Chapter 09 - Rain

1.4K 202 10
                                    

Untuk ke sekian kalinya, hujan itu membingungkan. Ia mengisi sebuah kekosongan, namun ia juga menyergapku dengan dingin tanpa perasaan.

-Jungkook-

***

Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini, membuat banyak hal yang perlu ia atasi.

Bagaimana Jungkook harus tetap bertahan pada posisi tanpa arah, bahkan tak mengerti jalan ceritanya sendiri.

Setiap matanya terbuka di pagi hari, pikirannya telah penuh dengan pertanyaan tanpa jawaban. Bahkan setiap langkah, akalnya telah di luar nalar.

Terus berpikir dan terus mencari— menelaah. Apakah hidupnya sudah memiliki cukup tujuan? Karena nyatanya Jungkook merasa sangat kosong.

Kekosongan yang mutlak ketika hening mengukungnya, kekosongan yang menyergap saat ia berada di tengah-tengah yang lainnya.

Ia merasa bahagia tanpa alasan dan merasa tertekan tanpa alasan.

Seolah yang ia lakukan semuanya adalah tanpa alasan.

Di satu sisi— seolah tanpa sengaja ia telah mengisinya.

Jungkook tersenyum tipis, senyum kecil dengan sangat tulus saat gadis itu ikut menaikkan bibirnya.

"Apa yang ukuran lima puluh gram cukup? Aku biasa menggunakan ukuran ini jika hanya untuk makan dadakan tiap malam."

Gadis itu mengangguk. "Sama kalau begitu, bahkan terkadang tersisa banyak."

Alhasil tangan itu membawa satu barang menuju keranjang. Jujur saja, Jungkook dapat merasakan suasananya menghangat. Jungkook tak pernah membayangkan berbelanja di minimarket berdua akan sehangat ini.

Karena biasanya Jungkook hanya akan menggendong keranjang dan kakak sepupunya yang berkeliling memasukkan barang tanpa perhitungan secara tidak manusiawi.

Abaikan tabiat Jin itu.

Saat ini Jungkook memang menenteng keranjang yang sama, namun perbedaannya, mereka berjalan beriringan menuju banyak rak dan tersenyum tanpa tahu satu sama lain.

"Apakah ada kopi yang—"

Tangan Jungkook terulur tinggi. "Ah, kopi ini? Ini juga favoritku, kalau kau ingin tahu." Jungkook berhenti mengamati bungkusnya lalu di taruh pada keranjang yang sama, "Selera kita terlalu persis, bukan? Haha."

Gadis itu terkekeh, "Kopi ini untuk kakakku, kalau kau ingin tahu juga."

Jungkook terdiam. Oh, oke. Baiklah.

Mereka mengobrol ringan dengan topik yang tak begitu penting. Yoonji tak begitu nengerti mengapa Jungkook terus membuat sebuah candaan pada setiap barang belanjaannya.

Yang jelas, Yoonji tertawa sepanjang Jungkook berbicara.

Garis matanya menegas bahagia saat ia mendengar Jungkook yang terkekeh gemas.

Jungkook masih tertawa kecil, "Wah, kau tertawa lebih lebar sekarang. Bisakah aku menahannya padamu?"

Yoonji mengernyit dalam senyum lebar yang perlahan menghilang, "Hah?"

Yoonji kembali mendengar Jungkook tertawa.

"Rasanya aku hampir mati akhir-akhir ini, tetapi mungkin aku bisa mati dengan tenang karena sudah mendengar tawamu itu." lirih Jungkook.

Tawanya menghilang, nadanya memelan, dan tatapan Jungkook merendah dalam.

Ia hanya mengucapkan kata yang lewat begitu saja. Seolah ia baru saja melempar simpulan singkat dari perasaannya.

Erstwhile - Hujanحيث تعيش القصص. اكتشف الآن