Chapter 14 - Rain

1K 158 26
                                    

Aku membutuhkannya. Tapi aku hanya dapat memintanya datang melalui harapan. Untuk dia yang selalu datang dan tanpa sengaja kembali lolos dari sela jariku.

Hujan.

-Jungkook-

***

Roti lapis dan susu cokelat. Tak jauh berbeda dari sarapannya di Amerika Serikat. Masih sangat hangat, maka Taehyung akan membiarkan piringnya sejenak.

Taehyung menatap punggung kakaknya yang tengah menyelesaikan makanan miliknya, menyiapkannya pada piring lalu di taruh ke atas meja. Dengan apron yang sudah setengah terlepas, Jin memaksakannya duduk dan bersiap untuk sarapan tanpa mencopotnya terlebih dahulu.

Ini aneh.

Batinnya terkadang terlalu perasa, hingga matanya beralih menatap kursi kosong di sebelah kiri meja.

"Hyung, Jungkook?"

"Dia sudah pergi pagi-pagi sekali."

Kakaknya berbeda. Nadanya tidak seberagam biasanya dan pria itu terlihat lebih dewasa.

Akan tetapi— dingin.

Taehyung menelan ludahnya sendiri sebelum tangam kanannya meraih gelas susu, "Aku melihatnya tidak tidur semalaman dan dia sudah pergi pagi-pagi?"

Seokjin berdeham. Ia telah memakan separuh roti miliknya. Begitu garpu dan pisaunya kembali menempel pada meja, tangan pria itu terulur mengambil selembar tissue, "Paman Jeon akan datang nanti sore. Ia ingin melihat anaknya."

Taehyung sedikit terkejut akan kabar tersebut. Seokjin hanya menatap adiknya dengan pandangan yang luluh, menghiraukan sesuatu yang berada di dalam tubuhnya bergetar meminta sesuatu.

"Sepertinya beliau telah mendengar sesuatu tentang pekerjaan anaknya."

Taehyung tak lagi mau membalas pandangan kakaknya. Dengan otak yang setengah berpikir, tumpukan pencarian solusinya mendadak runtuh begitu mendengar kata lirih dari Seokjin,

"Apa yang harus aku lakukan?"

Benar.

Tuan Jeon yang sedikit angkuh itu tidak akan suka melihat anaknya dalam keadaan seperti ini.

Ia hampir lupa bahwa, beliau... jelas tidak ingin semuanya terulang kembali.

***

Aku masih terbangun seakan ingin menyaksikan diriku yang memudar.

Hujan telah menciptakan genangan,

Memantulkan bayanganku yang terlihat sangat menyedihkan hari ini.

"Ngomong-ngomong..."

Yoongi menggumam rendah mendengar Jimin mulai kembali memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Kau serius?"

Ketukan pada meja mengawali Yoongi yang mulai menyerah dengan catatan liriknya, suara dari bolpoin yang telah tergeletak setelah dilempar oleh Yoongi dengan sangat bijaksana. Matanya kemudian beralih pada milik Jimin yang tengah menatapnya penasaran, meminta jawaban.

Erstwhile - HujanWhere stories live. Discover now