Chapter 16 - Rain

1.1K 148 5
                                    

Aku pikir aku adalah lukanya, begitu sebaliknya. Haruskah aku berhenti terluka untuk membuatnya terus lupa dan tidak merasakan hal yang sama untuk kedua kalinya?

-Yoonji-

***


Tubuh Yoonji berputar menghadap sandaran kursi begitu ia mendengar sesuatu. Lebih tepatnya, ia berusaha menghadap ke arah pintu yang perlahan terbuka di balik punggungnya.

"Yoonji,"

Baru enam belas jam, hampir masuk pada satu jam lainnya, tetapi mengapa telinga Yoonji merindukan suara kakaknya sesangat ini?

"Oppa."

Yoongi tersenyum tipis di balik helaan yang sengaja ia simpan, ia tidak ingin adiknya mengetahui kekhawatirannya karena telah meninggalkan Yoonji tanpa pamit.

Melihat gadis itu duduk terdiam di kursi kamarnya membuat perasaannya seperti terbelah dua, entah ia harus lega atau justru makin khawatir karena gadis itu terlihat seperti mengurung diri.

"Makan malam." ujar Yoongi singkat.

Yoonji merasa bibirnya telah ia angkat naik, tetapi suara pintu yang tertutup menghilangkan senyum bahagianya itu. Yoongi menutup pintu bahkan sebelum ia menyetujui ajakannya atau tidak.

Napas berat ia hembuskan asal selagi tubuhnya membenarkan posisi, merapikan kembali segala sesuatu yang di ambilnya dari laci lalu menguncinya. Dengan segera —tak ingin membuat Yoongi menunggu—, gadis itu bangkit dan berpikir untuk menyusul Yoongi.

Satu hal yang masih menjadi terkaannya, di balik diamnya Yoongi dan gelagat yang kalut itu, Yoongi pasti sedang marah.

Yoonji tidak tahu, bahwa Yoongi hanya tengah menunggunya di balik pintu untuk memastikan dan mengikuti langkah Yoonji menuju ruang makan tanpa meninggalkannya.

***

Yoongi menyiapkan makanan dengan tenang. Baik tatanan piring atau bagaimana pria itu menuang makanannya, Yoonji tidak mendengar suara yang berarti. Termasuk suara hangat Yoongi yang biasa mengajaknya bicara.

Hal yang Yoonji dengar adalah saat piring yang bergesekan dengan meja, bersuara makin mendekat ke arahnya.

Yoonji mengulum senyum, tak mau tahu entah Yoongi menatapnya atau tidak, ia hanya mengambil garpu dan sendok yang telah dipersiapkan.

"Jal meokgessseumnida."

(Saya akan makan dengan baik.)

Yoongi tak dapat menahan senyumnya mendengar ucapan canggung dari adiknya itu. Terakhir kali adiknya melakukan hal yang sama karena Yoonji yang tidak sengaja menjatuhkan musik notenya.

Tanpa sadar matanya beralih pada wajah Yoonji sekalipun gadis itu sedang agak menunduk. Memerhatikan tiap kurva dengan mata yang lebar, namun bibir tipis seperti miliknya.

Menerawang pada sebuah kemungkinan yang paling tak bisa ia bayangkan. Perasaannya yang mendadak gugup entah karena apa membuat deru napasnya menjadi lebih kasar dari sebelumnya.

"Yoonji, apa aku sudah menjadi kakak yang baik?" ujar Yoongi masih dengan kelekatan pandangannya pada mata Yoonji yang sedang bergetar seolah mencari suaranya.

Ujung jari Yoongi melepaskan diri dari sendok dingin karena suhu yang mencapai di bawah dua puluh derajat saat hampir malam, hanya agar kedua tangan dapat menumpu tubuhnya di atas meja, kemudian kembali meneliti wajah adiknya.

"Ya?" Yoonji menggumam bingung.

Yoongi mendengus kecil, "Aku. Apakah aku sudah menjadi kakak yang baik?"

Erstwhile - HujanWhere stories live. Discover now