E p i l o g

618 48 9
                                    

Karena bagaimanapun caranya hujan menghilang, ia tahu ke mana ia akan pulang.

***

Sebuah langkah ringan mengetuk lantai dengan bunyi yang menguar, presensi tiba-tiba itu seolah tengah membelah kerumunan orang yang rela minggir untuk membuka jalan. Seketika lobi kantor berubah menjadi kerumunan orang yang tengah kedatangan seseorang yang eksklusif.

Pandangan tiap orang terkunci pada satu visual menarik namun tidak asing. Tubuh tegap itu berhenti di depan lift, karyawan yang telah terlebih dahulu menunggu pun memilih menyingkir, menimbun jarak aman dari aroma maskulin yang kuat. Dari kejadian itu, kerumunan yang tengah mematung akhirnya menyimpulkan sesuatu, terlihat bahwa orang itu bukan orang sembarangan.

Yang menjadi pusat perhatian sempat tersenyum irit mengetahui segala perlakuan yang ia dapat. Hingga tubuhnya memilih masuk lift tanpa mengucapkan barang satu kalimat, ia dibiarkan naik sendirian tanpa ada yang berani mengusik.

***

"Seorang karyawan melaporkan bahwa ada seseorang yang terlihat penting datang ke kantor ini. Ada apa? Jarang sekali."

Namjoon terlihat tidak acuh, pria itu masih kerepotan mengoper lembaran kertas dari satu sisi meja ke sisi meja lain. Menegakkan patung kecil yang tumbang dan terus merapikan meja kerjanya, "Shit, sudah berapa kali dalam bulan ini aku merapikan meja, tapi selalu berantakan."

"Ini pertama kalinya."

Decihan halus keluar dari bibir Namjoon, "Hoseok, kau harus menurunkan kakimu dari meja."

Hoseok spontan menaikan kedua alisnya, bibirnya dicebikkan asal atas perlakuan Namjoon yang bahkan sedari tadi belum mengacuhkannya tapi sudah melempar kalimat perintah.

Biarpun begitu, perlahan namun pasti Hoseok menurut. Pria itu mulai duduk dengan normal dan anteng selagi Namjoon masih terus sibuk.

Untuk membuang bosan, Hoseok mendekat pada meja yang mulai tertata. Netranya seolah tengah melakukan scan kasar terhadap berkas-berkas yang sudah ditaruh sesuai tempatnya. Melihat dan memerhatikan secara langsung apa yang Namjoon lakukan tanpa berniat membantu.

"Apa kau panik juga karena kedatangan seseorang itu?"

Dengan cepat tangan itu terangkat ke belakang tengkuk seraya memekik asal. Namjoon geram, dibuatnya Hoseok mundur dengan cepat seraya melayangkan protes, "Aish! Santai, Joon."

"Kembali ke ruanganmu. Kita kedatangan pim—"

"Hyung!"

Terlambat. Mata Hoseok melebar dan Namjoon belum sempat tutup mulut. Akan tetapi pintu ruangan itu sudah terbuka lebar dengan orang dandanan superior yang telah melewatinya.

Lagi-lagi pandangan orang lain menelusuri tubuh itu dari atas hingga sepatu mengkilap hitam yang dikenakannya. Begitu tatapannya kembali ke atas, wajah Namjoon berubah, ia tersenyum lebar begitu yang ditatapnya ikut tersenyum seraya mendekat.

Ingin sekali Namjoon menahannya, tapi teriakan sumringah itu lolos begitu saja. Ia tidak bisa mengendalikan diri.

"Jeon Jungkook!"

"..." pemilik nama mendelik, Namjoon terkejut akan perbuatannya sendiri. Dengan lirih ia segera berusaha menambahkan, "...bumun-nim. Anda sudah datang?"

(Ketua Divisi IT Development)

***

Jeon Jungkook membetulkan duduknya pada kursi, mencari posisi ternyaman yang bisa ia rasakan selagi terus meladeni tumpukan berkas kerja. Sudah dua minggu ia bekerja tapi mengapa sama sekali ia belum merasa terbiasa?

Erstwhile - HujanWhere stories live. Discover now