♥Ramon "Chapter 25"♥

Mulai dari awal
                                    

"Ya sih. Gue ngerti. Gue juga pastinya risih kalau ada cewek yang dibenci orang tua gue, terutama nyokap. Tapi dia malah nempelin gue terus. Pastilah gue pengen kirim dia ke pluto." ucap Alva dengan santai.

"Gue gak ngerti sih maksudnya apa. Tapi kenapa Luna harus diserahin ke Alva gitu? Bukannya ada Aldi ya?" tanya Raya tidak paham.

"Ini idenya siapa sih aku juga lupa, yang. Tapi ya udahlah. Alva juga bisa handle semuanya." jawab Mondy dengan santai.

"Tapi kalau Luna malah jadi beban dan nyusain Alva, aku gak enak lah sama Alva. Apalagi Alva ngelibatin Luna di perusahaan. Nanti kalau Luna ngerugiin perusahaan Alva gimana?" tanya Raya tidak setuju.

"Tenang aja. Gue gak masalah bantuin kalian kok. Gue juga seneng punya mainan baru." Alva yang menjawab dengan senyuman licik.

"Mainan? Jadi lo suka mainin cewek?" tanya Raya tidak suka.

"Asal lo tau ya, Ray. Alva ini adalah salah satu spesies cowok yang wajib banget lo hindarin dan jauhin. Karena, dia ini gak pernah mau serius dan berkomitmen sama cewek. Kerjanya cuma buat cewek bertekuk lutut sama dia, terus dihancurin dan disingkirkan sejauh-jauhnya." Iyan menjawab dengan gaya mendramatisir keadaan.

Raya yang mendengar itu mendadak jadi ilfeel sama Alva. Dia mengernyit tidak suka dan dengan terang-terangan memundurkan tubuhnya seolah menjauh, padahal posisi mereka memang sudah jauh.

"Eh, tusuk gigi. Gue gak kaya gitu ke semua cewek kali. Gue kaya gitu ke cewek yang emang pantes dapet perlakuan kaya gitu. Ya kali, cewek sebaik dan setulus Raya ini gue perlakuin kaya gitu. Bisa kena karma tujuh turunan gue." Alva merevisi ucapan Iyan saat melihat reaksi Raya itu.

"Ya tapi tetep aja. Lo itu wajib dihindari." Iyan tetap pada pemikirannya.

"Gak wajib juga kali. Kaya gitu seolah-olah gue itu orang yang punya penyakit menular lewat kedekatan." Alva mendengus kesal.

"Udah udah. Kalian itu kesini sebenarnya mau ngapain sih? Jengukin gue atau debat malam?" tanya Mondy dengan sindiran halus.

"Gue sih pengen jengukin lo, Mon. Tadinya pengen ngajak yang lain, tapi takutnya mereka gak mau soalnya udah malem gini." jawab Iyan.

"Oh iya, lo kok tumben gak sama Melly kesini?" tanya Raya heran.

"Gue lagi berantem nih sama dia." jawab Iyan dengan wajah nelangsa.

"Kenapa lagi kalian? Perasaan berantem udah kaya disuruh minum obat aja, rutin banget." celetuk Mondy heran.

"Ya dia iri sama Kila Ifan. Pengen juga dilamar, tunangan. Tapi gimana caranya tunangan, kalau nyokapnya aja nyinyir banget sama gue." jawab Iyan curhat.

"Melly pengen tunangan juga?" tanya Raya kaget.

"Iyalah. Satu-satunya pasangan yang gak pengen melangkah lebih serius itu kalian, padahal keluarga udah setuju semua." ucap Iyan menyindir Raya dan Mondy.

Raya dan Mondy saling pandang.
"Bukannya gak pengen kali. Kita belum siap aja." Mondy menjawab dengan santai.

"Ya belum siap sih belum siap. Tapi kalau cuma tunangan kan gak harus nunggu usia kalian matang atau kalian berdua sama-sama mapan. Nih, gue ya kalau keluarga udah sama-sama sreg, pengen aja gue langsung lamar bebeb gue. Gue sih yakin banget, kalau Tuhan gak ngirimin kita jodoh setiap hari, tapi Tuhan sudah menyiapkan jodoh kita bahkan sebelum kita lahir. Jadi, gue gak mau nyia-nyiain jodoh yang udah Tuhan siapin buat gue." Iyan jadi begitu bijak saat membahas masa depan seperti ini.

Kata-kata Iyan berhasil membuat Raya dan Mondy diam-diam saling berpikir keras.

*****

Raya mengendarai mobilnya pagi ini. Dia berniat untuk bertemu dengan sepupunya.

"Love Begins With From The Past" (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang