembali berdegup kencang. Perkataan Al itu membuatnya tak berkutip sama sekali. Apa Al kali ini serius dengan ucapannya?

"Gue udah terlalu sering ngungkapin perasaan gue ke elo, Rin. Kalo gue suka sama lo semenjak pertama kali gue ngeliat lo. Lo beda dan unik. Lo punya karisma yang bisa bikin gue jatuh hati. Dan menurut gue ini waktu yang pas buat gue ngomong serius sama lo. Apa Lo mau jadi pacar gue?" (Wah, kali ini Al benar-benar serius nih, gengs! Berhasil gak ya?)

"......" tak ada jawaban dari Airin.

"Ok. Gue gak akan maksa lo kok. Lo gak usah takut. Mungkin lo butuh waktu aja untuk kita bisa saling lebih mengenal satu sama lain. Gue akan sabar nunggu waktu, sampe lo bakal bilang 'iya' buat gue. Gue gak akan berpaling kok kelain hati selama gue nunggu lo. Gue bakal setia buat jaga hati gue cuman untuk lo seorang. Lo bisa pegang janji gue. Dan gue harap lo mau buka hati lo.
Tapi jangan lama-lama ya, Rin. Entar semakin banyak yang deketin elo. Saingan gue tambah deh. Heheh..." ucap Al lagi-lagi membawa keseriusannya pada candaan yang sesungguhnya.
(Wihhh, apa coba maksudnya :D)

°◇◇◆◇◇° °◇◇◆◇◇° °◇◇◆◇◇°

Yup! Begitulah kisahnya. Ayo dong jangan hanya jadi silent readers.
Kasih komennya dong ya! Dan jangan lupa kasih bintang penuhnya. ★

Tunggu part berikutnya ya. ^_^

ANIMOOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz